Bekerja seadanya (bahasa Inggris: quiet quitting) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku karyawan yang bekerja seadanya sesuai dengan tanggung jawab posisi yang dimilikinya. Dalam konteks ini, karyawan menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka hanya sebatas apa yang diharapkan, tanpa melakukan usaha ekstra atau melebihi apa yang diperlukan. Fenomena ini dapat dilihat sebagai bentuk penolakan terhadap budaya kerja yang menuntut karyawan untuk selalu melakukan lebih dan terus-menerus berada dalam tekanan untuk produktif.[1]

Secara umum, bekerja seadanya berarti bekerja seperlunya saja dan tidak berlebihan. Karyawan yang mengadopsi bekerja seadanya tidak melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang harus diutamakan secara berlebihan sehingga memerlukan waktu tambahan untuk lembur atau membawa pekerjaan ke rumah. Mereka hanya akan mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan, gaji, dan jam kerja yang telah disepakati[2]. Mereka tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka, tetapi tanpa mengorbankan waktu dan energi di luar jam kerja yang ditetapkan.

Bekerja seadanya banyak dikaitkan dengan generasi milenial dan generasi pekerja terkini, Gen Z. Para pekerja muda ini lebih peduli dengan gaya hidup seimbang dan termotivasi oleh keuangan[1]. Mereka menolak untuk terjebak dalam budaya kerja yang mengharuskan mereka untuk selalu berusaha lebih keras tanpa henti. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta memastikan bahwa pekerjaan tidak mengambil alih seluruh waktu dan energi mereka.

Tujuan utama dari bekerja seadanya adalah untuk menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang ideal, berarti mengenali batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta memastikan bahwa pekerjaan tidak mengganggu waktu untuk keluarga, hobi, dan kegiatan lain di luar pekerjaan. Dengan mengadopsi bekerja seadanya, karyawan dapat menjaga kesehatan mental dan fisik mereka, serta meningkatkan kepuasan hidup secara keseluruhan[3].

Penyebab

Fenomena bekerja seadanya, di mana karyawan bekerja sesuai dengan tanggung jawab posisi yang dimilikinya tanpa melakukan usaha ekstra, telah menjadi perhatian di dunia kerja modern. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya fenomena ini, terutama di kalangan pekerja muda.

Perubahan pola pikir selama pandemi

Kemunculan bekerja seadanya sangat dipengaruhi oleh perubahan pola pikir yang dialami oleh para pekerja muda selama masa pandemi Covid-19[1]. Pandemi telah membawa perubahan besar dalam cara kita bekerja, termasuk penerapan sistem kerja jarak jauh dan hibrida. Bekerja dari rumah atau dalam sistem hibrida telah memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi pekerja, tetapi juga memunculkan tantangan baru terkait pengakuan dan kompensasi dari perusahaan.

Pengaruh sistem kerja jarak jauh dan hibrida

Selama pandemi, banyak perusahaan yang mengadopsi sistem kerja jarak jauh atau hibrida, yang memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah atau secara bergantian antara rumah dan kantor. Meskipun sistem ini menawarkan fleksibilitas, banyak pekerja muda yang merasa bahwa usaha ekstra mereka tidak diakui atau dihargai oleh perusahaan. Bekerja dari rumah sering kali berarti batas antara kehidupan pribadi dan profesional menjadi kabur, dan karyawan merasa harus selalu tersedia untuk pekerjaan tanpa mendapatkan kompensasi atau pengakuan yang sesuai.

Minimnya apresiasi dan lingkungan kerja yang kurang bersahabat

Salah satu penyebab utama bekerja seadanya adalah minimnya apresiasi dari perusahaan terhadap usaha ekstra yang dilakukan oleh karyawan. Selama pandemi, semakin banyak pekerja muda yang merasa tidak mendapatkan pengakuan dan kompensasi yang layak dari kantor mereka. Lingkungan kerja yang kurang bersahabat, di mana kontribusi karyawan tidak dihargai, dapat menimbulkan rasa frustrasi dan keputusasaan. Karyawan yang merasa tidak dihargai cenderung mengurangi usaha mereka dan hanya bekerja sesuai dengan yang diharapkan tanpa berusaha lebih.

Kondisi ekonomi

bekerja seadanya juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang menantang selama pandemi. Peningkatan inflasi, biaya hidup yang tinggi, dan pendapatan yang tidak ideal menjadi faktor-faktor yang menambah beban psikologis karyawan. Rasa putus asa yang muncul akibat kondisi ekonomi yang sulit membuat karyawan merasa bahwa usaha ekstra mereka tidak sebanding dengan kompensasi yang diterima. Sebagai hasilnya, mereka memilih untuk bekerja seadanya, hanya melakukan pekerjaan yang benar-benar diperlukan dan tidak menghabiskan waktu atau tenaga lebih dari yang diperlukan.

Perubahan budaya kerja

Perubahan budaya kerja selama pandemi juga berperan dalam munculnya bekerja seadanya. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi sistem kerja jarak jauh, ada pergeseran dalam ekspektasi dan dinamika kerja. Karyawan menjadi lebih sadar akan pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan (work-life balance). Mereka menyadari bahwa bekerja terus-menerus tanpa henti bukanlah jalan menuju kebahagiaan dan kepuasan hidup. Oleh karena itu, banyak karyawan yang memilih untuk menyeimbangkan hidup mereka dengan cara bekerja sesuai porsi dan tidak berlebihan.

Fenomena generasi milenial dan Gen Z

Generasi milenial dan Gen Z, yang lebih peduli dengan gaya hidup seimbang dan termotivasi oleh kesehatan mental dan kesejahteraan pribadi, cenderung lebih mudah terpengaruh oleh fenomena bekerja seadanya. Generasi ini menolak untuk terjebak dalam budaya kerja yang menuntut mereka untuk selalu bekerja lebih keras dan mengorbankan waktu pribadi mereka. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk menjaga keseimbangan hidup dan memastikan bahwa pekerjaan tidak mengambil alih seluruh waktu dan energi mereka.

Dampak

Fenomena bekerja seadanya, di mana karyawan bekerja hanya sesuai dengan tanggung jawab pokoknya tanpa melakukan usaha ekstra, memiliki dampak yang signifikan bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak dari bekerja seadanya.

  • Dampak bagi produktivitas

Salah satu dampak utama dari bekerja seadanya adalah potensi pengurangan produktivitas di tempat kerja. Menurut laporan dari Indian Express, bekerja seadanya dapat menyebabkan penurunan produktivitas yang signifikan di beberapa sektor pekerjaan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, tercatat bahwa produktivitas pekerja nonpertanian mengalami penurunan sebesar 2,5 persen pada kuartal kedua 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan tahunan tertajam sejak tahun 1948 menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja.

Penurunan produktivitas ini dapat disebabkan oleh kurangnya motivasi dan keterlibatan karyawan yang mengadopsi bekerja seadanya. Ketika karyawan hanya melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan tanpa memberikan usaha ekstra atau inisiatif, hal ini dapat memengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Kurangnya kolaborasi tim, inovasi, dan pemecahan masalah juga dapat menjadi dampak negatif dari bekerja seadanya terhadap produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

  • Dampak terhadap budaya perusahaan

bekerja seadanya juga dapat berdampak pada budaya perusahaan. Ketika karyawan merasa tidak dihargai atau tidak mendapatkan pengakuan yang layak atas usaha mereka, hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang kurang mendukung dan kurang bersahabat. Minimnya apresiasi dari perusahaan dapat mengurangi motivasi karyawan untuk berkontribusi secara maksimal, serta mempengaruhi moral dan kepuasan kerja mereka.

  • Dampak terhadap keseimbangan kehidupan kerja

Di sisi lain, bekerja seadanya juga dapat memberikan dampak positif bagi karyawan dalam hal menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Karyawan yang mengadopsi bekerja seadanya cenderung lebih mampu menjaga kesehatan mental dan fisik mereka dengan tidak terlalu terlibat dalam tekanan kerja yang berlebihan. Mereka dapat memiliki waktu dan energi yang cukup untuk keluarga, hobi, dan kegiatan lain di luar jam kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kebahagiaan dan kualitas hidup secara keseluruhan.

  • Reaksi perusahaan dan adaptasi

Perusahaan perlu merespons fenomena bekerja seadanya dengan mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kepuasan karyawan serta memperbaiki budaya kerja yang mendukung. Hal ini termasuk meningkatkan komunikasi dan pengakuan terhadap kontribusi karyawan, menciptakan kesempatan untuk pengembangan karir, dan mengimplementasikan strategi yang mempromosikan keseimbangan kerja-pribadi yang sehat.

Referensi

  1. ^ a b c Hardiantoro, dkk. (31 Agustus 2022). "Mengenal Fenomena Quiet Quitting yang Sedang Tren di Dunia Kerja". Kompas. Diakses tanggal 7 Juli 2024. 
  2. ^ "Fenomena Quiet Quitting: Bekerja Sesuai Porsi, Bukan Mengejar Ambisi". Narasi Tv. Diakses tanggal 2024-07-09. 
  3. ^ Novitasari, Lutfia (22 Desember 2023). "Fenomena Quiet-Quitting, Apa Sih Itu?". Website Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Diakses tanggal 7 Juli 2024.