Bahasa Jawa Surakarta

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 22 April 2024 11.48 oleh Fazily (bicara | kontrib) (Mengembalikan suntingan oleh 140.213.165.5 (bicara) ke revisi terakhir oleh Gilang Bayu Rakasiwi)

Bahasa Jawa Surakarta alias Bahasa Jawa Kewu atau Dialek Mataram (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦶꦏꦼꦮꦸ, translit. Basa Jawi Kewu) adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di sekitar lereng kaki Gunung Merbabu dan Merapi yang meliputi wilayah Solo Raya, Kota Magelang di Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dialek ini berbeda dengan dialek bahasa Jawa Mataraman dan Pesisir Utara Timur yang dituturkan di Jawa Timur karena bahasa Jawa Mataraman yang dituturkan di daerah tersebut sedikit dipengaruhi dialek bahasa Jawa Arekan yang menjadi pembeda dengan Dialek Kewu / Mataram. Dialek ini menjadi standar pengajaran untuk materi bahasa Jawa di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.[1]

Bahasa Jawa Kewu
ꦧꦱꦗꦮꦶꦏꦼꦮꦸ
Basa Jawi Kewu
Dituturkan diIndonesia
WilayahJawa Tengah (Solo Raya dan Kota Magelang)
Daerah Istimewa Yogyakarta
EtnisJawa
Penutur
9.851.795 Jiwa (2023)
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Surakarta dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Bahasa resmi di
Daerah Istimewa Yogyakarta
Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
Kode bahasa
ISO 639-3
Linguasfer31-MFM-ahe
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Kosakata

Meskipun satu rumpun, bahasa Jawa di tiap daerah di Jawa Tengah mempunyai ciri-ciri tersendiri yang khas mencerminkan dari mana asal bahasa Jawa tersebut[2]

Untuk istilah "dingin" di dialek Surakarta-Yogyakarta menggunakan kata "adhem", sedangkan orang yang tinggal di Semarang menyebutnya "atis". Contoh:

"Lhå piyé ṭå, aku mèh mangkat nangíng ra duwé dhuwit."
("Bagaimana ini, saya akan berangkat tetapi tidak punya uang.")
"Mbok kowé mesakké aku, dijilihi dhuwit pirå waé sak nduwèkmu."
("Kasihani aku, dipinjami uang berapa saja yang kamu punya.")
"Sésuk tak balèkké yèn wis oleh kiriman såkå mbakyuku."
("Besok (dalam waktu yang tidak bisa ditentukan kapan) saya kembalikan kalau sudah dapat kiriman dari kakak perempuan saya.")

Perbandingan Kosakata dialek Kewu dan Mataraman

Dialek Kewu (Surakarta-Yogyakarta) Dialek Mataraman (Kediri-Madiun) Bahasa Indonesia
ngåpå nyapå kenapa
waé aé, waé saja
busak busêg hapus
kenå kênèk terkena
jebulé (lebih umum), tibak'é (kadang kadang masih digunakan) tibak'é, tibak'nå, bak'e, bak'nå ternyata
tuwå tuwèk tua
cedhak, cerak, caket cedhek (kediri) , cedhak (ngawi) dekat
pidhak, idhak idêʔ (huruf k di ucapkan glottal)

di injak
mabur mibêr,ibêr, kabur (sebagian) terbang
kĕbak kebêʔ (huruf k di ucapkan glottal)

penuh
mung mèk,muk, gur hanya
marakké marai, garakné menyebabkan
isih, ijíh isík, sik, ijík/jék masih, saja
gari (umum), kari (jarang digunakan) garèk, karèk tinggal
ésuk isuk (kediri) , esuk (tulungagung/ponorogo) pagi
såkå, sĕkå dari
gagé ndang, gèk ndang cepat-cepat
těkå těkå (Yogyakarta) ujug-ujug tiba-tiba
dudu uduk, duduk bukan
ånå (Yogyakarta dan Semarang), ènèng (Surakarta) ènèk (lebih umum) , ènèng (kadang-kadang) ada
rampung bar/mari selesai
kolah jedhing kamar mandi
tongkrongan (istilah umum)
angkringan (Yogyakarta)
wédangan (Surakarta)
angkringan warung makan (gerobak) di pinggir jalan
peso lading pisau
tibå cêblok (benda/manusia) , tibå (hanya untuk manusia) jatuh
nganggo ngangge , nggawe, nggae, ngge pakai
bangět éram/mên/nêmên sangat
senajan masiyå, senajan walaupun
nganṭi, kanṭi ngantèk', sampèk' sampai
diantemi ditonyoni dipukul
mudheng dhòng, mudheng paham
mĕngko êngko nanti
siṭík (siṭék) saitik/thithik/sithik sedikit
apík (apék) apik,uapik bagus
cilík (cilék) cilik kecil
wíngi'' dhék wingi, dhék ingi kemarin
níng, ing níng, nang, nyang di
bali (lebih umum), mulíh (jarang dipakai) mulíh (lebih umum) / balik pulang
lungå / minggat lungå / ngalíh pergi
undangké celukne, parakne panggilkan
puyèng, mumět ngelu (lebih umum), mumet pusing
mriyang grêgês, gêring tak enak badan
diuripi / diurupké dikakné / diurupné / diempakne dinyalakan
gori tèwèl(di daerah Pati juga menggunakan kata ini) nangka muda

Referensi

  1. ^ Hananto, Akhyari. "Bahasa Jawa, dan Berbagai Variasinya yang Luar Biasa". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 2022-01-13. 
  2. ^ "DIALEK BAHASA JAWA BAGIAN TENGAH: Kajian Geografis Dialek Dan Budaya". Jingganya Senja. 2010-10-26. Diakses tanggal 2022-01-13. 

Pranala luar