Museum Ranggawarsita

museum di Indonesia
Revisi sejak 25 Mei 2024 02.16 oleh Devi 4340 (bicara | kontrib) (alamat situs web.)

Museum Jawa Tengah Ranggawarsita (bahasa Jawa: ꦩꦸꦱꦶꦪꦸꦩ꧀ꦗꦮꦠꦼꦔꦃꦫꦁꦒꦮꦂꦱꦶꦠ, translit. Musiyum Jawa Tengah Ranggawarsita) adalah museum yang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan budaya dan benda budaya Jawa Tengah yang berlokasi di Kota Semarang, Indonesia. Museum ini diresmikan tanggal 5 Juli 1989 dan memiliki koleksi 59784 koleksi[1][2][3]

Museum Jawa Tengah Ranggawarsita
Peta
Didirikan5 Juli 1989
LokasiJl. Abdul Rahman Saleh No. 1 Kalibanteng Kulon Semarang Jawa Tengah, Indonesia
JenisMuseum
Situs webhttps://ranggawarsitamuseum.id/

Sejarah

Pembangunan Museum Ranggawarsita mulai dirintis pada 1975. Namun, baru pada tahun 1977 pembangunannya mulai dilaksanakan secara bertahap. Pada 1983, salah satu ruang pameran tetap, yaitu gedung C telah selesai.[4][5] Atas perintah Gubernur Jawa Tengah saat itu, Soepardjo Rustam, museum ini dibuka untuk umum dan diresmikan olehnya pada tanggal 2 April 1983.[4]

Pada 5 Juli 1989, Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah diresmikan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi JawaTengah oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan, dengan Surat Keputusan tanggal 2 Desember 1987 Nomor: 0754/0/1987.[4] Pada saat itu pembangunan gedung A dan B sudah selesai.[5] Kemudian, tanggal 4 April 1990, terbit Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0223/0/1990 tentang Penamaan Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ranggawarsita”.[4] Pembangunan gedung D selesai pada tahun 1991.[5] Menurut buku Direktori Museum-Museum di Indonesia yang terbit pada 1994, Museum Ranggawarsita menempati lahan seluas kurang lebih 20.580 m², sedangkan luas bangunan 14.152 m².[4]

Lokasi

Museum Ranggawarsita terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh No. 1 Kalibanteng Kulon Semarang.

Bangunan Museum

Bangunan musium terdiri dari 4 gedung yang masing masing menceritakan sejarah yang berbeda.

  • Gedung A
Lantai satu gedung A menyimpan wahana Geologi dan Geografi. Diwahana ini menampilkan beberapa jenis bebatuan yang terdapat dibumi, juga batu meteorit yang ditemukan di daerah Mojogedang, Karangayar pada tahun 1984. Zaman dulu, meteorit dipakai untuk campuran pamor keris. Selain bebatuan, juga menulis tentang pembagian zaman yang pernah ada dibumi, beberapa koleksi mineral dan batu alam yang menarik, berbagai batu mulia hingga stalagtit dan stalagmit.[6]
Lantai dua gedung A, menyajikan wahana tentang Paleontologi (tentang zaman purba), beberapa koleksi yang ada seperti fosil kayu kuno, bebatuan dan masyarakat kuno juga tulang dan bagian-bagian hewan masa silam. Ada juga binatang langka yang diawetkan seperti bajing peluncur, babi hutan, kancil dan burung rajawali.[7]
  • Gedung B
Lantai satu berisikan peninggalan budaya dan kerajinan dari peradaban Hindu Budha, beberapa yang dipamerkan seperti Lingga dan Yoni, arca-arca, Ketongan, kendhi, cermin perunggu, patung dewa, candi-candi yang ada di Jawa Tengah. Juga menampilkan kebudayaan yang bercorak islam dari miniatur masjid Agung Demak dan Menara Masjid Kudus, fragmen seni hias, bahan terakota, replika kaligrafi, ornamen masjid Mantingan Jepara, Mustaka masjid Mayong Jepara, salinan Alquran yang ditulis dengan tangan serta cerobong sumur dari Caruban Lasem yang sangat menarik.[8]
Lantai dua menyajikan wahana keramik dan batik. Dipamerkan berbagai jenis dan model keramik baik lokal maupun yang berasal dari cina dan Eropa. Tak lupa, macam-macam kerajinan gerabah dan cara pembuatannya diperlihatkan dengan model diorama atau patung. Dibagian batik, dipajang berbagai motif batik yang ada di Jawa Tengah seperti Surakarta, Pekalongan, Lasem dan Banyumasan.
  • Gedung C
Lantai satu terbagi atas ruang bersejarah perjuangan bersenjata yang terbagi lagi atas koleksi benda-benda yang dipakai ketika zaman pertempuran dan Diorama pernjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Selain itu, ditampilkan pula diorama pertempuran-pertempuran yang pernah terjadi di Jawa Tengah dan Jogjakarta seperti Pertempuran Lima Hari Semarang, Peristiwa Palagan Ambarawa, Pemberontakan PKI di Cepu, Serangan Umum 1 maret dan Gerakan Tritura.[9]
Lantai dua terdapat ruang koleksi teknologi dan kerajinan tradisional, teknologi industri dan transportasi, dan beragam model kerajian rumahan.
  • Gedung D
Lantai satu memamerkan tentang pembangunan, numismatik, heraldik, tradisi nusantara, ruang intisari dan hibah.
Lantai dua terbagi atas ruang kesenian yang menampilkan koleksi benda dan peralatan kesenian yang dipisahkan menjadi seni pergelaran (berbagai pengetahuan yang menarik tentang wayang), seni pertunjukan (berbagai kesenian khas Jawa kuda lumping, barongan), dan seni musik .

Referensi

Catatan kaki

Daftar pustaka