Edwin Hidayat Abdullah

Revisi sejak 22 Februari 2024 11.16 oleh Syurida (bicara | kontrib)

Dr. Edwin Hidayat Abdullah, S.E., M.P.M. adalah seorang teknokrat Indonesia yang sejak 2021 menjabat Wakil Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), induk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata. Sebelumnya, ia pernah menjabat Deputi Menteri BUMN dan Wakil Direktur Utama PT Angkasa Pura II.[1]

Infobox orangEdwin Hidayat Abdullah

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran28 April 1971 Edit nilai pada Wikidata (53 tahun)
Jakarta Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
Suku bangsaOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
PendidikanUniversitas Gadjah Mada
Sekolah Pemerintahan John F. Kennedy
Lee Kuan Yew School of Public Policy (en) Terjemahkan
MIT Sloan School of Management Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpegawai swasta Edit nilai pada Wikidata
Bekerja diInJourney Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
AyahTaufik Abdullah Edit nilai pada Wikidata

Edwin juga dikenal sebagai guru silat yang menguasai Silek Kumango, Silat Golok Seliwa, dan Maenpo Cikalong, dan Silat Pahaman Betawi.[2] Pengalamannya bersinggungan dengan dunia silat ia tuangkan dalam buku berjudul Keajaiban Silat: Kaidah Ilmu Kehidupan dalam Gerakan Mematikan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 2013.[3] Buku biografinya, Pendekar Tanpa Pedang ditulis oleh wartawan senior Khairul Jasmi pada 2019.[2]

Kehidupan awal

Edwin lahir pada 28 April 1971 di Jakarta dari keluarga perantau Minangkabau. Ayahnya, Taufik Abdullah, merupakan sejarawan senior, sedangkan ibunya bernama Rasidah. Kedua orangtuanya berasal dari Rao-Rao, Tanah Datar. Ia menamatkan pendidikan di SD Selong 3, SMP Negeri 56, dan SMA Negeri 6 Jakarta. Saat SD, ia pernah ikut ayahnya yang sedang bertugas di Belanda. Mereka tinggal di Wassenaar, sekitar 10 km dari Den Haag. Di sini, Edwin sempat disekolahkan di Openbare Basisschool (OBS), duduk di bangku kelas tiga. Meski tapa bekal bahasa Belanda,ia mampu melewati masa studinya dengan baik..[1]

Edwin meraih gelar sarjana ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1995. Semasa kuliah, ia pernah menjadi menjadi visiting student di Department of Economics, Faculty of Arts, McGill University, Kanada. Saat itu, ia mengikuti ayahnya yang bertugas di Montreal. Setelah itu  ia mengambil S-2 di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura dengan gelar Master of Public Management.[2]

Karier

Kariernya dimulai sebagai analis riset di Industrial Bank of Japan, Jakarta (September 1996 hingga Desember 1998). Lalu, ia pindah ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di sini, ia bertanggung jawab menyelesaikan kredit macet dan proyek mangkrak serta mengurus restrukturisasi utang beberapa perusahaan BUMN. Saat meninggalkan BPPN pada 2003, ia memegang jabatan Senior Vice President. Setelah itu, ia dipercaya menjadi Komisaris PT Bumi Serpong Damai Tbk (2004–2015).[1]

Sejak 2015 hingga 2019, Edwin dipercaya menjabat sebagai Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan, dan Pariwisata yang membawahi sekitar 40 BUMN. Dalam rentang tersebut, ia juga tercatat sebagai Komisaris PT Telkomsel (2015-2017), Komisaris PT Pertamina (2016-2018), dan Komisaris PT Telkom Indonesia (2018-2019). Berikutnya, ia dipercaya menjadi Wakil Direktur Utama PT Angkasa Pura II (2019- 2021). Lalu, sejak Oktober 2021, Edwin akhirnya menjabat Wakil Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), holding BUMN pariwisata.[2]

Guru Silek Tuo

Di luar kesibukannya, Edwin Hidayat Abdullah juga menekuni dunia silat. Ia mulai fokus belajar silat ketika kuliah di UGM. Di koda gudeg itu, ia sempat bergabung dengan Perguruan Silat Jiwa Persatuan Hati. Saat di Jakarta, Edwin berguru kepada Lazuardi Malin Marajo untuk mendalami Silat Kumango. Lalu, ia mempelajari Maenpo Cikalong dengan berguru pada Haji Ceng Suryana dan Silat Pahaman Betawi di bawah bimbingan Babe Haji Nasan.[2]

Pada 2013, ia menerbitkan buku yang menunjukkan penguasaannya terhadap silat berjudul Keajaiban Silat: Kaidah Ilmu Kehidupan dalam Gerakan Mematikan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.[3] Dalam buku itu, ia menulis, jika otak tak digunakan untuk berpikir, tangan ada tapi bukan untuk bekerja, mulut tapi diam, punya kejujuran tapi takut bicara, maka ia tak bisa jadi pesilat. Pesilat tak demikian. Ia mengolah pikirannya dan tubuhnya. Musuh jangan dicari, bersua dihindari, tangkisan ada dalam diri. Ini ajaran silek Kumango. Karena itu, katanya, jangan pernah tunjukan kelemahan, dengan cara mempertontonkan kekuatan. Lantas, ia meyakini sebaik-baiknya gerakan atau serangan adalah menutup adanya serangan atau masalah baru.[2]

Mengenai Silek Kumango, Edwin dalam bukunya menulis dalam silat, kebenaran yang berdiri dengan sendirinya. Hal itu sebagaimana apa yang dikenal luas dalam khasanah silat Minangkabau sebagai tagak alif (berdiri tegak seperti huruf alif). Secara fisik artinya, berdiri yang amat kokoh, tak bisa tumbang diserang dari arah manapun, sedangkan secara batin tak lain, penyautan seluruh elemen tubuh.[2]

Kehidupan pribadi

Edwin menikah Sitta Farida pada 1999. Pasangan ini memiliki tiga anak, Vian Muhammad Abdullah, Nadine Aisha Abdullah, dan Armand Muhammad Abdullah.[1]

Rujukan

  1. ^ a b c d Hasril Chaniago, ed. (2023). Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang. 1. Padang: UMSB Press. hlm. 284–285. ISBN 978-623-8416-01-1. 
  2. ^ a b c d e f g Khairul Jasmi (2019). Pendekar Tanpa Pedang. Jakarta: Republika Penerbit. ISBN 978-602-7595-61-3. 
  3. ^ a b Abdullah, Edwin Hidayat (2013-09-23). Keajaiban Silat: Kaidah Ilmu Kehidupan dalam Gerakan Mematikan. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-9908-3.