Rosihan Anwar

seorang sejarawan dan jurnalis terkenal Indonesia
Revisi sejak 14 April 2024 21.59 oleh Edowidivirgian (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

H. Rosihan Anwar (10 Mei 1922 – 14 April 2011) adalah tokoh pers, sejarawan, sastrawan, dan budayawan Indonesia. Rosihan merupakan salah seorang yang produktif menulis. Ia pernah dicalonkan sebagai Anggota Konstituante mewakili Partai Sosialis Indonesia.[1]

Rosihan Anwar
Lahir(1922-05-10)10 Mei 1922
Bumi Sari Natar, Sirukam, Kabupaten Solok, Pantai Barat Sumatra, Hindia Belanda
Meninggal14 April 2011(2011-04-14) (umur 88)
Jakarta, Indonesia
PekerjaanPenulis, wartawan
Suami/istriSiti Zoeraida binti Mochamed Sanawi
Anak3
Orang tuaAnwar Maharaja Sutan (ayah)
Siti Safiah (ibu)
KerabatJohnny Anwar
Junisaf Anwar
Roesman Anwar
Yozar Anwar
(saudara kandung)

Latar belakang

sunting

Rosihan merupakan anak keempat dari sepuluh bersaudara, pasangan Anwar Maharaja Sutan dan Siti Safiah. Ayahnya adalah seorang demang di Padang, Pantai Barat Sumatra. Dia menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke AMS -A di Yogyakarta (sekarang SMA Negeri 1 Yogyakarta).[2] Dari sana Rosihan mengikuti berbagai pelatihan di dalam maupun luar negeri, termasuk di Universitas Yale dan School of Journalism di Universitas Columbia, New York City, Amerika Serikat.

Kehidupan

sunting

Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya pada masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Pada masa perjuangan, ia pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukit Duri, Batavia (kini Jakarta). Kemudian pada tahun 1961, koran Pedoman miliknya dibredel penguasa. Pada masa Orde Baru, ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (1968-1974). Tahun 1973, Rosihan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Namun kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di lehernya, koran Pedoman miliknya ditutup.

Pada 1950, bersama Usmar Ismail ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, ia mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai akhir hayatnya. Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946, mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.[3]

Rosihan Anwar meninggal dunia pada hari Kamis, 14 April 2011 pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Metropolitan Medika Center (MMC) Jakarta dalam usia 89 tahun. Ia diduga terkena gangguan jantung dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan.[4].[5]

Keluarga

sunting

Rosihan Anwar menikahi Siti Zuraida pada tahun 1947. Zuraida masih terhitung sebagai kerabat Mohammad Husni Thamrin, pahlawan nasional dari Betawi. Pasangan ini dikaruniai tiga anak dan sejumlah cucu.[6]

Rosihan Anwar bersaudara, dikenal sebagai tokoh-tokoh masyarakat. Dua adiknya, Junisaf Anwar dan Yozar Anwar, juga mengikuti jejaknya sebagai wartawan. Junisaf pernah menjadi pemimpin redaksi Antara, sedangkan Yozar terkenal sebagai pimpinan eksponen 1966. Adiknya yang lain Roesman Anwar, meniti karier sebagai profesional dan pernah menduduki jabatan direktur utama Pelni.[7] Kakaknya, Johnny Anwar, adalah mantan kepala polisi Padang pada masa revolusi kemerdekaan yang kemudian menjabat Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak) XVIII Sulawesi Selatan-Tenggara pada tahun 1968 dan terakhir sebagai Komandan Operasi Bhakti Markas Besar Angkatan Kepolisian (Mabak) di Jakarta (1970-1972) sebelum pensiun. Karena kepejuangannya, namanya kemudian diabadikan sebagai salah satu nama jalan di kota tersebut.[8]

Pendidikan

sunting
  • HIS, Padang (1935)
  • MULO, Padang (1939)
  • AMS-A II, Yogyakarta (1942)[2]
  • Drama Workshop, Universitas Yale, AS (1950)
  • School of Journalism, Columbia University New York, AS (1954)

Karier

sunting
  • Reporter Asia Raya, (1943-1945)
  • Redaktur harian Merdeka, (1945-1946)
  • Pendiri/Pemred majalah Siasat (1947-1957)
  • Pendiri/Pemred harian Pedoman, (1948-1961)
  • Pendiri Perfini (1950)
  • Pemred Citra Film (1981-1982)
  • Kolumnis Business News, (1963-2011)
  • Kolumnis Kompas, KAMI, AB (1966-1968)
  • Koresponden harian The Age, Melbourne, harian Hindustan Times New Delhi, Kantor Berita World Forum Features, London, mingguan Asian, Hong Kong (1967-1971)
  • Pemred harian Pedoman, (1968-1974)
  • Editor Indonesia majalah Asia Pacific (Guam, 1980)
  • Koresponden The Straits, Singapura dan New Straits Times, Kuala Lumpur (1976-1985)
  • Wartawan Freelance (1974-2011)
  • Kolumnis Asiaweek, Hong Kong (1976-2011)
  • Ketua Umum PWI Pusat (1970-1973)
  • Ketua Pembina PWI Pusat (1973-1978)
  • Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1983-2011)

Filmografi

sunting
Tahun Judul Peran Keterangan
1950 Darah dan Doa
1952 Terimalah Laguku Sebagai produser
1955 Lagi-Lagi Krisis Calon atase kebudayaan
1969 Big Village Hakim pengadilan negeri
1974 Karmila
1986 Tjoet Nja' Dhien Habib Meulaboh
1988 Ngipri Monyet

Kegiatan Lain[9]

sunting
  • Anggota Tim Ahli Lembaga Pertahanan Nasional (1973-1974)
  • Anggota Pengurus Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (1969)
  • Anggota Staf Pusat Sumber Daya Manusia, Jakarta (1976)
  • Wakil Ketua Dewan Film Nasional (1978–2011)
  • Anggota Dewan Pimpinan Harian YTKI (1976–2011)
  • Anggota Asia Mass Communication Research and Information Centre, Singapore (1973–2011)
  • Dosen tidak tetap Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1983–2011)
  • Konsultan UNESCO di Sri Lanka (1980)
  • Anggota MPR untuk fraksi Golkar (1973-1978)[10]
  • "Radio Masyarakat" dalam Gema Tanah Air (editor HB Jassin, 1948)
  • Ke Barat dari Rumah (bersama Mochtar Lubis & S. Tasrif, 1952)
  • India dari Dekat, 1954
  • Dapat Panggilan Nabi Ibrahim, 1959
  • Masalah-Masalah Modernisasi, 1965
  • Islam dan Anda, 1962
  • Raja Kecil (novel), 1967
  • Pergerakan Islam dan Kebangsaan Indonesia, 1971
  • Ihwal Jurnalistik, 1974
  • Kisah-kisah zaman Revolusi, 1975
  • Profil Wartawan Indonesia, 1977
  • Kisah-kisah Jakarta setelah Proklamasi, 1977
  • Jakarta menjelang Clash ke-I, 1978
  • Ajaran dan Sejarah Islam untuk Anda, 1979
  • Bahasa Jurnalistik dalam Komposisi, 1979
  • Mengenang Sjahrir (editor, 1980)
  • Sebelum Prahara: Pergolakan Politik 1961-1965, 1981
  • Menulis Dalam Air, autobiografi, SH, 1983
  • Musim Berganti, Grafitipress, 1985
  • Perkisahan Nusa: Masa 1973-1985, 1986
  • Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia: Jilid 1-4, 2004-2010

Penghargaan

sunting
  • Bintang Mahaputera III (1974)
  • Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)
  • Life Time Achievement (2007)

Referensi

sunting
  1. ^ Muhammad, Aulia A. (2003). Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia. Tiga Serangkai. ISBN 978-979-668-401-4. 
  2. ^ a b Anwar, Rosihan (2010). Napak tilas ke Belanda: 60 tahun perjalanan wartawan KMB 1949. Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-490-4. 
  3. ^ Rayakan Ultah, Rosihan Anwar Terima 'Life Time Achievement', diakses 3 Januari 2008
  4. ^ Rosihan Anwar Meninggal Dunia, Antara News
  5. ^ Wartawan Senior Rosihan Anwar Meninggal Dunia Diarsipkan 2011-04-17 di Wayback Machine., TEMPO Interaktif
  6. ^ Rosihan Anwar Akan Disemayamkan di Jalan Surabaya[pranala nonaktif permanen], Yahoo! News Indonesia/Liputan 6
  7. ^ Rosihan Anwar, Muljawan Karim; Napak Tilas ke Belanda: 60 tahun Perjalanan Wartawan KMB 1949, Kompas Media Nusantara, 2010
  8. ^ Rosihan Anwar, Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, Volume 4, 2010
  9. ^ a b Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 979-9012-12-0 hlm. 692
  10. ^ https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA1249

Pranala luar

sunting