Ali Abdullah al-Banjari
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Ali bin Abdullah Wujud Al-Banjari, adalah seorang ulama besar di bidang ilmu Fiqih Pengarang kitab Al-Kaukab Al-Barri Fi Tsabat Al-Banjari dan merupakan cucu Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.[1]
Kehidupan
suntingBeliau bernama lengkap Ali bin Abdullah Wujud bin Mahmud bin Muhammad Arsyad Banjar Al-Martapuri Al-Makki Asy-Syafi’i. Dia lahir di Kota Makkah, Al-Mukarramah pada hari Senin tanggal 14 Sya’ban tahun 1285 H, yang bertepatan dengan tanggal 29 atau 30 November tahun 1868 M.[1]
Ayahnya merupakan seorang ulama besar bernama, Syaikh Abdullah bin Mahmud merupakan ulama besar di Makkah Al-Mukarramah. Ayahnya memiliki kemampuan ketika dia sedang berdzikir, tubuhnya tidak dapat dilihat secara kasat mata, yang tampak hanya pakaian dan sorbannya. oleh karena itu, ayahnya dijuluki dengan julukan Syaikh Abdullah Wujud.[2]
Pendidikan
suntingDikarenakan berasal dari keluarga yang terbiasa dalam mempelajari ilmu agama mendorong Syekh Ali Banjar untuk memperdalam ilmu agama semenjak dia kecil. Syekh Ali Banjar menyelesaikan hapalan Al-Qur'an dan menguasai beberapa dasar ilmu Islam dan bahasa Arab sebelum dewasa, lalu dia rutin dalam menghadiri kajian beberapa kitab para ulama yang berada disekitar Kota Makkah Al-Mukarramah. Beberapa ulama yang menjadi tempatnya belajar adalah Syekh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath, Sayid 'Alawiy bin Ahmad As Saqqaf, Mufti Mazhab Malikiyah Syekh 'Abid bin Husain Al-Malikiy, dan Syekh Muhammad Mahfuzh Tremas. Namun, dia adalah ulama yang fokus untuk menuntut ilmu di hadapan mereka adalah Syekh Abu Bakar Syatha, dan Syekh Muhammad Sa'id Yamaniy.[1]
Salah seorang gurunya, yaitu Syekh Abu Bakar Syatha merupakan seorang ulama yang mengajarkan kitab Fath al-Mu’in karya Al-Allamah Zainuddin al-Malibari, di Masjidil Haram. Dengan melihat kesungguhan dan pemahamannya yang mendalam di bidang fikih, Syekh Abu Bakar Syatha mempercayakannya sebagai juru tulis dalam menulis Kitab ‘Ianah Al-Thalibin. Kitab tersebut merupakan penjelasan dari kitab Fath al-Mu’in karya Al-Allamah Zainuddin al-Malibari yang diajarkan oleh gurunya saat di Masjidil Haram.[2]
Silsilah :
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Fatimah Az-Zahra
3. Husein Asy-Syahid
4. Ali Zainal Abidin
5. Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Muhammad Ad-Dibaj
8. Ismail
9. Muhammad
10. Ahmad
11. Sajun
12. Ahmad
13. Muhammad
14. Sulthan Hawi Al-Makaram
15. Hamid
16. Rafa'
17. Yusuf
18. Abdul Aziz
19. Abul Qasim
20. Mahriz
21. Muhammad
22. Abu Bakar
23. Majliddin
24. Ismail
25. Ahmad
26. Muhammad
27. Ahmad
28. Ahmad
29. Muhammad
30. Abul Hasan
31. Muhammad
32. Khairuddin
33. Ahmad
34. Jalaluddin
35. Salim Badruddin
36. Sulaiman
37. Ibrahim
38. Abdullah
39. Muhammad Badruddin
40. Ali
41. Mahmud Zainuddin
42. Muhammad Zainal Abidin
43. Sayyid Abu Bakar Al-Bakri Utsman Syatha
Kematian
suntingSyekh Ali Banjar wafat pada hari Jumat tanggal 12 Zulhijah tahun 1370 H, yang bertepatan dengan 14 September tahun 1951 M, di usianya yang ke-85 tahun. Dia dimakamkan di pemakaman Ma'lâh, yang berada Kota Makkah Al-Mukarramah.[1]
Referensi
sunting- ^ a b c d La Eda, Maulana (2020). 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci. Solo: Aqwam Media Profetika. ISBN 9789790397576.
- ^ a b Syaifuddin, Muhammad Bulkini Ibnu (2022-06-05). "Syekh Ali Al-Banjari, Juru Tulis Kitab I'anah Thalibin Dari Banjar Kalimantan". Harakah.ID - Situs Belajar Islam Terpercaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2022-06-15.