Fadjroel Rachman
Dr. Mochammad Fadjroel Rachman, S.E., M.H. (lahir 17 Januari 1964[1]) adalah seorang akademisi, dan politikus Indonesia yang menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan sejak 25 Oktober 2021. Ia juga Komisaris PT Waskita Karya (Persero) Tbk.[2]
Mochammad Fadjroel Rachman | |
---|---|
Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan ke-3 | |
Mulai menjabat 25 Oktober 2021 | |
Presiden | Joko Widodo |
Pendahulu Rahmat Pramono Pengganti Petahana | |
Juru Bicara Presiden Republik Indonesia ke-9 | |
Masa jabatan 21 Oktober 2019 – 26 Agustus 2021 | |
Presiden | Joko Widodo |
Pengganti Petahana | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Mochammad Fadjroel Rachman 17 Januari 1964 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Non Partai |
Suami/istri | Poppy Yoeska (1995–) |
Almamater | Universitas Indonesia |
Pekerjaan | |
Sunting kotak info • L • B |
Fadjroel menjadi tim sukses Jokowi sejak pemilihan presiden 2014.[3] Pada tahun 2015-2020, ia menjadi Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Setelah itu, Jokowi mengangkatnya sebagai Staf Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Komunikasi sekaligus Juru bicara Presiden pada Kabinet Indonesia Maju (2019-2024).[4][5]
Sebelumnya, Fadjroel dikenal sebagai pengamat politik. Ia juga aktivis mahasiswa tahun 1980 hingga 1998.[6]
Riwayat hidup
Fadjroel Rachman lahir di Banjarmasin pada tanggal 17 Januari 1964. Ia memiliki darah campuran Banjar dan Bugis. Fadjroel merupakan Pelajar Teladan sejak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas se-Kalimantan Selatan. Setelah tamat SMA kemudian dia pergi ke pulau Jawa untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Kimia. Namun, pada tahun 1989, bersama 6 (enam) pimpinan mahasiswa Institut Teknologi Bandung, ia dikeluarkan setelah Peristiwa Lima Agustus 1989 atau Aksi 5 Agustus 1989 yang menolak kehadiran Menteri Dalam Negeri Jenderal (purn) Rudini ke kampus ITB, dan menyatakan seruan Keluarga Mahasiswa ITB untuk turunnya Presiden Jenderal Besar (purn) Soeharto (Turunkan Soeharto!). Melalui rekomendasi wartawan senior Mochtar Lubis, Fadjroel mengambil kuliah Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Magister Hukum (Ekonomi) di Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (lulus dengan predikat Cum Laude). Fadjroel adalah Doktor Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia (Komunikasi Politik).
Pada masa Orde Baru, Ia sempat mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan akibat aktivitasnya menentang pemerintahan Jenderal Besar Soeharto dan Rezim Orde Baru semasa menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.[7] Fadjroel bersama lima rekannya dipindah-pindah dari penjara satu ke penjara lainnya. Dari Rumah Tahanan Militer Bakorstanasda Jawa Barat, ia dipindah ke Penjara Kebonwaru, lalu ke Penjara Batu di Pulau Nusakambangan, dan terakhir di Penjara Sukamiskin (tempat Ir. Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia dipenjarakan penjajah Belanda).
Fadjroel merupakan cicit Pangeran Abdurrahman Kasuma bin Pangeran Berangta Kasuma bin Pangeran Abdoel Kadir (Pangeran Aburrahman Kasuma adalah Pejabat Raja Kerajaan Pulau Laut ke-IV dari 10 Januari 1900 hingga 7 Januari 1903) di Kerajaan Pulau Laut dari trah Sultan Sulaiman Al-Mutamidullah Sulaiman dari Banjar atau Sultan Sulaiman Saidullah II adalah Sultan Banjar ke-11 yang memerintah dari tahun 1801 hingga tahun 1825. Pangeran Abdoel Kadir adalah anak dari Ratu Salamah binti Sultan Sulaiman Al-Mutamidullah.
Fadjroel mendapatkan gelar I Palattui Daeng Manrapi atau "Sosok cendekiawan, pemikir yang arif dan bijaksana, serta punya kemampuan menyampaikan fakta kebenaran demi kepentingan bangsa dan tanah air yang diamanahkan oleh negara" dari Ketua Dewan Adat Saoraja Kabupaten Bone Drs. H. A. Baso Hamid Ahmad dan Bupati Bone Dr. H.A. Fahsar Padjalangi
Buku-buku yang ditulis Fadjroel diantaranya penelitian disertasi Indonesia Memilih Presiden (Kepustakaan Populer Gramedia, 2024); Tiga Antologi Puisi Trilogi Nusakambangan yaitu: Catatan Bawah Tanah (Yayasan Obor Indonesia, 1993, Edisi I) dan (Kepustakaan Populer Gramedia, 2024. Edisi II); Sejarah Lari Tergesa (Gramedia Pustaka Utama, 2004); Dongeng Untuk Poppy (Penerbit Bentang, 2007). Selain itu Democracy Without the Democrats: On Freedom, Democracy and The Welfare State (Friedrich Ebert Stiftung, 2006); Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat: Tentang Kebebasan, Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Penerbit Koekoesan, 2006); Sutan Sjahrir: Guru Bangsa (PDP Guntur 49, 1999. Editor); Menggugat Indonesia (Pledoi Pengadilan Mahasiswa Indonesia, Institut Teknologi Bandung, 1990); Bertarung Demi Demokrasi: Manifesto Kedaulatan Rakyat (FKHJ ITB, 1990); Revolusi Demokrasi (Yayasan Obor Indonesia, 1990. Kata Pengantar).
Referensi
- ^ "FADJROEL RACHMAN, CAPRES INDEPENDEN 2009 – Surabaya Pos". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-12. Diakses tanggal 2008-08-22.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-01. Diakses tanggal 2021-08-27.
- ^ https://bisnis.tempo.co/read/702920/jadi-komisaris-utama-adhi-fadjroel-rahman-mengaku-terkejut/full&view=ok[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-03. Diakses tanggal 2020-04-02.
- ^ Soetomo (23 Oktober 2019). "Profil Fadjroel Rachman: Pernah Mendekam di LP Nusakambangan dan Sukamiskin". JPNN.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-20. Diakses tanggal 23 Oktober 2019.
- ^ "Profil - Fadjroel Rachman". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-19. Diakses tanggal 2021-09-09.
- ^ Miftahul Ulum (23 Juli 2008). "Fadjroel Rachman Maju ke Pilpres 2009". Okezone.com. Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-25. Diakses tanggal 23 Juli 2008..
Pranala luar
- "Fadjroel, Kritis ke SBY Melempem ke Jokowi". Republika Online. 2015-09-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-09. Diakses tanggal 2021-09-09.
- https://www.timurkota.com/2021/09/berkunjung-ke-bone-nama-jubir-presiden.html