Budi Arie Setiadi
Budi Arie Setiadi, S.Sos., M.Si. (lahir 20 April 1969) adalah politikus dan mantan wartawan Indonesia yang menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia sejak 17 Juli 2023 menggantikan Johnny G Plate yang terlibat Korupsi. Budi sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sejak 2019.[1] Ia pernah menjadi pendiri dan Ketua Umum Projo, organisasi relawan darat pendukung Joko Widodo pada 2014 lalu.
Budi Arie Setiadi | |
---|---|
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia ke-7 | |
Mulai menjabat 17 Juli 2023 | |
Presiden | Joko Widodo |
Wakil | Nezar Patria |
Pengganti Petahana | |
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 25 Oktober 2019 – 17 Juli 2023 | |
Presiden | Joko Widodo |
Menteri | Abdul Halim Iskandar |
Pendahulu Jabatan baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 20 April 1969 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Zara Murzandina |
Anak | 2 |
Almamater | Universitas Indonesia |
Profesi | Politikus, relawan, aktivis sosial, politikus, pengusaha |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal dan pendidikan
Budi Arie Setiadi lahir di Jakarta pada tanggal 20 April 1969 sebagai anak dari pasangan Joko Asmoro dan Pudji Astuti.[1] Ia tumbuh dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Jakarta. Ia memulai pendidikan formalnya di SD Marsudirini di Koja, Jakarta Utara dan lulus dari sekolah menengah pertama di lembaga yang sama. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Kolese Kanisius Jakarta Pusat pada tahun 1988 dan lulus pada tahun 1990. Setelah menyelesaikan SMA, Setiadi mulai belajar ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).[2][3]
Budi mengikuti berbagai organisasi mahasiswa, seperti pers mahasiswa, komunitas olahraga, dan organisasi politik mahasiswa. Dia dijuluki Muni selama waktunya di universitas. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP UI pada tahun 1994, serta anggota presidium senat mahasiswa UI dari tahun 1994 hingga 1995. Setiadi terlibat dalam pendirian Forum Studi Mahasiswa UI (FSM) dan aktif terlibat dalam Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM) UI. Di bidang jurnalistik, Setiadi menjadi pemimpin redaksi majalah mahasiswa UI, Suara Mahasiswa, dari tahun 1993 hingga 1994.[4]
Saat reformasi bergejolak 1998, ia menginisiasi dan mendirikan surat kabar yang kritis, "BERGERAK" pada tahun 1998. Bersama wartawan Tempo yang baru saja dibredel, ia aktif mengelola mingguan Media Indonesia pada tahun 1994-1996. Selanjunya bersama beberapa seniornya ia ikut menjadi bagian awal dari berdirinya Mingguan Ekonomi Kontan. Budi menjadi jurnalis Kontan dari tahun 1996 hingga 2001.[4]
Budi juga terlibat dalam pengorganisasian protes terhadap kebijakan rektor UI saat itu. Kemunculan Setiadi yang sering protes menarik perhatian dekannya yang kerap menanyakan kapan dirinya akan diwisuda. Ia telah menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1994, tetapi butuh beberapa tahun untuk menyelesaikan skripsinya. Ia akhirnya lulus dan menerima gelar sarjana sosial dalam komunikasi pada tahun 1996.[5]
Budi melanjutkan studi pascasarjana di bidang manajemen pembangunan sosial di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Ia menyelesaikan studi pascasarjana pada tahun 2006.[2]
Karier jurnalistik dan bisnis
Budi mulai bekerja sebagai jurnalis di mingguan Media Indonesia pada tahun 1994. Ia kemudian mendirikan mingguan bisnis Kontan bersama beberapa rekannya pada tahun 1996. Karena latar belakang aktivisnya, surat kabar Setiadi kerap memuat kritik pedas terhadap para pebisnis. Ia diperingatkan oleh pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama karena pemberitaannya yang keras.[5]
Ia bekerja sebagai jurnalis untuk penerbitan hingga tahun 2001. Ia kemudian pindah ke perusahaan Mandiri Telekomunikasi Utama, di mana ia menjadi presiden direkturnya dari tahun 2001 hingga 2009. Budi juga menjabat sebagai General Manager Tabloid Bangsa dari tahun 2008 hingga 2009. Budi juga memimpin beberapa perusahaan non media, seperti Daya Mandiri dari tahun 2010, NKR Investama, Sarana Global Informasi, dan Miitra Lumina Indonesia.[2]
Karier politik
Budi terlibat dalam aksi protes yang terjadi pada saat jatuhnya Suharto pada tahun 1998. Ia terpilih menjadi ketua Ikatan Alumni UI tahun itu dan menjabat hingga tahun 2001. Ia kemudian mendirikan Gerakan Sarjana Jakarta (GSJ) dan Masyarakat Profesi Indonesia (MPI). Bersama aktivis mahasiswa dan alumni UI lainnya, ia juga membidani lahirnya Keluarga Besar (KB) UI.[4]
Sebagai politikus, Budi Arie pernah menjadi Kepala Balitbang PDI Perjuangan DKI Jakarta (2005-2010) dan juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta. Pada Pemilihan umum Legislatif 2009, Ia pernah mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI untuk Daerah Pemilihan DKI Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu). Ia kemudian mendirikan PROJO, kelompok relawan darat terbesar pendukung Joko Widodo, sejak Agustus 2013. PROJO kemudian berjuang mengumpulkan aspirasi pencapresan Jokowi sebelum dideklarasikan PDIP secara resmi, melawan arus pencapresan Megawati dengan wakil presiden Jokowi yang ramai saat itu dan akhirnya Jokowi berhasil menjadi Presiden Ketujuh Republik Indonesia.[4][6]
Selain menjadi Ketua Umum PROJO, saat ini Budi Arie juga menjadi Dewan Penasihat ILUNI UI.[7]
Pencapresan Joko Widodo
Pada tahun 2013, menjelang proses Pilpres 2014, PDIP masih memiliki wacana untuk kembali mencalonkan Megawati, dengan beberapa pilihan Cawapres, antara lain Joko Widodo. Namun suara akar rumput lebih menginginkan adanya calon presiden baru dan dilakukannya proses penyegaran figur calon presiden. Projo terlibat dalam mengumpulkan suara dari akar rumput untuk pencalonan Jokowi[8] Saat ini PROJO sudah berkembang dan hadir di seluruh Provinsi di Indonesia. Peran ini terulangi kembali dalam Pemilu 2019. Projo mendukung pendaftaran kembali Joko Widodo sebagai calon presiden 2019, tetapi beberapa kontroversi sempat merebak seputar pemilihan calon wakil presiden. Setelah pertentangan mengenai siapa figur yang pantas, Jokowi akhirnya memilih Ma'ruf Amin. Projo menyatakan mendukung siapapun calon pendamping yang dipilih Jokowi.[9]
Publikasi
- Setiadi, Budi Arie (2017). Menjemput takdir sejarah. jakarta: RMBooks (Publisher). hlm. 166 halaman. ISBN 9786027936690.
- Setiadi, Budi Arie (2001). An ASEAN of the people, by the people, for the people. report of the First ASEAN People's Assembly. ASEAN Institutes of Strategic and International Studies. hlm. 240. ISBN 9789798026706.
Galeri
Referensi
- ^ a b Ranto Daeng Badu (17 Juli 2023). "Profil Budi Arie Setiadi, Menkominfo yang Baru saja Dilantik Presiden Jokowi Gantikan Johnny Gerard Plate". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 17 Juli 2023.
- ^ a b c Erianto, Dwi (8 July 2022). "Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 March 2023. Diakses tanggal 17 July 2023.
- ^ "Detail biodata: Pejabat Menteri". Kepustakaan Presiden Perpusnas RI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 October 2022. Diakses tanggal 17 July 2023.
- ^ a b c d "Siapa Budi Arie Setiadi? dari situs budiariesetiadi.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-30. Diakses tanggal 2018-04-29.
- ^ a b "Profil Budi Arie Setiadi: Anak Kota yang Jadi Wakil Menteri Desa". Kompas. 13 January 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 October 2022. Diakses tanggal 17 July 2023.
- ^ Tolak Mega-Jokowi, Kader PDIP Deklarasikan Projo. dari situs Tempo
- ^ Angkat Isu Pembangunan Nasional, IKA UNS Gelar Dialog Kebangsaan. dari situs UNS.ac.id
- ^ PDIP Pro-Jokowi: Kami Bukan Pengurus Partai. dari situs Republika
- ^ Siapapun Cawapresnya, Relawan Tetap Solid Dukung Jokowi. dari situs Kompas diakses pada 15 September 2018
Pranala luar
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Johnny G. Plate |
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia 2023–sekarang |
Petahana |
Didahului oleh: Jabatan baru |
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia 2019–2023 |
Diteruskan oleh: Paiman Raharjo |