Sindrom Cushing adalah sindrom yang disebabkan berbagai hal[3] seperti obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912.

Gejala Sindrom Cushing[1]
Increased hair and stria in a 30 year old female patient with iatrogenic Cushing's syndrome[2]
Diagram dengan legenda menunjukkan kelenjar adrenal, ginjal dan ureter, serta vena cava inferior dan ginjal, serta aorta dan arteri ginjal.

Penyakit ini timbul ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol, yang dikenal sebagai simtoma hiperkortisolisme. Hal ini dapat disebabkan oleh konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid seperti medroksiprogesteron asetat[4][5] yang biasa digunakan untuk berbagai pengobatan penyakit akut, atau konsumsi bahan kontrasepsi yang mengandung estrogen seperti mestranol,[6] atau menjalani adrenalektomi[7] yang biasanya mengakibatkan terjadinya adenoma pada kelenjar hipofisis.[8] Simtoma ini juga dapat dipicu oleh ketidakseimbangan metabolisme yang dikenal sebagai simtoma hiperadrenokortisisme, yaitu berlebihnya sekresi hormon ACTH akibat stimulasi berlebih hormon CRH dan VP yang disekresi.[3]

Gejala sindrom Cushing antara lain:

  • berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
  • kelelahan yang berlebihan;
  • otot terasa lemah, terutama pada daerah di sekitar bahu dan pinggul, gejala ini disebut miopati proksimal;[9]
  • muka membundar (moon face);
  • edema (pembengkakan) kaki;
  • tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;
  • depresi;
  • periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ "Cushing syndrome". Mayo Clinic. March 28, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 25, 2015. Diakses tanggal 2015-05-25. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cel2012
  3. ^ a b (Inggris) "A Physiologic Approach to Diagnosis of the Cushing Syndrome". Hershel Raff, PhD; and James W. Findling, MD. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  4. ^ (Inggris) "Medroxyprogesterone induced Cushing's syndrome". Department of Endocrinology, Royal North Shore Hospital; Learoyd D, McElduff A. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  5. ^ (Inggris) "The Cushing syndrome induced by medroxyprogesterone acetate". Toronto General Hospital; Siminoski K, Goss P, Drucker DJ. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  6. ^ (Inggris) "The effect of oral contraceptives on cortisol metabolism". C. W. Burke. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  7. ^ (Inggris) "ACTH-producing pituitary tumors following adrenalectomy for Cushing's syndrome". NELSON DH, MEAKIN JW, THORN GW. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  8. ^ (Inggris) "The prevalence of pituitary adenomas: a systematic review". Department of Medicine, University of Toronto and Mount Sinai Hospital; Ezzat S, Asa SL, Couldwell WT, Barr CE, Dodge WE, Vance ML, McCutcheon IE. Diakses tanggal 2011-04-20. 
  9. ^ (Inggris) Stephen Nussey; Saffron Whitehead (2001). Endocrinology: An Integrated Approach. St. George's Hospital Medical School, London, UK. BIOS Scientific Publishers Ltd. hlm. Chapter 4 The adrenal gland. ISBN 1-85996-252-1. Diakses tanggal 2011-04-29.