Ferdinand Hutahaean

Revisi sejak 19 Juli 2024 09.08 oleh Henri Aja (bicara | kontrib) (cleanup: - fixed infobox;)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ferdinand Hutahaean (lahir 18 September 1977) adalah seorang politikus yang sangat aktif di media sosial. Sebelum sebagai politikus ia dikenal sebagai pendiri dari Energy Watch Indonesia.[1]

Ferdinand Hutahaean
Lahir18 September 1977 (umur 47)
Sumatera Utara, Indonesia
PekerjaanPolitikus
Partai politikDemokrat (2015-2020)
Gerindra (2023)
PDI-P (2023 - sekarang)

Perjalanan Karier

sunting

Pada 2014, Ferdinand pernah menjadi pendukung Joko Widodo (Jokowi), bergabung dan menjadi Ketua DPP Barisan Relawan Jokowi Presiden atau Bara JP. Di tahun yang sama, Ferdinand juga pernah mengikuti aksi mendukung Jokowi dengan membentangkan spanduk dari Balai Kota DKI Jakarta menuju Istana Kepresidenan. Ferdinand juga pernah menjadi Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia.

Pada 2017, Ferdinand memutuskan bergabung dengan Partai Demokrat dengan alasan kecewa dengan Jokowi karena dinilai tak menepati janji setelah menjadi presiden. Pada 2017-2020, Ferdinand menjabat sebagai Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat. Kemudian Ferdinand beralih jabatan sebagai Ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral DPP Partai Demokrat pada Maret 2020.

Pada 2020, Ferdinand memutuskan mundur dari Partai Demokrat lantaran memiliki perbedaan prinsip dan cara pandang isu nasional dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ferdinand aktif memberikan kritikan kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melalui akun Twitter pribadinya.

Kontroversi

sunting

Ferdinand sempat menjadi sorotan pada 2018 karena ia keluar dari persidangan (walk out) saat Jokowi memberi sambutan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor. Alasan walk out tersebut karena Ferdinand tidak ingin mendengar pidato Jokowi. Pada pemilihan umum Presiden Indonesia 2019, Ferdinand menjadi Jubir Direktorat Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.[2]

Pada 2019, Ferdinand sempat dituduh menggunakan gelar palsu dan mengatakan bahwa dirinya bukan orang yang punya tamatan tinggi. Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2019, Ferdinand pernah menjadi Calon Anggota Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat RI dari daerah pemilihan Jawa Barat 5 namun kalah.[2]

Ferdinand mengaku menjadi mualaf pada 2017 namun dinyatakan masih beragama Kristen pada 2019.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-10. Diakses tanggal 2022-02-25. 
  2. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-18. Diakses tanggal 2022-02-25. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-26. Diakses tanggal 2022-02-25.