Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus.
Lokomotif CC10 adalah lokomotif mallet artikulasi generasi kedua yang didatangkan Staatsspoorwegen (SS), memiliki ukuran dan tenaga yang lebih besar dari lokomotif seri SS Kelas 500 (Lokomotif BB10) yang merupakan loko mallet generasi pertama yang pada awalnya diperuntukkan untuk lintas pegunungan Priangan Selatan (Jawa Barat) yang berat. Lokomotif ini memiliki susunan roda 2-6-6-0, di datangkan 2 gelombang (batch), gelombang pertama tahun 1904–1909 dari pabrikan Jerman yaitu Berliner Maschinenbau AG v. L.Schwartzkopff (Schwartzkopff) dan Sächsische Maschinenfabrik v. R.Hartmann (Hartmann). Sedangkan untuk gelombang kedua datang pada tahun 1910–1911 dari pabrikan Nederlandsche Fabriek van Werktuigen en Spoorwegmaterieel, N. V. (Werkspoor, N. V.). Pada tahun 1912, lokomotif ini mendapatkan penomoran seri SS Kelas 520 (SS 521-543) dan SS 551-561. Terdapat perbedaan fisik antara loko batch pertama dan kedua, untuk batch pertama memiliki ujung tangki yang bersudut 90 derajat sedangkan untuk batch kedua ujung tangki tidak bersudut 90 derajat.[1] Semua lokomotif seri SS 520 memiliki tangki air di sisi kiri dan kanan ketel, atau disebut pula lokomotif tanpa tender (tank engine). Selain beroperasi di Purwakarta–Bandung, lokomotif ini juga berjaya menghela kereta penumpang maupun barang pada jalur Cicalengka–Banjar yang memiliki gradien yang lebih terjal.[2] Kecepatan maksimum lokomotif ini dibatasi sekitar 40–50 km/jam mengingat banyaknya tikungan-tikungan tajam di jalur pegunungan Jawa Barat. Lokomotif mallet mendapatkan penomoran baru seri CC10 setelah pendudukan Jepang dan dipakai pada era Djawatan Kereta Api (DKA). Lokomotif ini dinilai dapat melahap tikungan-tikungan lintas pegunungan Priangan dengan baik, namun dengan bobot rangka pada gandar penggerak yang cenderung ringan dan silinder uap depan yang lebih besar dapat menimbulkan goncangan serta pipa saluran tekanan uap fleksibelnya cenderung rawan mengalami kebocoran yang dapat menyebabkan keluaran daya mesinnya kurang bertenaga.
Dari 33 unit CC10 yang dibuat, tidak ada yang tersisa. Ada yang mengatakan monumen CC5030 di Subdepo Cibatu tidak murni CC50. melainkan CC10 yang hanya menyisakan kepala (Smoke box) dan komponen CC50 lain. Namun, belum ada bukti yang pasti, apakah monumen tersebut merupakan CC10 yang diberi komponen menyerupai CC50. Kemungkinan CC1032.[3]
^Bagus Prayogo, Yohanes Sapto, Prabowo, Radityo Diaz, Yoga (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Jogjakarta: Jogja Bangkit Publisher. ISBN9786020818559.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken, B. V. ISBN9789020115208.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)