Majenang, Cilacap

kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Revisi sejak 24 Juni 2024 23.16 oleh SejarawanCilbar (bicara | kontrib) (Sejarah Tugu pahlawan di Majenang)

Majenang (Aksara Sunda: ᮙᮏᮨᮔᮀ, Aksara Jawa: ꧋ꦩꦗꦺꦤꦁ) adalah kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Majenang merupakan pusat perekonomian di wilayah Cilacap bagian barat. Majenang pada dahulunya merupakan bagian dari Kadipaten Dayeuhluhur, dan dibubarkan pada masa perlawanan Pangeran Diponegoro. Seluruh wilayah Kadipaten Dayeuhluhur, termasuk Majenang menjadi bagian dari Kabupaten Banyumas, kemudian digabungkan ke wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 1960. Kecamatan ini merupakan jalan utama lintas provinsi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat yang menghubungkan antara Cilacap dengan Kota Banjar. Di sepanjang perjalanan melewati Majenang, pemandangan berupa hutan karet dengan medan yang berbukit, sungai dan jalanan landai.[1]

Majenang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenCilacap
Pemerintahan
 • CamatAji Pramono S.STP.,M.M
Populasi
 • Total64,519 jiwa
Kode Kemendagri33.01.14 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3301030 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan13

Geografi

Majenang adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Cilacap yang letaknya paling utara. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Brebes, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggu, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipari, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wanareja.[2] Dari tahun ke tahun, ada potensi untuk memisahkan bagian barat Kabupaten Cilacap, termasuk Majenang, untuk membentuk kabupaten baru, yaitu Kabupaten Cilacap Barat.[3][4]

Sebagian besar wilayah Majenang adalah pegunungan dan selebihnya dataran, mulai dari ketinggian sekitar 100 meter sampai 1.200 meter di atas permukaan laut.[5] Hampir semua tanahnya subur, baik yang berupa pegunungan maupun dataran. Curah hujan sangat tinggi, pada musim penghujan hampir setiap hari hujan turun, menyebabkan banjir merupakan masalah yang sering dialami tiap tahun. Ada 3 sungai yang cukup deras yaitu: Sungai Cijalu, Sungai Cilopadang, dan Sungai Cileumeuh. Di kanan kiri sungai-sungai tersebut terdapat sawah dan ladang.

Hutannya masih sangat lebat berupa belantara dengan pohon hutan asli. Bukit-bukitnya sebagian besar terjal dengan kemiringan 25 derajat sampai 75 derajat. Mata air ada dimana-mana sehingga tidak pernah kekurangan air, bahkan di musim kemarau. Hasil hutan berupa kayu dan hasil kebun buah-buahan serta sayuran. Sawah tersebar mulai dari dataran hingga perbukitan yang landai.

Kecamatan Majenang memiliki lanskap berupa perbukitan, pegunungan, dan air terjun.

karna keindahan alamnya, banyak tempat yang bisa dijadikan objek wisata alam di sekitar Gunung Cijalu, mulai perbukitan yang hijau hingga air terjun yang sejuk.

Hasil hutan berupa kayu dan hasil kebun buah-buahan serta sayuran berlimpah. Sawah tersebar mulai dari dataran hingga perbukitan yang landai sehingga boleh dibilang surplus beras.

Di perut buminya ada beberapa jenis tambang:

  1. Tambang emas di desa Sadahayu (belum di eksplor)[6]
  2. Tambang batu alam di desa Cibeunying (gunung Cungakan)[7]
  3. Tambang pasir dan batu kali ada di sepanjang sungai Cijalu

Demografi

Majenang merupakan daerah "peralihan" Sunda-Jawa. Artinya, di wilayah ini bahasa ibu yang dipakai terdiri dari Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa,[8] tapi Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa sedikit kasar dibanding Sunda di Jawa Barat atau Jawa di Jawa Tengah sebelah Timur. Walaupun ada pula yang dapat menggunakan bahasa halus, tetapi didominasi oleh bahasa yang kasar.

Lapangan Usaha

Berdasarkan lapangan usaha yang ada di Majenang, sektor pertanian merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sebanyak 32.864 orang atau 55,65 persen, diikuti sektor Jasa sebanyak 9.930 orang atau 15,85 persen, kemudian perdagangan rumah makan dan akomodasi sebanyak 7.645 orang atau 12,71 persen, Industri pengolahan menempati urutan ke empat dengan angka 2.791 orang atau 4,51 persen, sektor angkutan dan komunikasi sebanyak 1.975 orang atau 3,01 persen, sektor konstruksi atau bangunan sebanyak 1.648 orang atau 2,36 persen, dan sisanya untuk sektor lainnya yang masih di bawah 10 persen.[9]

Batas Kecamatan

Desa/kelurahan

Kecamatan Majenang terdiri dari 17 kelurahan / desa, yaitu:

  1. Bener
  2. Boja
  3. Cibeunying
  4. Cilopadang
  5. Jenang
  6. Mulyadadi
  7. Mulyasari
  8. Padangjaya
  9. Padangsari
  10. Pahonjean
  11. Pengadegan
  12. Sadabumi
  13. Sadahayu
  14. Salebu
  15. Sepatnunggal
  16. Sindangsari
  17. Ujungbarang

Sejarah Tugu Dharma Pusaka Majenang

Sejarah Tugu Dharma Pusaka dikutip dari : TUGAS INDIVIDU LAPORAN WAWANCARA

Disusun sebagai tugas mata kuliah Sejarah Lisan Dosen pengampu: Prof. Wasino Nina witasari, M.Hum Oleh: Nama  : Fajar P. Kinasih NIM  : 3101407068 Rombel  : 01 Prodi  : Pendidikan Sejarah

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009 BIODATA NARA SUMBER

Narasumber 1 Nama  : Abdul Hadi Tempat/ tanggal lahir  : Sambas, Kalimantan Barat, 5 Januari 1922 Alamat  : Jl. Yos Sudarso RT 03 RW 04 Majenang Peran dalam peristiwa : Penginisiatif dan ketua umum berdirinya Monumen Dharma Pusaka 1945

Narasumber 2 Nama  : R. Sabdo Tempat/ tanggal lahir  : Majenang, Cilacap, 20 September 1925 Alamat  : Jl. Anggur desa Losari Majenang Peran dalam peristiwa : Pejuang

TRANSKIPSI WAWANCARA A. Nara Sumber 1 PW  : Apa yang Bapak ketahui tentang Monumen Dharma Pustaka 1945? NS  : Adanya Monumen Dharma Pusaka 1945 itu untuk mengenang perjuangan masyarakat Majenang. Setelah saya hijrah dari Semarang kesini (Majenang), di Semarang saya juga mangalami perjuangan pemuda-pemuda Semarang, setelah saya pindah kesini (Majenang), saya mendengar cerita kepahlawanan masyarakat Majenang untuk mempertahankan kemerdekaan, namun disini (Majenang) sepi-sepi saja, tidak ada bekas atau kegiatan apapun. Pada suatu hari saya mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, seperti Mayor Rustam, Kapten Purnawirawan De Rohman, dan lain-lain. Saya mendengar sejarah perjuangan masyarakat Majenang, tetapi tidak ada kenangannya sama sekali (tetenger/monumen). Mereka menyerahkan semua pada Saya. Lalu Saya Kepala Desa, Tokoh Agama, Pengusaha, dan lain-lain. Alhamdulillah mereka hadir .Tempatnya di Kantor Kecamatan Majenang. Mereka menyerahkan pembangunan Monumen itu pada Saya. Dana dan kegiatan dilakukan dengan gotong royong oleh masyarakat. Dari pihak TNI juga bersedia memberikan dana. Kemudian jadilah Monumen perjuangan masyarakat Majenang yang diresmikan oleh Bapak Lintang Waluyo.

PW  : Dapatkah Bapak jelaskan tentang peristiwa perjuangan masyarakat Majenang? NS  : Dibangunnya Monumen tersebut tentu ada alasannya yaitu untuk mengenang perjuangan masyarakat Majenang. Dimana-mana waktu itu semua orang berjuang. Seperti di Semarang, waktu itu saya juga bergabung dengan Laskar Pemuda di Semarang. Ketika itu saya juga mengantarkan Dr. Karyadi untuk memeriksa air. Ada cerita dari Mayor Rustam, bahwa di Majenang waktu itu ada pengumuman dari Gubernur Jawa Tengah, (kemudian Beliau menyuruh penulis membaca suatu brosur, yang pernah Beliau buat saat upacara perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke 60), isinya sebagai berikut: “Pengumuman Gubernur Propinsi Jawa Tengah, Mr. Wongsonegoro, bahwa mulai tanggal 19 Agustus 1945 pukul satu siang, berlakunya Pemerintahan RI di Semarang dengan pekik kemerdekaan pengibaran bendera merah putih dimana-mana. Para pemuda turun ke jalan-jalan terutama di jalan Bonjol (Jl. Pemuda, sekarang). Di daerah Banyumas, gema kemerdekaan itu disambut dengan siap siaga, lebih-lebih setelah Residen Banyumas, Mr. Iskak tjokro Adisoerjo mengumumkan bahwa mulai tanggal 5 September 1945, berlaku pemerintahan RI di seluruh karesidenan Banyumas. Tak kalah gemuruhnya, di kota Majenang Kabupaten Cilacap, pemuda-pemudanya sudah siap tempur. Pada pertengahan bulan September 1945 terjadilah penghadangan tehadap sepasukan kecil tentara Jepang, yang datang dari arah barat, dari Tasikmalaya, oleh puluhan pemuda dari desa sekitar desa Cigaru, Jenang, Pahonjean. Tentara Jepang itu menarik diri, kembali kearah barat. Tentara Jepang yang lolos, menyerah, dan dilucuti oleh TNI pimpinan Gatot Subroto di Purwokerto. Setelah Majenang diduduki Belanda, banyak pemuda yang bergabung dengan Batalyon Soerono- SWK IV(Sub Where Kreise IV) pimpinan Mayor Soerono. Empat tahun lebih mereka bergerilya, bertahan dengan gigih. Selain semangat pantang menyerah dan percaya pada kekuatan sendiri, alam pegunungan sekitar Majenang sangat mendukung, sukar dicapai tentara Belanda. Rakyat bersatu dan menyatu dengan para pemuda dan suplai makanan dari desa-desa cukup”. Karena itulah saya membangun Monumen itu karena tidak ada sedikitpun tanda untuk mengenang perjuangan masyarakat Majenang. Korban-korban ada yang ditemukan, ada juga yang hilang yaitu terdiri dari Laskar Rakyat, OPR, dan lain-lain. Nama-namanya nanti dapat dilihat di Monumennya. Sedih sekali, ada dua saudara yang diikat oleh Belanda ditepi sungai Cijalu lalu ditembak yaitu Bapak Bastian dan Dasman, yamg lain dihanyutkan.

PW  : Dalam peristiwa tersebut yang menyerang Belanda atau Jepang? NS  : Jepang itu hanya menumpang saja, yang menyerang itu Belanda. Belanda masuk, lalu disambut rakyat, tapi kemudian rakyat lari sampai ke Karang Sarun. Dipimpin oleh pak Soerono, waktu itu beliau belum Jendral, masih Letnan. Akhirnya Majenang diduduki Belanda.

PW  : Apakah ketika pembangunan Monumen tersebut Bapak Jendral Surono masih hidup? NS  : Iya masih hidup. Namun beliau tidak datang saat peresmian, yang mewakili Mayor Rustam. Dulu tiap tahun diadakan napak tilas, tapi sekarang sudah tidak.

PW  : Bukankah Bapak tidak ikut serta secara langsung dalam peristiwa perjuangan ini, lalu darimanakah Bapak mengetahui tentang peristiwa ini? NS  : Saya tahu dari pejuang-pejuang Majenang, dari Mayor Rustam, Bapak De Rohman. Setelah mendengar, saya menyelidiki, tanya-tanya.

PW  : Pak Soerono ini sebenarnya siapa? NS  : Soerono ini seorang Jendral dari Cilacap. Dia seorang Jendral besar. Makamnya di Cilacap, di pemakaman Karang Suci.

PW  : Bagaimana hasil dari perjuangan masyarakat majenang ini? NS  : Masyarakat Majenang dapat merebut kembali. Belanda mundur. Kemudian tahun 1949 kemerdekaan Indonesia diakui. Ketika itu masyarakat Majenang langsung menaikan bendera merah putih dan membawa bendera keliling kota Majenang sebagai tanda kemenangan. Startnya dari Jl. Banteng.

PW  : Berapa pejuang yang ikut serta dalam perjuangan ini? NS  : Banyak, sampai puluhan lebih. Sebagian yang ditemukan dimakamkan di makam pahlawan, yang namanya juga dicantumkan.

PW  : Siapa pemimpin perjuangan ini sejak awal? NS  : Jendral Soerono, sampai Belanda mundur.

PW  : Kenapa monumen ini diberi nama Dharma Pusaka 1945? NS  : Dharma itu berarti Bhakti, Pusaka itu berarti tanah air. Jadi intinya wujud bakti kepada tanah air. Yang memberi nama bapak Soerono. Keterangan PW  : Pewawancara NS  : Narasumber

B. Narasumber 2 Nara sumber 2 tidak dapat diwawancara karena alasan tertentu, beliau hanya memberikan catatan kecil pada penulis yang beliau tulis untuk dibacakan pada saat malam tasyakuran dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke 58, yang isinya sebagai berikut:

        Pada tahun 1945 sampai dengan 1946 keadaan masyarakat Majenang masih dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Namun persiapan-persiapan untuk menghadapi sewaktu-waktu ada penyerangan dari pihak Belanda ke Majenang tetap ada. Sehingga pada waktu itu di Majenang dengan adanya organisasi kepemudaan dan perjuangan lainnya:

1) PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia) dibawah pimpinan Bp. R. Soepartono 2) GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) dibawah pimpinan Bp. R. Soebadjo dan Bp. L. Daroni 3) HISBULAH dibawah pimpinan Bp. Soewandi 4) Biro Perjuangan dibawah pimpinan Bp. Wimbosoeyitno dan Bp. Soedartojo 5) Barisan Banteng dibawah pimpinan Bp. Soetaryo dan Bp. Urip Zaenal Abidin Telah mempersiapkan diri untuk mengadakan perlawanan sewaktu-waktu Belanda ke Majenang.

     Dengan persiapan-persiapan tersebut, masyarakat Majenang dikejutkan oleh berita-berita dari radio, bahwa Bandung telah menjadi lautan api dan Ambarawa menjadi palagan perang. Surabaya pecah, terjadi perang, maka pemuda-pemuda Majenang dikirim sebagai bala bantuan oleh organisasinya masing-masing untuk ikut serta membantu kawan-kawannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
     Sepulangnya dari daerah pertempuran, maka kita semua masyarakat Majenang mengadakan persiapan-persiapan lagi, mengingat kemungkinan besar Majenangpun akan mengalami seperti halnya daerah-daerah lain. Maka dibawah komando Bp. Brotosewoyo, pimpinan-pimpinan organisasi perjuangan supaya mengirimkan anggotanya untuk bergabung menjadi satu, dan kemudian dibagi ke pos-pos pertahanan di Karangpucung, Cikukun. Saya sendiri bersama-sama dengan Bp. Urip Zaenal Abidin dengan membawa satu regu anak buah ke Cikukun.

Tidak lama kemudian ada berita bahwa Banyumas/Purwokerto dan Cilacap sudah jatuh ketangan Belanda. Rakyat Majenang waktu itu sudah bersiap-siap menunggu perintah. Tidak lama kemudian dikejutkan dengan masuknya Bapak Rasiden Banyumas dan Bupati Cilacap dengan stafnya ke Majenang. Oleh karena itu, sebagian pemuda dari organisasi perjuangan banyak yang ditarik mundur untuk kembali ke induk organisasinya masing-masing dengan perintah mempertahankan kota Majenang dan sekitarnya.

     Selanjutnya disusul dengan adanya berita, bahwa pasukan Belanda akan memasuki Majenang melalui Wangon, Jeruklegi, dan Maluwung, kemudian terus ke Wanareja, sehingga pos pertahanan kita yang berada di Cikukun banyak yang terjebak dan terperangkap, dan kemudian jiwanyapun melayang dihabisi di sungai Cikawung.
     Kemudian dari Cikukun, Belanda mambabi buta menembakan senjata-senjata beratnya kearah Majenang. Namun jatuhnya kebanyakan di pasar Benda, desa Cilopadang, sehingga menewaskan seorang penduduk bernama Bohari. Akan tetapi kota Majenangpun tidak luput dari sasaran pengeboman dan tembakan secara mambabi buta dari udara, dan dua bom sempat jatuh dan meletus di depan SMP Islam Majenang (sebelah barat jalan) dan di perempatan alun-alun Majenang.
     Dengan situasi dan kondisi yang demikian, maka sudah pasti kita tidak bisa berlama-lama berada di kota, akhirnya Bapak Brotosewoyo selaku komando dan pengendali keamanan di kota Majenang, memerintahkan untuk mengadakan rintangan di jalan-jalan besar yang memungkinkan akan dilalui oleh pihak Belanda dan politik Bumi Hangus. Maka bulan Juli 1947 pada kurang lebih pukul 17.30 terjadilah “bumi hangus” di kota Majenang, dengan sasran utamanya adalah:

1) Pesanggrahan 2) Pegadaian 3) Kawedanan 4) Rumah-rumah Sdr. Oey Kim Tjin yang digunakan untuk markas organisasi parjuangan, dan pompa bensin serta garasi yang isinya penuh dengan barang-barang berharga.

        Kemudian pada malam harinya kita para pejuang kemerdekaan RI meninggalkan kota Majenang, untuk menuju ke Pegunungan dan mencari tempat yang strategis, antara lain:

1) Cikadu Landeh 2) Cikadu Tonggoh 3) Lamping 4) Sadahayu 5) Wangen 6) Sadabumi 7) Ujungbarang 8) Boja 9) Dan lain-lain Selanjutnya ditempat itu para pemimpin mengatur strategi dan menyusun pemerintahan darurat dengan pusat pemerintahan bertempat di Karang Sari. Dengan tersusunnya pemerintahan darurat maka kita mengadakan perlawanan secara bergerilya, walaupun banyak kendalanya. Sehingga kawan-kawan di kota mengadakan perlawanan di bawah tanah yang menjadi korban keganasan Belanda antara lain: - Bpk. Soedjadi - Bpk. Tjastiyan - Bpk. Marali - Dan lain-lain

        Setelah masuknya batalyon Soerono ke Majenang maka susunan pemerintahan baik sipil maupun militer disempurnakan sehingga selalu mendapatkan informasi-informasi situasi musuh di wilayah Majenang dan sekitarnya, yang didukung oleh pos-pos perlengkapan yang menyusup ke daerah pendudukan Belanda dengan membantu mengirimkan pakaian, bahan makanan, obat-obatan untuk kebutuhan kita semua para pejuang.
        Tempat pengumpulan bantuan tersebut di toko Sdr. Fam Kie Hen, dengan penghubungnya adalah Sdr. Lie Toeng Min alias Moch Soleh, sedang yang lain antara lain, Sdr. Kho Wie hin, Sdr. Liem Foet Sen, Sdr. Liem Yoen Tik, Sdr. Lie Yung Phie yang berusaha untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan oleh gerilyawan.
        Oleh karena itu, pemerintah darurat sipil RI maupun pemerintahan darurat militer dapat berjalan dengan baik.

Pemerintahan darurat sipil RI di daerah gerilya antara lain: 1) Bupati darurat  : Bpk Kardi 2) Wedono  : Bpk. R. Soekardo 3) Camat  : Bpk. R. Samdani

        Menjelang pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, maka sebelumnya dilaksanakan penyerahan Pamong Praja dari Wedana Parto (REKOMBA) kepada Wedana Sukardo (RI) dengan didahului Komando SWKS IV Bapak Mayor Soerono, keliling kota Majenang (naik Jeep terbuka) disamput oleh masyarakat sepanjang jalan raya yang dilalui (tanggal 25 November 1949) disusul penyerahan kekuasaan militer Belanda kepada Kompi R. Awal / Seksi Shudarno di markas Belanda Wanareja tanggal 13 Desember 1949.

Tokoh terkenal

  • Achmad Mustaqim, anggota DPR RI 2014-2019, politisi PPP
  • Budiman Sudjatmiko, anggota DPR RI 2009-2014, 2014-2019, politisi PDIP dan PRD.[10]
  • Fardan Fauzan, anggota DPR RI 2009-2014, politisi Partai Demokrat, anak dari Bapak Komjen Pol (Purn) Dr. K. H. Nurfaizi Soewandi, MM
  • Helmi Bustomi, anggota DRPD Cilacap 2014-2019, politisi Partai Golkar
  • Hermawan Santosa, anggota DRPD Cilacap 2009-2014, 2014-2019, politisi Partai Demokrat
  • Aris Dermawan, anggota DPRD Cilacap 2009-2014, 2014-2019, politisi PKSPAN
  • Alm.H.Basuki Efendi, Tokoh Masyarakat Sindangsari (Kota Majenang), Anak dari KH.Al Moechdier, Ponakan dari Kapten Soewandi, Adik sepupu dari Komjen Pol (Purn) Dr. K. H. Nurfaizi Soewandi, MM, Sekaligus Om dari Fardan Fauzan
  • Ilzamudin Ma'mur, Dosen di IAIN “Sultan Maulaana Hasanuddin”, Serang, Banten
  • Kamaludin, anggota DPRD Cilacap 2009-2014, 2014-2019, politisi PAN
  • Muhammad Amin Jafar, Ketua Yayasan Masjid Agung Majenang dan Ketua Forum Persaudaraan Antaragama Majenang
  • Muhtadin, M.Si, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo
  • Alm.KH. Najmudin, kyai, tokoh agama.
  • Alm.KH. Al Moechdier, Kyai, pejuang, tokoh agama,Bapak dari H.Basuki Effendi, Adik dari Bapaknya Komjen Pol (Purn) Dr. K. H. Nurfaizi Soewandi, MM yaitu Bapak Soewandi, sekaligus kakek dari Fardan Fauzan.
  • Alm.KH. Sufyan Tsauri, tokoh ulama, pimpinan pesantren.
  • Alm.Kapten Suyono, Militer, Pejuang.
  • Alm.Kapten Soewandi, Militer, Pejuang, Bapak dari Komjen Pol (Purn) Dr. K. H. Nurfaizi Soewandi, MM, Kakak dari KH.Al Moechdier,Pakde dari H.Basuki Efendi, sekaligus Kakek dari Fardan Fauzan
  • Kyai Musbihin,Kyai, ulama, tokoh agama.
  • KH Sam'ani Dahlan, Ulama, Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Pahonjean Majenang Cilacap.
  • Komjen Pol (Purn) Dr. K. H. Nurfaizi Soewandi, MM, politisi, Mantan Kapolda Jawa Tengah, Mantan Kapolda Metro Jaya, Mantan Gubernur PTIK, Mantan Kabareskrim Mabes Polri,Ia adalah Komandan Korps Reserse pertama, dimana reserse menjadi korps tersendiri dalam organisasi Polri, seperti Korps Brimob, Mantan Kepala BNN, Mantan Ketua DPP partai Demokrat, Mengelola tambang batubara kalori rendah untuk supply indonesian power dan ekspor luarnegeri, CO-Host acara wanted antv kadangkala juga tampil di acara om farhan ANTV pada masa itu, Duta Besar Indonesia untuk Mesir 2012–2016, pengurus Yayasan Tazakka, Ia adalah Bapak dari Fardan Fauzan, Anak dari Kapten Soewandi, Ponakan dari KH. Al Moechdier, Sekaligus Kakak Sepupu dari H.Basuki Efendi
  • Slamet Irianto, Dirjen Haji Kemenag RI 2010-2013
  • Tatto Suwarto Pamuji, Bupati Cilacap 2012-2017 dan 2017-2022.[11]
  • Mayjen TNI Cholid Ghozali, Tokoh Militer TNI
  • M.Fatikhun, S.Ag., M.H, pendiri dan pengasuh Majelis Taklim Wat Tadzkir Pengajian Rutin Setu Pon Pahonjean Majenang [12]
  • Prof. Hamam Hadi, rektor Alma Ata Yogyakarta
  • Soni Harsono, mantan Menteri Negara Agraria dan Kepala Badan Pertanahan Nasional.
  • Widodo Cahyono Putro, mantan pesepakbolapemain nasional,sepak pelatihbola nasional.
  • Alm.Kyai Imam Mahdy, kyai, tokoh agama, Bapak dari KH.Hizbullah Huda atau Gus Huda.
  • KH.Hizbullah Huda ,S.H atau Gus Huda,ketua MWCNU Majenang, kyai, tokoh agama, anak sulung dari pasangan Kiai Imam Mahdy bin KH. Maqsudy dan Ibu Mahabbah Hidayah binti H. Zainuddun Darudy, Ia juga berjasa mengubah pusat prostitusi menjadi pesantren.
  • KH. Bahrudin Abdul Majid, Kyai Tokoh Masyarakat Putra ke 3 dari Simbah KH. Abdul Majid pembawa Ajaran Thoriqoh Kholidiyah Naqsyabandiyah Ke Cilacap Barat, Simbah Bahrudin adalah Pendiri Pesantren Mathlabul Anwar pada tahun 1960, dan berkiprah di Organisasi NU menjadi Wakil Rois 'Am, salah satu Santrinya adalah Ir.Tatto Pamuji.

Tempat peribadatan

Sekolah/Madrasah Negeri

Sekolah/Madrasah Swasta

  • SMP Maarif NU 1 Majenang
  • SMP Maarif NU 2 Majenang
  • SMP Diponegoro Majenang
  • SMP Muhammadiyah Majenang
  • SMP Yos Sudarso Majenang
  • SMP Islam Majenang
  • MTs PP Cigaru Majenang
  • MTs El-Bayan Majenang
  • MTs Muhammadiyah Majenang
  • MTs Darwata Majenang
  • MTs Al-Ihya Majenang
  • MTs Nurul Qur'an Majenang
  • SMA Yos Sudarso Majenang
  • SMA Purnama Majenang
  • MA El-Bayan Majenang
  • MA PP Majenang
  • SMK Yos Sudarso Majenang
  • SMK Muhammadiyah Majenang
  • SMK Diponegoro Majenang
  • SMK Farmasi Majenang
  • SMK Komputama Majenang

Pondok Pesantren[15]

  • Pondok Pesantren AN Nur Padang Jaya Saguling Majenang (K.Imam Baiquni)
  • Pondok Pesantren Al Hidayah Bendasari Rt. 03/03 Majenang Ismail (K. Ahmad Mubarid)
  • Pondok Pesantren Al Ihya Mulyadadi Majenang (Moh. Qodiran, K Mahrur)
  • Pondok Pesantren Al Ikhlas Jalan Masjid Al Ikhlas Majenang (Dalalil. K Sodikin)
  • Pondok Pesantren Al Itikhadus Safiyah WaruReja Majenang (K.H. Abu So'ud)
  • Pondok Pesantren Al Mubarokah Sindang Sari Majenang (Drs. Musbihin)
  • Pondok Pesantren Darul Hikam Jl. Banteng Loreng Boja Majenang (K. Rosihan Anwar )
  • Pondok Pesantren Darul Ulum Jl. Sirkaya Majenang (K. E. Zaenuddin Ahmad Suari)
  • Pondok Pesantren Darus Tsawab Jl. Masjid Baitul Mu'mimin 1 Majenang (Khulafaur Rosyididin, KH (Alm) Imam Tobroni)
  • Pondok Pesantren El Bayan Majenang (Moch Syuhud, K Imam Subky)
  • Pondok Pesantren El Bayan 2 Jl. Mawar No. 3 Sindangsari Rt Majenang (Mustaqimah Pamuji, Hj Ahmad Tahrir)
  • Pondok Pesantren Hidayaturrohman Desa Ujung Barang RT. 03/02 Majenang (Taufiqul Manan Azhar Taufiqul Manan Azhari)
  • Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Pahonjenan Majenang, didirikan oleh K.H Samani Dahlan. Sekarang dilanjutkan oleh Kyai M. Fatikhun, S.Ag., M.H.
  • Pondok Pesantren Mathlabul Anwar Marganda Majenang (Abd. Majid, KH Muhlas Abdurrahman)
  • Pondok Pesantren Miftahul Anwar Pahonjean Majenang (K. Amin Mustakim )
  • Pondok Pesantren Miftahul Anwar Cigaru II Cibenyuing RT 5 RW 1 Majenang (K.H. Munawir Ridwan, KH. Muslih Ridwan)
  • Pondok Pesantren Miftahul Huda Cigaru I Cibenyuing Majenang (Abdul Majid. KH. Muhlis Sufyan)
  • Pondok Pesantren Nur Sa'adah Jati Negara Rt. 01/02 Majenang (K. Ali. Saefudin)
  • Pondok Pesantren Nurul Huda Padang sari RT 03 RW 06 Majenang (K. A. Rifai, K.A.Junaedi)
  • Pondok Pesantren Pembangunan Miftahul Huda P.O Box 18 Cigaru Majenang (Abdul Masjid, KH Muhammad Jarir Sufyan)
  • Pondok Pesantren Tanwirul Huda Banjarsari Majenang (K.H Bunyamin )
  • Pondok Pesantren Tarbiyatul Aulad Cilopadang RT. 2 RW. IX Majenang (Adham Am, K, (alm) Fathurrohman)
  • Pondok Pesantren Al-mahdy, Tanjungsari, Sindangsari, Kec. Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Kiai Imam Mahdy bin KH Maqsudy,KH Hizbullah Huda atau Gus Huda)
  • Pondok pesantren Mathlabul Anwar Nurul Qur'an (KH. Muharror Bahrudin)

Perguruan Tinggi

Hotel/Penginapan

Jl. Pramuka No.26

Pusat perbelanjaan

Rumah Makan dan Kuliner

Makanan Khas

Rumah Sakit/Pusat Kesehatan

Bank

Radio

Tempat Wisata, Objek Kuno dan Kuliner

kutangsa

Ekspedisi

  • POS INDONESIA
  • TIKI
  • JNE
  • JNT
  • SI CEPAT
  • ID EXPRESS
  • WAHANA
  • SAP
  • NINJA EXPRESS
  • ELTEHA
  • ANTERAJA
  • INDAH CARGO LOGISTIK
  • GRAB EXPRESS
  • SHOPEE EXPRESS

layanan online

Keamanan dan Pertahanan

Referensi

  1. ^ Salam Budaya. "Kota Majenang, Kab. Cilacap". 
  2. ^ Majenang Info. "Kecamatan Majenang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-07. Diakses tanggal 2015-01-09. 
  3. ^ Ulama tuntut pemekaran majenang dipercepat Diarsipkan 2022-01-23 di Wayback Machine. radarbanyumas.co.id acces date 17 Maret 2020.
  4. ^ "Perjalanan Panjang Perjuangan Pemekaran Kabupaten Cilacap Yang Belum Selesai". www.detaktangsel.com. 12 September 2019. Diakses tanggal 23 January 2022. 
  5. ^ KAM. "Majenang". 
  6. ^ Suara Merdeka. "Potensi Tambang Emas Dilirik Investor Asing". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-09. Diakses tanggal 2015-01-09. 
  7. ^ Didik. "Majenang Asalku". 
  8. ^ Tasman Jen. "Siliwangi dan diponegoro". 
  9. ^ BPS Kab. Cilacap. "Produk Domestik Regional Bruto Cilacap". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-12. Diakses tanggal 2015-01-11. 
  10. ^ Wiki DPR. "Budiman Sudjatmiko". 
  11. ^ Kab. Cilacap. "Bupati". 
  12. ^ https://pustaka-darulhikmah.blogspot.com/2010/11/pengajian-rutin-sabtu-pon.html
  13. ^ "SMP NEGERI 1 MAJENANG - Welcome To Official Website SMP Negeri 1 Majenang". www.smp1majenang.web.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-22. Diakses tanggal 2017-01-20. 
  14. ^ alanrm82. "Selamat Datang di SMA Negeri 1 Majenang Cilacap". www.sman1majenang.sch.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-02. Diakses tanggal 2017-01-20. 
  15. ^ Raudlatul Ulum. "Daftar Pondok Pesantren di Jawa Tengah". 
  16. ^ Pemkab Cilacp. "57 Mahasiswa STAIS Majenang Lakukan Bakti Masyarakat di Lima Desa". 
  17. ^ Humas Pemkab Cilacap. "Majenang_Kini Mmiliki Ssekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-10. Diakses tanggal 2015-01-10. 
  18. ^ "STMIK Komputama Majenang - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer". stmikkomputama.ac.id. Diakses tanggal 2018-11-07. 
  19. ^ Pambudi, Rizki Agung. "Sejarah Laksana Baru Swalayan". Laksana Baru Swalayan. Diakses tanggal 2017-01-20. 
  20. ^ "Temukan katalog Toserba Yogya". DimanaBelanja. Diakses tanggal 2017-01-20. [pranala nonaktif permanen]
  21. ^ Yulianti. "Objek Wisata Curug Cigombong - Kab. Cilacap". 
  22. ^ Radar Banyumas. "Camat Majenang Segera Kembangkan Dua Curug". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-10. Diakses tanggal 2015-01-10. 
  23. ^ Suara Merdeka. "Situs Kuno Gunung Padang Perlu Dikonservasi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-10. Diakses tanggal 2015-01-10. 

Pranala luar