Synth-pop

genre musik di mana synthesizer adalah instrumen utama
Revisi sejak 31 Juli 2024 02.18 oleh Reno-Sifana (bicara | kontrib) (Perbaikan Tata Bahasa)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Synth-pop (singkatan dari synthesizer pop[3]) merupakan jenis musik dengan penggunaan penyintesis yang dominan pada musiknya. Musik synth-pop berkembang di sekitar tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1980-an. Sulit untuk mendefiniskan pasar untuk musik ini apakah untuk didengarkan di rumah atau dimainkan di klub karena keduanya sama-sama penting bagi musik ini. Musik elektronik yang berkembang saat ini sering diidentifikasikan dengan jenis musik synth-pop, walaupun sebenarnya musik elektronik adalah salah satu varian dari musik synth-pop dimana sangat menekankan pada suara elektronik. Namun, hal ini mungkin terjadi karena artis yang membuat karya musik synth-pop pada tahun 1970an sangat bercirikan musik elektronik pada saat ini, perbedaannya adalah penggunaan pemain organ tunggal atau membawa unsur elektronik di bawah pengaruh produser musik.[4]

Karakteristik

sunting
 
Duran Duran di Toronto (2005)

Karakteristik utama musik synth-pop adalah penggunaan synthesizer dalam musiknya, yang terkadang menggantikan seluruh instrumen musik yang digunakan. Karakteristik musik synth-pop pada tahun 1970-an identik dengan yang disebut "krautrock", musik yang dimainkan secara disharmoni namun inovatif.[5] Pada awal 1980-an, suara musik ini yang dikembangkan oleh Gary Numan, the Human Leauge, dan dan Depeche Mode terdengar menyeramkan dan agak mencekam karena suara elektronik yang dibuat tanpa infleksi. Setelah itu, musisi Duran Duran dapat membuat musik synth-pop dengan lebih enak didengar dan cocok untuk menjadi musik dance. Musisi synth-pop setelah Duran Duran banyak mengikuti karakteristik musik yang diciptakan oleh mereka.[6]

Sejarah

sunting

Musik synth-pop memiliki sejarah yang panjang dan banyak orang yang terlibat dalam karya musik ini. Namun, berikut adalah sejarah singkat dalam dan beberapa orang yang terlibat dalam perkembangan musik ini.

Tahun 1960-an

sunting

Beberapa musisi terkenal, seperti The Beach Boys, mulai menggunakan synthesizer dalam karya musiknya, walaupun tidak banyak mengubah jenis musik mereka pada saat itu. Pada tahun 1964, Robert Moog yang membuat perubahan besar dan menjadi inspirasi bagi musisi berikutnya dalam menghasilkan karya musik synth-pop. Karya musik pertama yang direkam menggunakan synthesizer adalah karya Wendy Carlos yang berjudul "Switched on Bach" pada tahun 1968 yang menggunakan Moog synthesizer.[5]

 
Moog synthesizers

Tahun 1970-an

sunting

Dari Moog synthesizer tersebut, berkembang musik yang dikenal dengan "krautrock" di Jerman, musik yang dimainkan secara disharmoni namun inovatif. Banyak band yang menggunakan jenis musik tersebut, dan yang paling terkenal adalah band Kraftwerk. Band Kraftwerk adalah musisi yang paling banyak memproduksi lagu yang menggunakan Moog synthesizer dan pada tahun 1974 mengeluarkan album yang berjudul "Autobahn". Band Kraftwerk menjadi musisi yang mengembangkan bentuk gaya musik synth-pop. Perkembangan musik synth-pop terjadi di dunia Barat seperti Eropa, Amerika, dan Australia dengan banyaknya musisi yang kemudian mengembangkan musisi synth-pop.[5][7]

Di luar dunia Barat, musik synth-pop juga berkembang di Timur, yaitu di Jepang. Band Yellow Magic Orchestra mengembangkan musik synth-pop dengan gaya musik mereka sendiri. Pada tahun 1979, mereka mengeluarkan album yang berjudul "Solid State Survivor".[7]

Tahun 1980-an

sunting

Pada tahun ini, musik synth-pop memasuki era baru dari permusikan, yaitu musik new wave yang ditandai dengan rilisnya lagu "Video Killed the Radio Star" dari Buggles dan Devo. Penemuan organ MIDI turut memberikan perkembangan pada musik ini yang secara dominan membuat definisi musik pop pada era ini. Salah satu musisi band yang terkenal pada era baru synth-pop ini adalah Duran Duran.[7]

Tahun 1990-an

sunting

Popularitas musik synth-pop mulai redup di masa ini yang kemungkinan besar disebabkan oleh kejenuhan karena sebagian besar musik di radio pada saat itu adalah musik synth-pop. Banyak musisi rock yang mengecam musik ini dengan komentar bahwa musik ini tidak memiliki jiwa dan terlalu fokus pada efek robotik yang menghilangkan elemen manusia. Walaupun begitu, ada beberapa musisi yang tetap mengembangkan musik ini.[7]

Tahun 2000-an

sunting
 
Lady Gaga menyanyikan lagu "Poker Face" di Arena Birmingham (2018)

Tahun ini musik synth-pop kembali tumbuh berkembang dengan banyaknya musisi yang mengadopsi musik dengan synthesizer. Titik kembalinya musik synth-pop adalah ketika lagu dari musisi La Roux dan Lady Gaga meledak di pasaran. Lagu-lagu seperti "Poker Face", "Just Dance", dan "Bulletproof" adalah lagu yang sangat meledak di pasaran dengan menggunakan synthesizer dan ketukan elektronik yang banyak.[7]

Tahun 2010 hingga saat ini

sunting

Musik synth-pop dapat dikatakan sebagai musik yang tidak terbatas oleh waktu dengan banyaknya lagu dengan jenis musik ini di pasaran, baik musisi terkenal maupun musisi independen.[7] Musik ini berkembang menjadi berbagai genre lainnya, salah satu yang populer saat ini adalah musik EDM (Electronic Dance Musik).[8]

Musik synth-pop di Indonesia

sunting

Jejak musik elektronik Indonesia diawali oleh Slamet Abdul Sjukur yang merilis musik elektronik pertama karya orang Indonesia di Paris. Sjukur pada tahun 1963 merilis lagu yang berjudul "Latigrak" dimana musik balet dipadukan dengan musik gamelan. Pada tahun 1970-an, disebut sebagai gelombang kedua, banyak musisi Indonesia yang mengeluarkan karya musik elektronik karena alat musik elektronik seperti synth sudah dapat diakses di Indonesia. Beberapa musisi Indonesia pada saat itu yang mengeluarkan karya musik elektronik adalah Harry Roesli, Otto Sidharta, dan Sapto Raharjo. Otto Sidharta dan Sapto Raharjo banyak menerbitkan karya pada tahun 1980-an dan disebtu sebagai wakil dari gelombang ketiga. Salah satu ciri musik elektronik pada masa itu adalah dipadukannya notasi musik dan musik tradisional. Pada gelombang keempat, pada era 1990-an, musik elektronik dieksplor lebih mendalam dan menghasilkan genre yang eksploratif dan liar. Di era ini, diadakan festival musik elektronik pertama, yaitu pada tahun 1999 yang bertempat di Lembaga Indonesia Prancis Yogyakarta. Pada era itu musik elektronik masih dianggap negatif dan diidentifikasikan dengan rave party. Musik elektronik di Indonesia saat ini sudah cukup populer dan diterima publik dengan jenis musik yang menonjol adalah EDM (Electronic Dance Music), yang dikenal dengan gelombang kelima. Musisi EDM adalah DJ karena memang musik ini dibuat untuk klub malam, walaupun saat ini banyak dimainkan di festival terbuka.[9]

Referensi

sunting
  1. ^ Fisher, Mark (2010). "You Remind Me of Gold: Dialogue with Simon Reynolds". Kaleidoscope (9). 
  2. ^ Glenn Appell; David Hemphill (2006). American popular music: a multicultural history. Belmont, CA: Thomson Wadsworth. hlm. 423. ISBN 978-0155062290. Diakses tanggal 12 May 2012. The 1980s brought the dawning age of the synthesizer in rock. Synth pop, a spare, synthesizer-based dance pop sound, was its first embodiment. 
  3. ^ Trynca and Bacon 1996, hlm. 60.
  4. ^ Nick Collins, Margaret Schedel, Scott Wilson 2013, hlm. 97: "It is often difficult to tell whether synth-pop songs are angled primarily at clubs or home listening".
  5. ^ a b c "The history of synthpop". dflund.se. Diakses tanggal 2019-11-17. 
  6. ^ "Synth Pop Music Genre Overview". AllMusic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-17. 
  7. ^ a b c d e f "A Brief History of Synthpop". Bullet Music (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-28. Diakses tanggal 2019-11-17. 
  8. ^ "Are Synthpop & EDM Dying Out? | HiFi Magazine". hifimagazine.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-27. Diakses tanggal 2019-11-17. 
  9. ^ Suhendra, Nuran Wibisono &. "Babad Musik Elektronik Indonesia". tirto.id. Diakses tanggal 2019-11-17. 

Daftar pustaka

sunting

Trynca and Bacon (1996). Rock Hardware. Balafon Books. hlm. 60. ISBN 978-0-87930-428-7. 

Collins, Nick; Schedel, Margaret; Wilson, Scott (2013). Electronic Music. Balafon Books. hlm. 97. ISBN 978-1-107-24454-2.