Perang Siak-Sambas

Revisi sejak 4 Agustus 2024 07.52 oleh Dappitsberg (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Pertempuran Siak-Sambas''' adalah kegagalan ekspedisi Kesultanan Siak untuk menaklukkan Kesultanan Sambas. {{Infobox military conflict | date = 1789 | place = Sambas, Kalimantan Barat | result = Kemenangan Kesultanan Sambas | combatants_header = | combatant1 = 22x20px Kesultanan Siak Sri Indrapura | combatant2 = 25px Kesultanan Sambas | comma...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pertempuran Siak-Sambas adalah kegagalan ekspedisi Kesultanan Siak untuk menaklukkan Kesultanan Sambas.

Perang Siak-Sambas
Tanggal1789
LokasiSambas, Kalimantan Barat
Hasil Kemenangan Kesultanan Sambas
Pihak terlibat
Kesultanan Siak Sri Indrapura Kesultanan Sambas
Tokoh dan pemimpin
Sultan Syarif Ali dari Siak
Ismail dari Siak
Sultan Said Ali
Said Mustafa
Tengku Sambo Menyerah
Permaisuri Siak 
Kesultanan Aceh Panglima Aru 
Pangeran Anom
Sultan Muda Ahmad
Iban Saribas
Lawang Tendi 

Serangan pertama

pada Tahun 1789M, angkatan perang Kesultanan Siak indrapura pernah menyerang Kesultanan Sambas, yang dipimpin oleh Raja Ismail dari Siak.

Pertempuran tersebut sangat sengit yang banyak menewaskan pasukan kedua belah pihak. Akhirnya pertempuran kali ini, dimenangkan lagi oleh angkatan perang dari Kesultanan Sambas yang dipimpin oleh Pangeran Anom (Panji Anom).

Serangan kedua

Dua tahun kemudian, pasukan Kesultanan Siak datang kembali dengan angkatan perang dalam jumlah besar yang dipimpin langsung Sultan Said Ali.

Sementara itu pangeran Anom mengutus pengawal setianya untuk menjemput pasukan Dayak Sungkung dan Iban Saribas dari pedalaman Sambas untuk bergabung berperang melawan Kesultanan Siak dan berhasil menghalau pasukan Siak.

Rupanya pasukan Siak tidak kembali ke tanah asalnya dan memilih bertahan di laut sambil menunggu pasukan lainnya menyusul untuk kembali menyerang Sambas.

Serangan ketiga

Pertempuran ketiga terjadi lagi, pasukan Siak sengaja menjemput panglima dari negeri Aceh bernama Panglima Aru. Menurut riwayatnya hampir setiap hari Panglima Aru itu berjuang dengan Panglima Sambas yang bernama Lawang Tendi.

Akhirnya dalam peperangan ini Panglima Aru tewas dibunuh oleh Lawang Tandi dan pada waktu itu timbullah bintang kemenangan bagi pihak Sambas.

Pada waktu permaisuri Siak melihat Panglima Aru telah mati, maka dengan tidak membuang waktu dengan secepat kilat, ia menyerbukan diri ke gelanggang perjuangan dengan laku seperti seekor singa lepas dari tangkapan.

Pertempuran menjadi hebat dan seru gemerincing bunyi senjata pedang bertemu pedang, tangkis menangkis, tikam-menikam. Meskipun pihak sambas mempertahankan kedudukannya dengan mati-matian, namun serangan permaisuri siak yang gagah berani itu tak dapat dipatahkan oleh kekuatan panglima-panglima dari Sambas, karena banyak di antara panglima sambas yang gugur, angkatan menjadi kocar-kacir serta melarikan diri mundur ke kubu pertahanannya. Melihat peristiwa itu pangeran anom berang dan menembakkan sebuah peluru petunang bagaikan petir menyambar langsung mengenai permaisuri siak dan akhirnya gugur. Lalu para panglima dan sekalian angkatan siak yang menyerang itu terpecah belah dan mereka banyak lari mengikuti rajanya, yaitu Said Ali dan Said Mustafa pulang ke negerinya.



Referensi