Dieng, Kejajar, Wonosobo
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Dieng adalah sebuah desa di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Dieng berjarak sekitar 9 km dari ibu kota kecamatan atau 26 km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo. Desa ini terbagi menjadi 8 RT, 2 RW, dan 2 Dusun. Seluruh wilayah desa ini berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Jumlah penduduknya sebanyak 2.054 jiwa pada tahun 2010.
Dieng | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Wonosobo | ||||
Kecamatan | Kejajar | ||||
Kode pos | 56354 | ||||
Kode Kemendagri | 33.07.13.2013 | ||||
Luas | 2,82 km2 | ||||
Jumlah penduduk | 2.054 jiwa | ||||
Kepadatan | 728 jiwa/km² | ||||
|
Sejarah
Nama Dieng berasal dari bahasa sanskerta, Die Hieyang (Edi dan Aeng) indah dan langka. Dieng yang berasal dari dua suka kata. “Die” dan “Hyang”, di mana “Di” dimaknakan sebagai ardhi, redi, wukir, arga, dan lain-lain yang artinya gunung atau tempat tinggi, yang puncak, yang ultimate, yang misterius, yang transanden, yang sempurna, yang adi kodrati, yang abstrak dan eksternal, dan meta di luar makna-makna “yang nyata”, natural, reality (yang bergelar/di gelar) dan lain-lain. Di luar itu juga “Di” juga dianggap di luar dari konteks “hadi”, “adi” yang dimaknai sebagai “yang cantik”, indah, molek, dan memesonakan, Dan “Hyang” adalah sebuah kata sandang yang biasanya dipakai untuk penyebutan yang gaib (nominousum) dewa-dewa atau yang diyakini sebagai dewa, Ruh leluhur, Tuhan atau suatu yang diyakini sebagai Tuhan atau makhluk-makhluk Ilahiyah lainya. Sementara “Hayang”, juga dimaknai sebagai tempat dari makhluk-makhluk ilahiah tersebut, yang kemudian diidentifikasi sebagai “Kahyangan, nirwana, atau surga", yakni dewa-dewi, Tuhan atau makhluk-makhluk pada umumnya. Sehingga Dieng dikenal sebagai tempat bersemayamnya para Dewa dan ada juga yang menjuluki negeri di atas awan begitu banyak sebutan untuk Dieng ini karena keelokan, keindahan, dan keunikannya.
Batas wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Batang |
Timur | Desa Patakbanteng |
Selatan | Desa Sikunang |
Barat | Kabupaten Banjarnegara |
Pembagian wilayah
- Dusun Dieng
- Dusun Kalilembu
Geografi
Topografi
Wilayah Desa Dieng berada pada ketinggian 2.090 s/d 2.150 mdpl (Di atas Permukaan Laut). Desa Dieng merupakan daerah topografi pegunungan yang dikenal dengan dataran tinggi Dieng ini terletak dengan dikelilingi pegunungan diantaranya Gunung Parahu, Gunung Pangonan, Gunung Sipandu, dan Gunung Pakuwojo. Dieng juga merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.090 s/d 2.150 m (dpl) di atas permukaan laut.
Penggunaan Lahan
Desa Dieng secara topografi merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 2.090 mdpl dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga sangat cocok untuk usaha pertanian terutama sayuran. Komoditas hortikultura Desa Dieng adalah tanaman Kentang, kubis dan wortel, bawang daun, Bawang putih. Dieng merupakan daerah pemasok tinggi untuk komoditas sayuran untuk Jawa tengah dan kota besar, seperti Surabaya dan Jakarta.
Di samping tanaman sayuran tersebut, tanaman lainya juga tumbuh subur di Desa Dieng seperti cabai gemuk, kacang dieng, seledri, oncang atau bawang daun, dan bawang putih. Di Dieng juga tumbuh tanaman buah-buahan khas seperti buah carica, stroberi, buah kemiri, buah kemar, buah melodi (melon dieng), purwaceng, dan lain-lain. Luas lahan bukan sawah menurut jenis penggunaan di Desa Dieng berupa Tegalan 79,94 ha, Pekarangan 10,06 Ha, Hutan Negara 181,00 Ha, Waduk/telaga 9.00 Ha, dan lainnya 2,0 Ha.
Iklim
Desa Tieng beriklim tropis dengan dua musim dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu berkisar 12—20°C di siang hari dan 6-10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku (Frozz) yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun").
Penduduk
Jumlah penduduk Desa Tieng pada tahun 2010 yaitu 2.054 jiwa (laki-laki 1.012 jiwa dan perempuan 1.041 jiwa). Luas wilayahnya mencapai 2,82 km² dengan kepadatan penduduk sebesar 728 jiwa/km². Terdapat 680 kepala keluarga (KK) dan 577 rumah tangga. Sebagian besar penduduk Desa Dieng bermata pencarian sebagai petani (buruh tani dan petani sendiri). Selain itu, sebagian penduduk berprofesi sebagai PNS, buruh bangunan, sopir, dan pedagang. Seluruh penduduk desa ini beragama islam.
Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng masih dinilai rendah karena banyak masyarakat yang hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan karena sekolah lanjutan menengah pertama (SLTP) yang masih terbatas. Penduduk yang tidak melanjutkan ke SLTP sangat banyak karena kebanyakan dari mereka lebih memilih bekerja (membantu orang tua ataupun menjadi petani/buruh tani) ataupun melanjutkan ke Pondok Pesantren. Di samping itu juga ada yang tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi. Namun untuk beberapa tahun terakhir jumlah tamatan sekolah bertambah masyarakat yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi/perguruan tinggi.
Perekonomian
Di bidang perekonomian Desa Dieng memiliki banyak Kios /toko dan warung makan. Karena Dieng sebagai daerah tujuan wisata. Rumah tinggal/penginapan pun banyak yang didirikan oleh masyarakat. Dunia pariwisata menjadi target alternatif pendapatan masyarakat setelah usaha pertanian. Home industry Carica insirup, Kripik Carica, dan kripik kentang pun mulai berdiri.
Pariwisata
Desa Dieng juga merupakan daerah tujuan wisata primadona di Provinsi Jawa Tengah tiap tahunnya kunjungan para wisatawan selalu menunjukkan kenaikan yang signifikan. Di samping pemandangan alam yang begitu indah dan elok dipadu dengan benda-benda cagar budaya /peninggalan zaman purbakala. Berupa Batu kelir, tuk bimo lukar, telaga warna pengilon, gua semar, gua sumur, Dieng Plateau Theater ( Sebuah pemutaran film tentang alam dan Budaya dataran tinggi Dieng dengan durasi 25 menit), Wana /Agro wisata petak 9, Golden Sunrise Gunung Prahu, Gunung Paku waja, Wisata religi Makam syeh Ngabdullah Syelomanik dan Makoa Manggolo Yudho, Makam orang Belanda. Kesenian tradisional pun tumbuh subur bagaikan Jamur di musim penghujan dalam rangka menyukseskan Dieng sebagai tujuan wisata seperti angguk, kuda kepang, lengger, Drum band PKK, tek-tek dan Kubro siswo serta Anak berambut Gimbal yang menjadi legenda Hidup yang semakin menambah keelokan dan keunikan Desa Dieng.