Monumen Pancasila Sakti

monumen di Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Revisi sejak 15 Mei 2024 08.31 oleh Ariandi Lie (bicara | kontrib) (Ariandi Lie memindahkan halaman Monumen Pahlawan Revolusi ke Monumen Pancasila Sakti tanpa membuat pengalihan)

Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.[1]

Monumen Pancasila Sakti

Ketujuh pahlawan revolusi tersebut adalah:

  1. Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI (Jenderal TNI (Anumerta)) Ahmad Yani,
  2. Mayor Jenderal TNI (Letnan Jenderal TNI (Anumerta)) R. Suprapto
  3. Mayor Jenderal TNI (Letnan Jenderal TNI (Anumerta)) M.T. Haryono
  4. Mayor Jenderal TNI (Letnan Jenderal TNI (Anumerta)) Siswondo Parman
  5. Brigadir Jenderal TNI (Mayor Jenderal TNI (Anumerta)) DI Panjaitan
  6. Brigadir Jenderal TNI (Mayor Jenderal TNI (Anumerta)) Sutoyo Siswomiharjo
  7. Letnan Satu (Kapten CZI (Anumerta)) Pierre Tendean, Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution

Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Monumen yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur ini, berisikan bermacam-macam hal dari masa pemberontakan G30S - PKI, seperti pakaian asli para Pahlawan Revolusi.

Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti

Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 14,6 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.

Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan kebun karet yang sudah tidak berfungsi lagi yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah sumur tua yang dalamnya 12 meter dan berdiameter 75 cm

  1. ^ Putri, Wiji Adinda (2020-10-02). "Monumen Lubang Buaya, Saksi Kekejaman PKI yang Punya Aura Mencekam". Okezone.com. Diakses tanggal 2021-07-03. 

Sumur ini yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S.[1]

Menariknya, Patung Ahmad Yani melakukan pose yaitu menunjuk ke sesuatu. Sebuah akun youtube bilang bahwa yang ditunjuk oleh Pak Yani adalah tempat kematian ke 7 pahlawan tersebut, yaitu Sumur Lubang Buaya.

Kompleks Monumen

Monumen ini berdiri di atas lahan seluas 14,6 Hektar dan terdiri dari beberapa tempat yang bersejarah seperti Museum Pengkhianatan PKI, Sumur Tua tempat membuang jenazah tujuh Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan Pahlawan Revolusi, dan Museum Paseban.

Museum Pengkhianatan PKI

 
Museum Pengkhianatan PKI

Museum Pengkhianatan PKI menceritakan sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau G-30-S/PKI, diawal pintu masuk kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan PKI, Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan beberapa diorama yang menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah di Indonesia.

 

Sumur Maut

Sumur Tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi: - Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani - Letnan Jenderal TNI Anumerta M.T. Haryono - Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman - Letnan Jenderal TNI Anumerta Raden Soeprapto - Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan - Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo - Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean

Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, dekat lapangan terbang Halim Perdanakusumah, Jakarta. Sedangkan jenazah Kolonel (Brigadir Jenderal TNI Anumerta) Katamso Dharmakusumo dan Letnan Kolonel (Kolonel Anumerta Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, gugur pula Brigadir Polisi (Ajun Inspektur Polisi Tingkat II Anumerta Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jenderal TNI A.H: Nasution.

 

Rumah Penyiksaan

Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa dimana Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mengakui bahwa mereka adalah dewan jenderal yang akan melakukan kudeta kepada presiden Soekarno Pada Hari Angkatan Bersenjata. Mereka disiksa sebelum akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan kepada 4 Perwira angkatan darat yag masih hidup, yaitu :

  1. Mayor Jenderal TNI (Letnan Jenderal TNI (Anumerta)) R. Suprapto
  2. Mayor Jenderal TNI (Letnan Jenderal TNI (Anumerta)) Siswondo Parman
  3. Brigadir Jenderal TNI (Mayor Jenderal TNI (Anumerta)) Sutoyo Siswomiharjo
  4. Perwira TNI Letnan Satu (Kapten CZI (Anumerta)) Pierre Tendean Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution

Tempat ini dahulunya merupakan sebuah sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam kepada para Pahlawan Revolusi.

Pos Komando

Rumah ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tempat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letnan Kolonel Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti: 3 buah Petromaks, Mesin Jahit, dan Lemari Kaca.

Dapur Umum

Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI sebagai Dapur Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karena itu Ibu Amroh yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan diperintahkan oleh para anggota PKI untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi saat kembali ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan, hampir semua benda di rumah tersebut menghilang.

Museum Paseban

Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen Pahlawan Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Windu Hari Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan ini terdapat beberapa diorama sebagai berikut:

Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin oleh Muso dan yang kedua ialah pemberontakan G30S/PKI dalam bulan September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat foto ketujuh Pahlawan Revolusi, yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya.

Ruang Relik

Ruang Relik merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika mereka diculik, disiksa, sampai akhirnya dibunuh, dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.

Monumen Pancasila Sakti memiliki Ruang Teater yang memutar film dokumenter peristiwa G 30 S/PKI yang berdurasi 30 menit. Dimulai dari peristiwa penculikan, penyiksaan, pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, hingga Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Ruang Pameran Foto

Ruang Pameran Foto menyajikan foto-foto pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Daftar Referensi

  1. ^ Hens, Henry (2019-09-30). Mutiah, Dinny, ed. "Asal Nama Lubang Buaya yang Jadi Lokasi Monumen Pancasila Sakti". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-07-03. 

Pranala luar