Ratu Bagawan dari Kotawaringin
Pangeran Dipati Anta-Kasuma bergelar pangeran Ratu Kota Waringin (ke-1), terakhir bergelar mangkubumi Ratu Bagawan (ke-1)[4] adalah raja pertama kerajaan Kotawaringin antara tahun 1637-1657.[5] Ia menggantikan posisi mertuanya Dipati Ngganding yang menjadi adipati Kotawaringin. Pada masa tuanya, pangeran Ratu Kota Waringin (ke-1) menyerahkan tahta Kotawaringin kepada puteranya, pangeran Ratu Amas, kemudian baginda pulang ke Banjarmasin dan selanjutnya menjabat sebagai mangkubumi (Patih Hamangkubhumi/Mahapatih) raja Banjar Sultan Ratu Anom alias Sultan Saidullah di pusat kesultanan Banjar dengan gelar mangkubumi Ratu Bagawan (ke-1). Ratu Bagawan merupakan gelarnya setelah pulang ke Banjarmasin dan dilantik sebagai mangkubumi Banjar. Ia meninggal dan dimakamkan di Banjarmasin.[6]
Ratu Bagawan (ke-1)[1] | |
---|---|
Ratu Kota Waringin[1] Pangeran Dipati Anta-Kasuma[1] Pangeran Adipati Anta Kusuma[2] | |
Kerajaan Kotawaringin | |
Berkuasa | 1637-1657 |
Penobatan | 1637 (Raja Kotawaringin) 1652 (Mangkubumi Sultan Saidullah) |
Pendahulu | Dipati Ngganding |
Penerus | pangeran Ratu Amas |
Raja | Lihat daftar |
Kelahiran | Pangeran Dipati Anta-Kasuma |
Pemakaman | |
Keturunan | 1. ♂ Pangeran Dipati Kasuma Mandura (anak Nyai Tapu) 2. ♀ Dayang Gilang (anak Andin Juluk) |
Wangsa | Dinasti Kotawaringin |
Ayah | Sultan Mustain Billah |
Ibu | Ratu Agung binti Pangeran Demang |
Agama | Islam |
Ratu Bagawan, nama lahirnya tidak diketahui, tetapi nama Pangeran yang dipakainya adalah Pangeran Dipati Anta-Kasuma ketika pertama kali dinobatkan menjadi raja muda (onder koning) Kotawaringin pada masa pemerintahan ayahandanya Sultan Mustain Billah (raja Banjar IV).
Ia keturunan berdarah biru dari kedua orangtuanya. Nama kasuma berarti ningrat murni dalam bahasa Banjar, yang berasal dari kata wijaya kusuma (bunga) merupakan logat Banjar untuk kesuma (Melayu) atau kasuma (Kedayan-Brunei) atau kusuma (Jawa/Bali) atau kusumah (Sunda).
Raja Banjar V, Pangeran Dipati Tuha (ke-1) yang bergelar Sultan Ratu Agung alias Sultan Inayatullah (Ratu Lama), abangnya memberinya gelar pangeran Ratu Kota Waringin. Dan kemudian raja Banjar ke-VI, Sultan Ratu Anom alias Sultan Saidullah (Pangeran Kasuma Alam), anak kemenakannya memberinya gelar pangeran Ratu Bagawan (artinya raja maha pandita).[1]
Dalam menjalankan pemerintahan Pangeran Dipati Anta-Kasuma dibantu oleh empat menteri yaitu Kiai Ngabehi Jiwaraga, Kiai Ngabehi Saradula, Kiai Putrajaya, dan Kiai Nayaputra.[1]
Informasi pribadi
- Ayahanda: Raden Senapati bergelar '''Sultan Mustain Billah'''/Marhum Panembahan/Raja Maruhum.[7]
- Ibunda: Putri Juluk bergelar Ratu Agung (binti Pangeran Demang bin Sultan Rahmatullah). Pangeran Demang menjadi Dipati pada masa kekuasaan Sultan Hidayatullah (ke-1).[1]
- Permaisuri:
- Raden Kasuma Taruna bergelar Pangeran Dipati Kasuma Mandura (anak dengan Nyai Tapu). Kasuma Taruna menikahi Putri Juluk 2 binti Pangeran Dipati Tuha 1 Sultan Inayatullah. Ia dilantik sebagai Dipati oleh Sultan Ratu Agung alias Sultan Inayatullah (Ratu Lama). Pangeran Dipati merupakan gelar/pangkat satu level di bawah gelar Panembahan.
- Puteri Gelang/Dayang Gilang (anak dengan Andin Juluk binti Dipati Ngganding). Diperisteri Raden Saradewa dari Sukadana (Matan).
- Raden Pamadi (anak dengan Andin Juluk binti Dipati Ngganding)
- Raden Nating (anak dengan Andin Juluk binti Dipati Ngganding)
- Raden Tuan (anak dengan Andin Juluk binti Dipati Ngganding)
- Gusti Tanya (anak dengan Selir)
- Raden Mataram (anak dengan Selir)
- Puteri Lanting anak bungsu dari Selir. Diperisteri Pangeran Kasuma Wijaya (Raden Huju) bin Sultan Inayatullah dari Banjar.
- pangeran Ratu Amas, menjadi Raja Kotawaringin II. Suami dari Putri Galuh Hasanah/Putri Samut (saudara perempuan dari Pangeran Aria Wiraraja bin Pangeran Dipati Tapasana).
Ratu Bagawan (ke-1) merupakan keturunan ke-10 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-10 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).[1]
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:
Sudah itu maka Marhum Panembahan menyuruh Kiai Lurah Tjutjuk orang empat puluh sebuah perahu ke Pasir, ia itu mengambil Haji Tunggul serta anak isterinya - Artinya Haji itu orang besarnya, bukannya haji artinya orang datang dari Mekkah - Sudah itu datang Haji Tunggul itu dengan anak isterinya serta keluarganya. Sudah itu anaknya yang perempuan bernama Haji Ratna itu dijadikan oleh Marhum Panembahan lawan Dipati Ngganding. Hatta sudah itu beranak perempuan dinamai Andin Djuluk. Sudah itu beranak pula itu perempuan namanya Andin Hayu. Banyak tiada tersebut.[1]
Sudah itu Pangeran Anta Kasuma itu beristeri lawan anak Dipati Ngganding. Anak Haji Tunggul itu isteri Dipati Ngganding; itu beranak dinamai Andin Djuluk; itu jadi isteri Pangeran Anta Kasuma itu beranak perempuan dinamakan Putri Gilang.[1]
Sudah itu maka Pangeran Dipati Anta Kasuma itu beranak pula laki-laki dinamai Raden Tuan; itu lawan Putri Gilang lawan Raden Pamadi lawan Raden Nating seibu serama.[1]
Sudah kemudian daripada itu Pangeran Dipati Tapasana lawan Andin Hayu itu beranak laki-laki dinamai Raden Hangkut, beranak pula perempuan dinamai Putri Samut.[1]
Tanjung Sambar
Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana). Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar merupakan batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura (bekas kepemilikan Sultan Banten) dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).[11][12] Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.[13] Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin)[14]
Keadipatian Kotawaringin (1530)
Sebelum berdirinya Kerajaan Kotawaringin, Raja-raja Banjar sebagai penguasa sepanjang pantai selatan dan timur pulau Kalimantan telah mengirim menteri-menteri untuk mengutip upeti kepada penduduk Kotawaringin. Nenek moyang suku Dayak yang tinggal di hulu-hulu sungai Arut telah memberikan kepada Sultan Banjarmasin debu emas sebanyak yang diperlukan untuk membuat sebuah kursi emas. Selepas itu dua orang menteri dari Banjarmasin bernama Majan Laut dan Tongara Mandi telah datang dari Tabanio ke Kumai dan tinggal di situ. Kedua bersaudara inilah yang mula-mula membawa Islam ke wilayah Kotawaringin. Majan Laut kemudian terlibat perseteruan dengan saudaranya dan selanjutnya ia pindah dari Kumai ke Belitung dan tinggal di sana. Tongara Mandi kemudian pindah dari Kumai ke daerah kuala Kotawaringin di mana dia sebagai pendiri Kotawaringin Lama di pinggir sungai Lamandau. Dia kemudian meninggalkan tempat ini karena diganggu oleh lanun/perompak dan membuka sebuah kampung baru, lebih jauh ke hulu, di sungai Basarah, salah satu anak sungai di sebelah kiri. Dalam Hikayat Banjar tokoh yang mendapat perintah dari Marhum Panembahan [sultan Banjar IV yang memerintah 1595-1642] untuk menjabat adipati Kotawaringin bernama Dipati Ngganding (Kiai Gede) yang merupakan mertua dari Pangeran Dipati Anta-Kasuma karena menikahi Andin Juluk, puteri dari Dipati Ngganding.
Lebih kurang 15 tahun kemudian, Kiai Gede putera dari Majan Laut datang dari Belitung dan tinggal dengan pamannya, Tongara Mandi. Kiai Gede membujuk pamannya untuk mengkaji keadaan negeri tersebut dan memilih suatu tempat yang lebih sesuai sebagai ibu kota. Untuk tujuan ini mereka mula-berjalan menghulu sungai Arut dan tempat tinggal mereka saat itu dekat Pandau. Kemudian mereka membuat perjalanan menghulu sungai Lamandau, hingga ke anak sungai Bulik. Kemudian mereka bermimpi bahwa mereka mestilah menetapkan lokasi yang terpilih pada tempat di mana perahu mereka melanggar sebuah batang pohon pisang, kemudian mereka juga berlayar menuju hilir. Sesuai mimpi tersebut mereka menemukan suatu lokasi yang tepat yang kemudian menjadi lokasi di mana terletak Kotawaringin tersebut. Tetapi lokasi tersebut sudah terdapat suatu kampung Dayak yang besar yang disebut Pangkalan Batu. Penduduk kampung tersebut enggan membenarkan para pendatang ini tinggal di sana. Oleh sebab itu mereka menghalau orang Dayak dari situ dan merampas dari mereka beberapa pucuk cantau (senapang) Cina dan dua buah belanga (tempayan Cina). Orang Dayak yang kalah tersebut berpindah ke arah barat yaitu tasik Balida di sungai Jelai dan menyebut diri mereka Orang Darat atau Orang Ruku. Oleh karena dia sudah tua, Tongara Mandi kemudian menyerahkan pemerintahan kepada Kiai Gede. Perlahan-lahan Kiai Gede meluaskan kuasanya kepada suku-suku Dayak dan tetap tergantung pada Kesultanan Banjarmasin.
Kerajamudaan Kotawaringin (1637)
Kurang lebih 35 tahun selepas pemerintahan Kiai Gede, tibalah di Kotawaringin Pangeran Dipati Anta-Kasuma putera dari Marhum Panembahan (Sultan Banjar IV). Kedatangannya disertai Putri Gilang anaknya. Sebelumnya mereka bersemayam di Kahayan, Mendawai dan Sampit. Kemudian mereka berangkat ke Sembuluh dan Pembuang, di tempat terakhir inilah Pangeran Dipati Anta-Kasuma sempat tertarik dan ingin bersemayam pada lokasi tersebut tetapi dilarang oleh para menterinya. Ia bersumpah bahwa semenjak saat itu tempat tersebut dinamakan Pembuang artinya tempat yang terbuang atau tidak jadi digunakan. Dari sana kemudian Pangeran berangkat ke sungai Arut. Disini dia tinggal beberapa lama di kampung Pandau dan membuat perjanjian persahabatan dengan orang-orang Dayak yang menjanjikan taat setia mereka.[15] Perjanjian ini dibuat pada sebuah batu yang dinamakan Batu Patahan, tempat dikorbankannya dua orang, di mana seorang Banjar yang menghadap ke laut sebagai arah kedatangan orang Banjar dan seorang Dayak yang menghadap ke darat sebagai arah kedatangan orang Dayak, kedua disembelih darahnya disatukan berkorban sebagai materai perjanjian tersebut.[16] Kemudian Pangeran Dipati Anta-Kasuma berangkat ke Kotawaringin di mana Kiai Gede mengiktirafkan Pangeran sebagai raja dan Kiai Gede sendiri menjabat sebagai mangkubumi.
Kutipan Hikayat Banjar dan Kotawaringin:
Maka waktu itu Marhum Panembahan menyatukan Kota Waringin itu kepada Pangeran Dipati Anta-Kasuma itu. Yang disuruh manduduk itu Dipati Ngganding pada Kota Waringin itu; Dipati Ngganding itu diserahkan arah Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Itulah maka Dipati Ngganding diam di Kota Waringin itu; maka demikian itulah awal mulanya maka Sukadana tiada lagi memberi upeti ke Martapura itu. Banyak tiada tersuratkan itu.
Kerajaan Kotawaringin merupakan pecahan kesultanan Banjar pada masa Sultan Banjar IV Mustainbillah yang diberikan kepada puteranya Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Sebelumnya Kotawaringin merupakan sebuah kadipaten, yang semula ditugaskan oleh Sultan Mustainbillah sebagai kepala pemerintahan di Kotawaringin adalah Dipati Ngganding (1615). Oleh Dipati Ngganding kemudian diserahkan kepada menantunya Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Menurut Hikayat Banjar, wilayah Kotawaringin adalah semua desa-desa di sebelah barat Banjar (sungai Banjar = sungai Barito) hingga sungai Jelai.[1]
Sultan Banjar V, Inayatullah (= Pangeran Dipati Tuha 1/Ratu Agung), abangnya Pangeran Dipati Anta-Kasuma menganugerahkan gelar Ratu Kota Waringin kepada Pangeran Dipati Anta-Kasuma, kemudian menyerahkan desa-desa di sebelah barat Banjar (= sungai Barito) hingga ke Jelai. Ratu Kota-Waringin kemudian kembali ke Kotawaringin sambil membawa serta Raden Buyut Kasuma Matan.[1] Ratu Kota Waringin sebenarnya tidak bersemayam di dalem (istana) tetapi di atas sebuah rakit besar (= lanting) yang ditambatkan di sana. Ratu Kota-Waringin memperoleh seorang puteri lagi yang dinamai Puteri Lanting, dengan seorang wanita yang dikawininya di sini.[9] Baginda berangkat ke sungai Jelai dan membuka sebuah kampung di pertemuan sungai Bilah dengan sungai Jelai. Daerah ini dinamakan Sukamara karena ada suka dan ada mara (= maju menuju ke depan dari arah kedatangannya dari negeri Banjar).[1]
Kutipan Hikayat Banjar dan Kotawaringin:
Sudah itu maka Ratu Agung bekerja akan menggelar sekalian raja-raja yang memegang pekerjaan. Maka Raden Sutasoma itu digelar oleh Ratu Agung: Pangeran Singamarta. Sudah itu Pangeran Dipati Anta-Kasuma itu digelar oleh Ratu Agung dinamai Ratu Kota Waringin.
Kutipan Hikayat Banjar dan Kotawaringin:
Sudah kemudian daripada itu maka Ratu Kota Waringin maatur kepada Ratu Agung hendak mantuk ke Kota Waringin. Maka Raden Buyut Kasuma Matan itu dibawa oleh Ratu Kota Waringin, dibawa ke Kota Waringin. Maka Ratu Agung menyerahkan akan desa-desa sebelah barat Banjar hingga Jelai. Maka Ratu Kota Waringin pergilah, maka masuk Jelai berbuat tempat itu dinamakan Sukamara. Maka kata Ratu Kota Waringin: "Ini aku namakan Sukamara karena sebab sukanya ada maranya ada." Maka beberapa lamanya diam di sana maka Ratu Kota Waringin mendarat ke Kota Waringin itu, lalu diamlah di Kota Waringin menetapkan tahta perintah di Kota Waringin.
Silsilah
♀ Sita Rara | ♂ Saudagar Mangkubumi (Jantam) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Aria Malingkun | ♀ Sira Manguntu | RAJA NEGARA DIPA ♂ Ampu Jatmaka Maharaja di Candi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Dayang Diparaja | PEMANGKU RAJA NEGARA DIPA ♂ Lambung Mangkurat (Ratu Kuripan) | ♀ ..... | ♂ Ampu Mandastana (Lambung Jaya Wanagiri) | ♂ Raja Majapahit | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Bangbang Sukmaraga | ♂ Bangbang Patmaraga | RAJA NEGARA DIPA ♂ Raden Putra Raden Suria-Nata Maharaja Suria-Nata (Pangeran Suria-Nata) (Raden Aria Gegombak Janggala Rajasa) | RAJA NEGARA DIPA ♀ Putri Junjung Buih Ratu Tunjung Buih (Putri Ratna Janggala Kadiri) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Putri Huripan | RAJA NEGARA DIPA ♂ Maharaja Suria-Gangga-Wangsa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Putri Kalarang | ♂ Pangeran Suria-Wangsa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PEMANGKU RAJA NEGARA DIPA ♀ Putri Kalungsu (Putri Kabu Waringin) | RAJA NEGARA DIPA ♂ Maharaja Carang Laleyan (Arya Dewangsa) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA NEGARA DAHA ♂ Raden Sekar Sungsang Ki Mas Lelana Raden Sari Kaburungan Maharaja Sari Kaburungan (Panji Agung Rama Nata) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raden Bangawan | ♀ Nyai..... | RAJA NEGARA DAHA ♂ Maharaja Sukarama (Pangeran Sukarama) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raden Mantri Alu | ♀ Putri Galuh Baranakan | ♂ Pangeran Jayadewa Raden Mambang | RAJA NEGARA DAHA ♂ Pangeran Tumenggung Raden Panjang | RAJA NEGARA DAHA ♂ Maharaja Mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) Raden Paksa | ♂ Pangeran Bagalung Raden Bali | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR I 1500-1546 ♂ Sultan Suryanullah (Sultan Suriansyah) | ♂ Raden Bagawan | ♀ Dayang Sari Bulan Putri Sari Bulan | ♂ Raden Harja | ♀ Raden Lamarsari | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran Anom Pangeran di Hangsana | SULTAN BANJAR II ♂ Sultan Rahmatullah | ♀ Ratu Sultan Rahmatullah | ♂ Pangeran di Laut | ♂ Tuan Khatib Banun | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA PASER ♂ Adji Tenggal (Aria Manau) | ♂ Raden Zakaria | ♀ Putri Nur Alam binti Pangeran di Laut | SULTAN BANJAR III ♂ Sultan Hidayatullah I | ♀ Nyai Ratu........ | ♂ Pangeran Demang | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Priyayi dari Giri | ♀ Aji Putri [Di Dalam Petung] | ♂ Kiai Nala Dipa | ♀ Aji Ratna | ADIPATI KOTAWARINGIN ♂ Dipati Ngganding | ♂ Raden Masdar | ♀ Gusti Barap 1 | ♀ Gusti Marian | ♂ Raden Subamanggala Pangeran Mangkunagara (leluhur Mas Bantan) | SULTAN BANJAR IV ♂ Sultan Mustain Billah Raden Senapati | PERMAISURI BANJAR ♀ Ratu Agung binti Pangeran Demang | ♂ Raden Aria Sami (Raden Warjo) | ♂ Pangeran Mancanagara (Raden Gulu 1) | ♂ Gusti Hajang binti Sultan Hidayatullah 1 | ♂ Mantri Kahayan | ♂ Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah 1 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raden Aria Mandalika | ♀ Gusti Limbuk (Dayang Limbuk) | ♀ Nyai Mas Tapi | MANGKUBUMI BANJAR m. 1660-1663 ♂ Raden Halit Pangeran Tapasena Sultan Rakyatullah Pangeran Ratu | ♀ Andin Hayu | ♀ Andin Juluk | RAJA KOTAWARINGIN I m. 1637-1657 ♂ Ratu Bagawan dari Kotawaringin | ♀ Nyai Tapu binti Mantri Kahayan | ♀ Gusti Timbuk binti Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah 1 | SULTAN BANJAR V ♂ Sultan Inayatulllah Pangeran Dipati Tuha 1 | ♀ Dayang Putih | MANGKUBUMI BANJAR ♂ Panembahan di Darat | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raden Kakatang | ♂ Raden Balah Pangeran Dipati Wiranata bin Panembahan di Darat | Putri Kumkuma | MANGKUBUMI BANJAR m. 1661-1679 ♂ Raden Hangkut Raden Suria Pangeran Aria Wiraraja | RAJA SUKADANA IX
PANEMBAHAN MELIAU 1624–1677 | ♀ Putri Gelang (Dayang Gelang) | ♂ Raden Pamadi | ♀ Putri Intan binti Raden Timbako Pangeran Singasari | ♀ Putri Samut Putri Galuh Hasanah binti Pangeran Dipati Tapesanna Sultan Rakyatullah Raja Banjar | RAJA KOTAWARINGIN II m. 1657-? ♂ Pangeran Ratu Amas (Pangeran Dipati Kasuma Mandura) | ♂ Raden Kasuma Wijaya Raden Huju Pangeran Purbanagara bin Pangeran Dipati Tuha 1 Sultan Inayatullah Raja Banjar | ♀ Putri Lanting[9] | ♀ Gusti Tanya | ♂ Raden Putra-Kasuma Raden Tukang | ♂ Pangeran Dipati Kasuma Mandura Raden Kasuma Taruna | ♀ Putri Juluk 2 | PEMANGKU SULTAN BANJAR ♂ Sultan Dipati Anom Raden Kasuma Lelana | SULTAN BANJAR VI ♂ Sultan Saidulllah Raden Kasuma Alam (anak Nyai Mas Tarah binti Tuan Haji Umar) | ♀ Nyai Wadon | ♀ Gusti Batar | RAJA TANAH BUMBU ♂ Pangeran Dipati Tuha 2 Raden Halus bin Panembahan di Darat | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Ratu Kasuma Matan | PANGERAN MUDA MAHKOTA (1636)
Gusti Kesuma Matan | PANEMBAHAN MEMPAWAH
(Panembahan Senggawok) | ♂ Raden Pati | ♂ Patih Mas Macan dari Tanjung Beringin Lamandau | ....... | ♀ Putri Nurmalasari binti Sultan Tahlilullah Raja Banjar | RAJA KOTAWARINGIN III m. 1700-1720 ♂ Panembahan Kotawaringin Pangeran Anum | ♀ Gusti Cabang binti Raden Balah Pangeran Dipati Wiranata bin Panembahan di Darat | ♂ Raden Buyut Kasuma Banjar | ♂ Raden Suta Kasuma | ♀ Gusti Pandara binti Pangeran Singamarta | SULTAN BANJAR VII ♂ Sultan Amarulllah Bagus Kasuma Raden Bagus | ♀ Ratu Amarullah Bagus Kasuma | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nyai Kendi | RAJA MATAN ♂ Sultan Muhammad Zainuddin Sekusor | ♀ Mas Indrawati (Entro ADDIE) | ♀ Putri Jematan binti Patih Mas Macan dari Tanjung Beringin Lamandau | RAJA KOTAWARINGIN IV m.1720-1750 ♂ Pangeran Prabu Tua Panembahan Derut | ♀ Putri Piting | ......... | ♀ Ratu Sultan Tahmidullah | SULTAN BANJAR VIII ♂ Sultan Tahmidullah Raden Suria Alam dari Banjar[26] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran AGONG MARTA DI POERA [17]
(RAJA TANAH MERAH 1725–1730) | RAJA SIMPANG
Wafat 1736[17] | RAJA XI RAJA SEKUSOR
(RAJA SANDAI 1728–1749) | ♀ Sinuhun Ratu Agung
(Dayang Zuhayrah) | PANEMBAHAN MEMPAWAH I 1740–1761
Pangeran Mas Surya Negara | ♀ Ratu Sultan Hamidullah | RAJA KOTAWARINGIN V m. 1750-1770 ♂ Pangeran Adipati Tuha Pangeran Adipati Muda | ♀ Ratu Sultan Hamidullah | SULTAN BANJAR IX.a. (m. 1730-1734) ♂ Sultan Hamidullah dari Banjar Panembahan Kuning | ....... | SULTAN BANJAR IX ♂ Sultan Tamjidillah I | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pangeran Ratu Agung
♂ Pageran Kasoema Ningrat [17] (menantu Giri Laya) | RAJA XII
(SULTAN MATAN 1749–1762) | PANEMBAHAN MEMPAWAH II 1761–1787
Panembahan Adi Wijaya Kesuma | SRI PADUKA RATU SULTAN ♀ Utin Chandra Midi | RAJA KOTAWARINGIN VI m. 1770-1785 ♂ Pangeran Pangoeloe | ♂ Pangeran Anoem | Kiai Adipati Singasari[27] | SULTAN BANJAR X.a. (m. 1759-1761 ) Sultan Martapura + 16 Januari 1761 ♂ Sultan Muhammad Aminullah Muhammadillah Tahmidu-Billah (Sultan Tahmidillah 01) | ♀ Ratu Sultan Muhammad | ....... | SULTAN BANJAR X ♂ Sultan Batu Sunan Nata Alam | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pangeran Kraton Uti Mahmud Panembahan Anom Suriya Ningrat (menantu Sultan Kamaluddin) | RAJA MATAN ♂ Sultan Kamaluddin Indra Laya (ayahanda Sultan Jamaluddin Gusti Asma)[28] | PANEMBAHAN MEMPAWAH 1813-1825 Penembahan Anom
Sultan Muhammad Zainal Abidin | ♀ Putri Amaliah | RAJA KOTAWARINGIN VII m.1785-1792 ♂ Pangeran Ratu Begawan Sultan Balladuddin ( 1727 – 1761 ) | Alooh amimah bin Kiai Adipati Singasari | ♀ Ratu Amir | Pangeran Amir | SULTAN BANJAR XI ♂ Sultan Sulaiman dari Banjar | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Syarif.... | ♀ Ratoe Sarip Banoen[9] | ♂ Pangeran Dipati Serirama[9] | ♂ Pangeran Nata[9] | ♂ Pangeran Kentjana[9] | ♂ Pangeran Rahman[9] | ♀ Putri Nursani | RAJA KOTAWARINGIN VIII m. 1792-1817 ♂ Ratoe Anoem Kasoema Joegoe (Joeda?)[9] Gusti Musaddam Sultan Ratu Anum Kesuma Juda ( 1767-1805 ) | ♂ Dambung Reksa Mancanegara Laman Mandomai dari Sungai Kapuas Murung | Alooh Ipam bin Alooh amimah bin Kiai Adipati Singasari | Nyai Banjar | Pangeran Perbatasari | ♂ Pangeran Achmid | Pangeran Mas'ud | ♀ Gusti Khadijah | ♀ Nyai Ratu Kamala Sari | SULTAN BANJAR XII ♂ Sultan Adam | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran Bintaroh[9] | ♂ Ratoe Tomogon[9] | ♀ Ratu Puteri binti Pangeran Dipati Tapa Laksana | RAJA KOTAWARINGIN IX m. 1817-1855 ♂ Padoeka Ratoe Iman Oeddin ( Muhammad Imanuddin ) Sultan Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin (1805 – 1841).[29] | ♀ Nyai Ratu Jaminah Ratu Ratnawilis binti Dambung Reksa Mancanegara | ♂ Pangeran Adipati Antakesuma (Gusti Maleh) | Kiai Djajadipura bin Alooh Ipam bin Alooh amimah bin Kiai Adipati Singasari | Pangeran Djaija Pamenang Pangeran Regent Martapura I | ♀ Nyai Fatimah | XIIi. SULTAN BANJAR ♂ Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin Gusti Inu Kartapati (+ 11 Oktober 1862) | ♀ Ratu Antasari | ♀ Ratu Sultan Abdurrahman (Ratu Solimah) | SULTAN BANJAR XIII ♂ Sultan Muda Abdurrahman | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sjerif Osman[9] | RAJA KOTAWARINGIN X m. 1855-1865 ♂ Gusti Ahmad Pangeran Ratoe Anoem Herman Sjah, berkuasa sejak tahun 1841 – 1867 | Pangeran Tumenggung Cakra Negara | Ratu Gentjana (anak Tengku Dara) | Pangeran Tumenggung Cakraningrat (anak Tengku Dara) | RAJA KOTAWARINGIN XI & XIII ♂ Pangeran Paku Syukma Negara Sultan Pangeran Paku Syukma Negara 1904-1913 | Ratu Sori Paku Negara binti Pangeran Adipati Antakesuma (Gusti Maleh) | Ratu Anoom binti Kiai Djajadipura bin Alooh Ipam bin Alooh amimah bin Kiai Adipati Singasari | Pangeran Soeria Winata Pangeran Regent Martapura II | ♀ Nyai Banun | SULTAN BANJAR ♂ Sultan Muhammad Seman (+ 24 Januari 1905) | XIV. ♂ Panembahan Muhammad Said (+ 1875) | ♀ Putri Bulan (binti Pangeran Kassir) | Ratu Kesuma Indra | SULTAN BANJAR XIV ♂ Sultan Hidayatullah II | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pangeran Gentjana | RAJA KOTAWARINGIN XII m. 1865-1904 ♂ Gusti Muhammad Sanusi Pangeran Anom Kesoema Joeda | Ratu Agung binti Pangeran Tumenggung | Pangeran Kelana Perbu Wijaya (P. Iman Adam ?) | PUTRA MAHKOTA KOTAWARINGIN Pangeran Bagawan Kasuma Alam | Gusti Hasanah (Ratu Rebeh) binti Pangeran Soeria Winata Bupati Martapura 1860 | Raden Berangta | Gusti Hanifah | H. Muhammad Noor (Noormas) Mufti MArtapura | ♂ Gusti Muhammad Arsyad bin Pangeran Arya Wangsakusuma | XV. ♀ Gusti Hadidijah | XV.MANGKUBUMI BANJAR ♂ Gusti M. Tarip (Syarif) Pangeran Perbatasari | ♂ Gusti Hindun | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PUTRI KOTAWARINGIN ♂ Ratu Kuning | PUTRI KOTAWARINGIN ♂ Ratu Prabu | Pangeran Suria | Ratu Suria | RAJA KOTAWARINGIN XIII m. 1913–1939 ♂ Pangeran Ratu Syukma Alam Syah | Antung Dinar (Ratu Seri Mahkota) binti Raden Berangta | H. Ahmad Kusasi (Mufti Banjarmasin)[30] | ♀ Gusti Lantih | XVI. ♂ Antung Durrahman Gusti Abdurrahman | ♀ Gusti Marhamah | ♂ Gusti Achmad | {{{ }}} | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PANGERAN KOTAWARINGIN ♂ Pangeran Hermansyah | Ratu Kemalasari binti Purboningrat (KBP Hario Kolonel Purbodiningrat) bin Pakubuwana IX | RAJA KOTAWARINGIN XIV m. 1939-1948 ♂ Pangeran Muhammad Sultan Kesuma Anum Alamsyah 1939-1948. | ♂ Gusti Abdurasul bin Gusti Amir | XVII. ♀ Gusti Syahriah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
... | RAJA KOTAWARINGIN XV m. 16 Mei 2010 ♂ Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah | Pangeran Arsyadinsyah | KETUA KEKERABATAN BOSAR KESULTANAN KUTARINGIN Pangeran Muasjidinsyah (Pangeran Ama) | ♀ Ida Rachmatiah | XVIII. ♂ Gusti Noor Maulana Syurya Alamsyah | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
XIX. ♂ Gusti Muhammad Reza | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Leluhur
16. ♂ Sultan Suryanullah Sultan Banjar I bin Raden Mantri Alu | ||||||||||||||||
8. ♂ Sultan Rahmatullah Sultan Banjar II | ||||||||||||||||
17. ♀ Ratu Sultan Suryanullah | ||||||||||||||||
4. ♂ Sultan Hidayatullah 1 Sultan Banjar III | ||||||||||||||||
9. ♀ Ratu Sultan Rahmatullah | ||||||||||||||||
2. ♂ Sultan Mustain Billah Sultan Banjar IV | ||||||||||||||||
10. ♂ Tuan Khatib Banun | ||||||||||||||||
5. ♀ Nyai Ratu .... | ||||||||||||||||
11. ♀ Nyai .... | ||||||||||||||||
1. ♂ Pangeran Dipati Anta-Kasuma (Ratu Bagawan) | ||||||||||||||||
24. ♂ Sultan Suryanullah Sultan Banjar I bin Raden Mantri Alu | ||||||||||||||||
12. ♂ Sultan Rahmatullah Sultan Banjar II | ||||||||||||||||
25. ♀ Ratu Sultan Suryanullah | ||||||||||||||||
6. ♂ Pangeran Demang | ||||||||||||||||
13. ♀ Ratu Sultan Rahmatullah | ||||||||||||||||
3. ♀ Ratu Agung (Putri Juluk 1) | ||||||||||||||||
7. | ||||||||||||||||
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh (dalam bahasa Melayu). Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
- ^ (Indonesia) J. U. Lontaan, Menjelajah Kalimantan, Penerbit Baru, 1985
- ^ (Belanda) van Dijk, L. C. (1862). [hhttp://books.google.co.id/books?id=YBxJAAAAcAAJ&dq=pangoran%20van%20Cotawaringi%2C&hl=id&pg=PA78#v=onepage&q=pangoran%20van%20Cotawaringi,&f=false Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China]. J. H. Scheltema. hlm. 78.
- ^ ambhagawan (holy master), mejadi bhagawān
- ^ Wikipedia Polandia
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-17. Diakses tanggal 2016-10-25.
- ^ https://plus.google.com/104506069717580147857/posts/gsKkmG8PtcB
- ^ http://adabydarban.blogspot.com/2012/04/silsilah-raja-raja-kotawaringin-menurut.html Silsilah Raja-Raja Kotawaringin ( MENURUT PENELITIAN BEBERAPA SUMBER )
- ^ a b c d e f g h i j k l Pijnappel, J. (1854). Beschrijving van het westelijke gedeelte van de zuid- en oosterafdeeling van Borneo: (De afdeeling Sampit en de zuidkust) (dalam bahasa Belanda).
- ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (dalam bahasa Belanda). Batavia: Lange & Company. 1857. hlm. 244.
- ^ Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge (dalam bahasa Inggris). hlm. 713.
- ^ (Inggris) Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies. hlm. 7.
- ^ (Belanda) Hoëvell, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 220.
- ^ (Belanda) Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, Madjalah ilmu alam untuk Indonesia (1856). Indonesian journal for natural science. 10-11. hlm. 286.
- ^ J. Pijnappel Gzn; Beschrijving van het Westeli jike gedeelte van de Zuid-en Ooster-afdeeling van Borneo (disimpul daripada empat laporan oleh Von Gaffron,1953,BK 17 (1860) hlm 267 ff.
- ^ "Kotawaringin Lama, Wisata Budaya yang Terlupakan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2016-09-23.
- ^ a b c d e f g h Blume, Carl Ludwig (1843). De indische Bij, tijdschrift ter bevordering van der Kennis der nederlandsche volkplantingen en derzelver belangen, uitgegeven door C. L. Blume: Eerste Deel. Met Platen (2 Bl. IV, 664 S. 1. Leyden: H. W. Hazenberg en Comp. hlm. 321.
- ^ Müller, Georg (1843). Proeve eener geschiedenis van een gedeelte der west-kust van het eiland Borneo. Leyden: H.W. Hazenberg en Comp. hlm. 137.
- ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). 6. Lange & Co.: 242.
- ^ J. Pijnappel (1854). Beschrijving van het Westelijke gedeelte van de Zuid- en Oosterafdeeling van Borneo (de afdeeling Sampit en de Zuidkust) (dalam bahasa Belanda). 3. hlm. 280.
- ^ "Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde von Nederlandsch Indië (Netherlands)". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 3. M. Nijhoff. 1860. hlm. 280.
- ^ a b Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1862). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 11. Lange & Company: 49.
- ^ Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk (1862). "Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk" (dalam bahasa Belanda). J. H. Scheltema: 190.
- ^ Veth, Pieter Johannes (1854). Borneo's wester-afdeeling: geographisch, statistisch, historisch : voorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands. 1. Noman en Zoon. hlm. 213.
- ^ Majod, Ali (2004). Hikayat Banjar, Siri karya sastera klasik untuk remaja (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. ISBN 9836280146. ISBN 9789836280145
- ^ De tijdspiegel (dalam bahasa Belanda). Fuhri. 1867. hlm. 165.
- ^ http://silsilahkayutangi.blogspot.com/p/silsilah-kiai-adipati-singasari-raja.html
- ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1862). Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde. 11. Lange & Co. hlm. 49.
- ^ Philippus Pieter Roorda van Eysinga (1841). Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie. 3 boeken [in 5 pt.] (dalam bahasa Belanda). hlm. 176.
- ^ https://silsilahabdurrasyid.wordpress.com/
Didahului oleh: Panembahan di Darat |
Mangkubumi 1652-1657 |
Diteruskan oleh: Pangeran Dipati Mangkubumi |