PSMS Medan

klub sepak bola di Indonesia

Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya (disingkat PSMS Medan) adalah sebuah klub sepak bola profesional Indonesia yang berbasis di Kota Medan, Sumatera Utara. Klub tersebut saat ini bermain di Liga 2.

PSMS Medan
Nama lengkapPersatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya
Julukan
  • Ayam Kinantan
  • The Killer (Sang Pembunuh)
Berdiri21 April 1950; 74 tahun lalu (1950-04-21)
StadionStadion Teladan
(Kapasitas: 30.000)
PemilikPT. Kinantan Medan Indonesia
DirekturIndonesia Arifuddin Maulana Basri
ManajerIndonesia Mulyadi Simatupang
PelatihIndonesia Buyek Shing Nasution
Asisten PelatihIndonesia Legimin Rahardjo
LigaLiga 2
2023/2024Peringkat 3, Grup A
Situs webSitus web resmi klub
Kelompok suporter
  • Kampak FC
  • SMeCK Hooligan
  • PSMS Fans Club
  • La Curva 1950
Kostum kandang
Kostum tandang
Musim ini

Sejarah

Tahun-tahun awal (1907–1950)

Sejarah PSMS dimulai dengan DVB. Secara eksplisit, para pemangku kepentingan sepakbola di Medan memulai rapat umum pertama untuk membentuk serikat pada tanggal 7 Juli 1907 (lihat pos De Sumatra, 08-07-1907). Kemudian kemudian, dengan berdirinya OSVB pada tahun 1915, DVB secara terbuka menyatakan bersedia untuk berintegrasi dengan OSVB (proses fusi). Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi, coverage area OSVB sudah tidak efektif lagi. Pada bulan September 1949, para pemangku kepentingan sepak bola di Medan membentuk VBMO (proses fisi). Dalam rangka menyesuaikan kebijakan VUVSI (NIVU suksesi) pada tahun 1948 untuk menerjemahkan VUVSI menjadi ISNIS, maka VBMO juga diterjemahkan menjadi PSMS dan kemudian serikat sepak bola Medan disebut VBMO/PSMS.

Pada bulan Maret 1950, militer Belanda meninggalkan Medan . Organisasi sepak bola Negara Sumatera Timur pada masa pendudukan Belanda, Rumah Susun Football Club (RSFC) dan Oost Sumatera Voettbal Bond (OSVB) yang telah berdiri sejak awal tahun 1930-an kemudian pada tahun 1950 berubah nama menjadi Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya atau disingkat menjadi PSMS. Namun, tidak ada bukti yang jelas bahwa MVC, DVB, OSVB, VBMO, RSFC, dan klub sepak bola lain yang didirikan pada masa kolonial Belanda adalah cikal bakal PSMS. [2]

Penggagas lahirnya PSMS Medan ada 6 tokoh yang mewakili 6 Klub Amatir yang ada di Medan tahun 1950. Keenam tokoh tersebut adalah Adinegoro (Al Wathan), Madja Purba (Sahata), Sulaiman Siregar (PO Polisi), TM Harris (Medan Sport), dr Pierngadi (Deli Matschapij) dan Tedja Singh (India Football Team). Merekalah yang mengkoordinir 23 klub di Medan saat itu untuk mendirikan PSMS Medan pada 21 April 1950.

Kota Medan sudah lama dikenal dunia karena adanya perkebunan tembakau Delinya. Tak heran jika logo PSMS berbentuk "daun" dan "bunga tembakau deli". Tembakau Deli juga menjadi lambang PSMS Medan sampai sekarang .1950 berarti lahirnya PSMS pada tanggal 21 April 1950. Warna Hijau berarti perkebunan. Warna Putih berarti Suci yang dalam arti luas berarti Sportif.

Warna hijau tetap dipertahankan sebagai warna kostum utama PSMS Medan. Warna hijau pada kostum PSMS juga dapat diartikan sebagai kesejukan, kesegaran dan ketenangan.

PSMS Medan dikenal dengan ciri khas permainan rap-rap yaitu sepak bola yang keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih dan menjunjung tinggi sportivitas. Hal inilah yang sering diperlihatkan oleh tim berjuluk “The Killer” dan kini berjuluk “Ayam Kinantan”.

PSMS adalah klub sepak bola yang berasal dan berbasis di Stadion Kebun Bunga Jl. Candi Borobudur No.2 , Medan Sumatera Utara.

PSMS Medan dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim berjuluk "Ayam Kinantan" ini.

Era The Killer (1953-1967)

Era kejayaan PSMS terjadi sejak tahun 1953. Saat itu, PSMS sering mengundang tim-tim dari luar negeri seperti Grazer AK , Kowloon Motorbus (Hong Kong), Grasshopper , Star Soccerites (Singapura) dan lain-lain. Berkat kemenangan yang sering dicicipi PSMS melawan tim asing, PSMS mendapat julukan "Killers" atau "Algojo" tim-tim dari luar negeri.

Eksistensi PSMS di awal kemunculannya sudah tidak diragukan lagi. PSMS sering menang melawan setiap pertandingan klub dalam dan luar negeri. Saat itu PSMS mendapat julukan The Killer karena selalu menghajar lawannya di lapangan. Saat itu PSMS juga beranggotakan pemain-pemain fenomenal seperti Ramlan Yatim, Ramli Yatim, Buyung Bahrum, Kliwon, Cornelius Siahaan, Yusuf Siregar, Filip Bonar Lumban Tobing, M.Rasijd, Arnold Van Der Vin dan lain-lain. Kepiawaian menggiring bola membuat PSMS dan Sumut kerap menjuarai beberapa turnamen dan liga olahraga. Tahun 1953 dan 1957 pemain PSMS yang membela Tim Sumut di Pekan Olahraga Nasional berhasil mempersembahkan Medali Emas. Di Perserikatan 1954 dan 1957 PSMS meraih gelar Runner Up.

Pada Olimpiade 1956 di Melbourne 3 pemain PSMS Medan, yaitu Ramlan Yatim, Ramli Yatim dan M. Rasijd tampil membela Tim Nasional Sepak Bola yang tampil di Olimpiade

Pada era ini beberapa pemain PSMS seperti Ramli Yatim, Ramlan Yatim, M. Rasijd, Yusuf Siregar, Cornel Siahaan, Arnold Van Der Vin, Saari, Matseh, Azis Tanjung, Saiban, Eddy Simon, Muslim dan Ipong Silalahi kerap dipanggil memperkuat Tim Nasional Indonesia

Era Perserikatan (1967-1990)

Memasuki tahun 1960-an, PSMS menjadi momok yang menakutkan bagi klub-klub di Indonesia. Pada April 1967, Final Piala Suratin berlangsung di Stadion Menteng, Jakarta. Di babak final ini, PSMS Jr yang diasuh oleh Legenda PSMS Ramli Yatim berhasil unjuk gigi sebagai kekuatan utama sepak bola saat itu.

Ramli Yatim berhasil memoles sosok Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Wibisono, Tumsila, Nobon, dll sebagai bintang masa depan Medan dan Indonesia. Di final yang berlangsung pada 26 April 1967, PSMS menghadapi tuan rumah yang juga musuh bebuyutan mereka, Persija. Ronny Pasla menjadi bintang dalam duel ini dengan aksi briliannya di bawah mistar. Karena hari semakin gelap dan Stadion Menteng tidak memiliki penerangan yang memadai, akhirnya diputuskan PSMS dan Persija menjadi Juara Bersama dengan ketentuan 6 bulan pertama trofi dibawa ke Medan dan 6 bulan berikutnya trofi dibawa ke Jakarta.

Kesuksesan skuad PSMS Jr mendorong pelatih PSMS Jusuf Siregar yang didampingi Ramli Yatim untuk mempromosikan beberapa pemain PSMS Jr ke Tim Senior PSMS yang berlaga di Kejuaraan Nasional PSSI 1967, di antaranya Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean dan Wibisono. Kombinasi pemain muda ini dengan pemain senior antara lain Yuswardi, Zulham Yahya, Sukiman, Ipong Silalahi, Muslim, A. Rahim, Syamsuddin, Sunarto, Aziz Siregar, Zulkarnaen Pasaribu dll ternyata sukses besar, membuat PSMS semakin solid dan solid. akhirnya berhasil menjadi juara. Wilayah Barat dan lolos ke babak semifinal yang berlangsung di Jakarta didampingi Persib. Pada babak semifinal yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta, PSMS menghadapi Persebaya dan Persib menghadapi PSM. Di semifinal ini, pertandingan berlangsung dua kali, yakni pada 6 dan 7 September 1967. Di semifinal pertama ini, PSMS kalah 0-1 dari Persebaya. Dalam duel yang berlangsung malam ini PSMS tidak memiliki bintangnya Zulham Yahya yang diskors karena kartu merah di penyisihan grup dan posisinya ditempati oleh bintang muda Sarman Panggabean. Sementara Persib menang 1-0 atas PSM. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967.

Pada Final PSMS ini mendapat ujian yang berat karena salah satu bintangnya, Djamal mengalami cedera dan akhirnya posisi tersebut ditempati oleh bintang muda PSMS, Sarman Panggabean. Dan Zulham Yahya bisa muncul lagi. Selain Sarman dan Ronny Pasla di Final, striker muda Tumsila juga masuk sebagai starter. Ternyata di Final ini PSMS tampil apik dan akhirnya berhasil mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu ke gawang Persib yang dikawal Jus Etek. Ini kali pertama PSMS Medan juara. Kejuaraan Nasional/Divisi Utama Perserikatan PSSI sejak didirikan pada tahun 1950 dan disambut dengan meriah oleh para pendukung PSMS Medan di Jakarta dan di Sumatera Utara.

Keberhasilan PSMS membuat PSMS Medan mewakili Indonesia di Piala Emas Aga Khan 1967 yang berlangsung di Bangladesh. Dan akhirnya di Turnamen ini PSMS berhasil menjadi Juara setelah di Final mengalahkan tim tuan rumah Mohammaden 2-0 melalui 2 gol dari sundulan Tumsila. Saat kembali ke Medan rombongan disambut oleh Pangdam II/Bukit Barisan Mayjend Sarwo Edhie Wibowo dan disinilah Sarwo Edhie memberikan julukan “Kepala Emas” kepada Tumsila karena kemampuannya yang mumpuni dalam mencetak gol dengan sundulan dan sejak saat itu Julukan "Kepala Emas" sudah melekat pada Tumsila baik di PSMS maupun timnas. Saat itulah PSMS 1967 menjadi "Raja" Sepak Bola Indonesia

Setelah tim nasional memenangkan Piala Raja 1968, para pemain tim nasional dikontrak secara profesional oleh TD Pardede di klubnya, Pardedetex. Pemain yang dikontrak tersebut antara lain Soetjipto Soentoro, Sinyo Aliandoe, Iswadi Idris, Judo Hadianto, Muliyadi (Persija), M. Basri (PSM), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Anwar Ujang (Persika), Max Timisela (Persib). ) plus ada 3 bintang PSMS Medan yaitu Sarman Panggabean, Sunarto dan Aziz Siregar. Karena pada saat itu Pardedetex meskipun mengontrak pemain secara profesional namun dalam kompetisi bernaung di Kelas Utama/Divisi Utama PSMS sehingga secara otomatis skuad Pardedetex memperkuat PSMS pada Kejuaraan Nasional/Divisi Utama PSSI 1969. Skuad Pardedetex ini memperkuat PSMS plus dan didukung oleh Pemain Sepak Bola Medan Non Pardedetex antara lain Ronny Pasla, Yuswardi, Tumsila, Zulham Yahya, Ipong Silalahi, Syamsuddin dan di saat-saat tertentu Sukiman dan Nobon ditambahkan. Skuad ini dilatih oleh Ramli Yatim dan EA Mangindaan.

Skuad inilah yang berhasil membawa PSMS Medan ke Kejuaraan Nasional PSSI 1969 pada tanggal 6 Juli 1969 dengan rekor gol yang mengerikan di Final yang diikuti oleh 7 tim, yang termasuk 29 gol dan hanya kebobolan 2 gol dan tidak terkalahkan. Adapun 7 tim yang berlaga di babak final Kejuaraan Nasional PSSI adalah PSMS Medan, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Persib Bandung, PSKB Binjai dan Persipura Jayapura. Keberhasilan ini membuat PSMS Medan untuk kedua kalinya menjuarai Kejuaraan Nasional PSSI setelah sebelumnya sukses menjadi Juara Umum Kejuaraan Nasional PSSI pada tahun 1967.

Pada September 1969 skuad PSMS yang berhasil menjadi Juara Umum Kejurnas PSSI mempertahankan bendera Sumatera Utara (Sumut) dalam PON VII yang berlangsung di Surabaya. Pada PON kali ini, skuad Sumut yang diasuh Ramli Yatim dan EA Mangindaan sukses tampil gemilang dan membawa Sumut meraih Medali Emas usai final yang diwarnai adu jotos antar pemain, mengalahkan DKI Jakarta 2-1 lewat gol. dicetak oleh Iswadi Idris dan Soetjipto Soentoro. Ini merupakan Medali Emas ketiga bagi Sumut dalam cabang sepak bola PON setelah sebelumnya sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957. Pada PON 1969, Soetjipto Soentoro menjadi top skorer dengan 16 gol dan memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh seniornya di PSMS dan Tim PON Sumut Yusuf Siregar pada PON 1953 dengan 15 gol. Rekor Tjipto ini hingga kini masih bertahan dan belum terpecahkan. Ramli Yatim juga berhasil menjadi orang pertama yang meraih Medali Emas PON sebagai Pemain dan Pelatih. Sebagai pemain, Ramli Yatim sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957.

PSMS mempertahankan gelar musim 1969-1971 setelah mengalahkan Persebaya lagi di final. Dan bersama Persija Jakarta , mereka menjadi juara bersama pada musim 1973–1975 akibat protes berlebihan kepada wasit pada menit ke-40 yang menyebabkan pertandingan harus dihentikan.

PSMS adalah klub Indonesia pertama yang berlaga di Asian Champion Club Tournament (sekarang Liga Champions AFC ) pada tahun 1970 . PSMS berhasil merebut posisi keempat di semifinal setelah dikalahkan Taj Club 2-0 dan di pertandingan perebutan tempat ketiga dikalahkan oleh Homenetmen 1-0.

Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 melalui adu penalti (aet 0-0). Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2). Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia

Era Liga Indonesia

Pada musim pertama Liga Indonesia yang saat itu terbagi atas 2 wilayah, di mana PSMS berada Wilayah Barat, prestasi PSMS hanyalah di papan tengah klasemen.

Pada musim kedua Liga Indonesia, PSMS kembali bergabung di Wilayah Barat, dan PSMS kembali hanya berada di papan tengah klasemen. Musim ke-2 ini adalah awal sejarah di mana PSSI mensubsidi dua pemain asing bagi setiap tim.

Pada musim ketiga Liga Indonesia, PSMS tergabung di Wilayah Tengah. Pada musim ini, PSMS hampir saja terdegradasi.

Era Liga Super Indonesia

Menjelang digelarnya Liga Super Indonesia pada 12 Juli 2008, tim ini masih dipayungi dengan polemik internal antar pengurus tim dengan pihak pengelola yang mencuatkan pengunduran diri PSMS Medan dari ajang LSI 2008 di mana akhirnya pada tanggal 10 Juli 2008 Badan Liga Indonesia memutuskan untuk tetap mengikutsertakan PSMS Medan mengikuti ajang Liga Super Indonesia meski harus menggunakan Stadion Gelora Bung Karno di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada paruh musim pertama setelah pihak pengelola setuju memberi kompensasi sebesar Rp. 10 miliar sebagai dana renovasi infrastruktur Stadion Teladan, Kota Medan.

Perpecahan dua kubu

Mengawali musim baru 2011 kekacauan terjadi di PSSI yang turut mempengaruhi keikutsertaan PSMS di liga indonesia. Terpecahnya kompetisi di indonesia menjadi dua yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia membuat manajemen PSMS ikut membagi dua tim untuk mengikuti kedua kompetisi ini. PSSI yang mengusung Liga Prima Indonesia mengikutsertakan PSMS Medan sebagai salah satu peserta Liga Prima Indonesia karena dianggap sebagai tim yang memiliki sejarah kuat dalam sepak bola indonesia. Sementara PT. Liga Indonesia memilih PSMS sebagai satu dari empat tim pengganti setelah Persiraja Banda Aceh, Persijap Jepara, Semen Padang FC, dan Persiba Bantul mengikuti Liga Prima Indonesia. PSMS ISL dipersiapkan untuk mengikuti Liga Super Indonesia sementara PSMS Medan dipersiapkan untuk mengikuti Liga Prima Indonesia.

Pendukung

PSMS Medan memiliki beberapa kelompok pendukung. Yang tertua dan pertama kali berdiri yaitu sejak 17 Januari 2001 adalah KAMPAK FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan - Fans Club). Lalu akibat dinamika organisasi lahirlah kelompok supporter kedua yang bernama SMeCK Hooligan (Supporter Medan Cinta Kinantan Hooligan) yang terbentuk pada 30 September 2003 kemudian lahir juga PFC (PSMS FANS CLUB) dan juga LA CURVA1950 sebagai kelompok termuda saat ini. Selain mendukung PSMS di Stadion Teladan Kota Medan, mereka juga ikut memberikan dukungan kepada tim yang terbentuk 30 April 1950 itu kala bertandang ke luar Kota Medan. Kampak FC merupakan klub supporter pendukung pertama yang dimiliki PSMS Medan dibentuk oleh Riza Andriansyah dan Diki Anugerah yang menginisiasi perubahan paradigma supporter modern di Provinsi Sumatera Utara. Menjadi Supporter mandiri dan penuh kreasi menjadi tujuan dan identitas supporter sepak bola di Tanah Deli saat ini.

Pencapaian era Perserikatan

  • 1954 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1957 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1969 - Juara mengalahkan Persija Jakarta
  • 1971 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1975 - Juara bersama, dengan Persija Jakarta
  • 1983 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1985 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1992 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang

Pencapaian liga domestik

©Catatan: Liga Super Indonesia 2011-2012 & ISC B 2016 bukan kompetisi resmi yang berafiliasi dengan PSSI, AFC & FIFA.

Pencapaian piala domestik

Pencapaian level internasional

  • 1967 : Juara ke-1 setelah menang 2-0 dari Mohammedan di Final Aga Khan Gold Cup
  • 1970 : Juara ke-4 setelah kalah 1-0 dari   Homenetmen diperebutan peringkat ketiga Turnamen Klub Juara Asia
  • 2009 : Kalah 2-1 dari   Singapore Armed Forces dibabak playoff 2 / tidak lolos ke babak grup(32 besar) Liga Champions Asia
  • 2009 : Kalah 4-0 dari   Chonburi dibabak perdelapan final / tidak lolos ke babak perempat final Piala AFC

Prestasi

Liga Nasional

Piala Nasional

Turnamen Nasional

Internasional

Pelatih

Daftar pemain

Berikut merupakan daftar pemain PSMS Medan untuk ajang [3] Liga 2 2022

Per 12 Juli 2022.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
7 MF   IDN Andre Dio
8 MF   IDN Krisna Septiawan
10 FW   IDN Martua Sandeni
11 MF   IDN Robert Pires
14 MF   IDN Arif Suyono
17 FW   IDN Nico Malau
19 MF   IDN Ahmad Bustomi
20 GK   IDN Abdul Rohim
22 GK   IDN Wisnu Pradipta
23 MF   IDN Ichsan Pratama
28 MF   IDN Hari Habrian
29 DF   IDN Joko Susilo
33 DF   IDN Didik Ariyanto
No. Pos. Negara Pemain
55 DF   IDN Rizky Abdiansyah
79 MF   IDN Hamdi Sula Umanailo
82 FW   IDN Beni Oktovianto
88 DF   IDN Muhammad Harry
90 DF   IDN Andre Sitepu
92 FW   IDN Dian Sasongko
93 FW   IDN Ahmad Ihwan
GK   IDN Adixi Lenzivio
DF   IDN Supardi Nasir
DF   IDN Fardan Harahap
DF   IDN Imam Mahmudi
MF   IDN Suandi
FW   IDN Ricat Turnip

Mantan Pemain

Pranala luar