Halusinasi suara
Sebuah halusinasi pendengaran atau suara (inggris:auditory hallucination, paracusia[1]) adalah bentuk halusinasi yang mempersepsikan mendengar suara tanpa ada stimulus suara. Saat mengalami sebuah halusinasi suara, seseorang mendengar suara atau banyak suara yang tidak berasal dari lingkungan sekitar.
Auditory hallucination | |
---|---|
Informasi umum | |
Nama lain | Paracusia |
Spesialisasi | Psychiatry |
Bentuk umum dari halusinasi suara adalah mendengar satu atau lebih suara tanpa ada orang yang bicara, dikenal sebagai auditory verbal hallucination. Hal ini mungkin berhubungan dengan psychotic disorder, yang paling mendekati adalah schizophrenia dan fenomena ini sering digunakan untuk mendiagnosa kondisi seperti ini.[2] Bagaimanapun, seorang individu tanpa ada penyakit psychiatric mungkin dapat juga mendengar suara-suara,[3] termasuk mereka yang dalam pengaruh mind-altering substances, seperti cannabis, cocaine, amphetamines, dan PCP.
Ada tiga kategori utama didalam mendengar suara : seseorang mendengar suara berbicara dari pikiran, seseorang mendengar satu atau lebih sedang berdebat, atau seseorang yang mendengar suara bercerita atau bernarasi tentang apa yang di perbuatannya.[4] Tiga kategori ini tidak mencakup semua jenis dari halusinasi pendengaran.
Halusinasi suara yang berupa musik juga ada, dalam hal ini orang lebih sering mendengar potongan dari lagu yang mereka ketahui, atau musik yang mereka dengar mungkin original. Mereka mungkin muncul kepada orang yang ber-mental sehat tanpa mengetahui penyebabnya.[5] Jenis lain dari halusinasi pendengaran termasuk exploding head syndrome dan musical ear syndrome. Yang terakhir, musik akan seseorang dengar di dalam pikiran mereka, biasanya lagu yang familiar. Halusinasi ini dapat disebabkan oleh :lesions pada brain stem (sering dikarenakan stroke), sleep disorders seperti narcolepsy, tumors, encephalitis, or abscesses.[6] Hal ini seharusnya di bedakan dari fenomena yang pada umumnya dialami oleh orang dengan earworms, ingatan musik yang selalu terdengar dalam pikiran seseorang. Dalam laporan juga menyebutkan bahwa halusinasi musik diperoleh karena mendengarkan musik dalam periode waktu yang lama.[7] Penyebab lain termasuk gangguan pendengaran dan aktifitas epileptic.[8]
Di masa lalu, penyebab halusinasi pendengaran di hubungkan dengan cognitive suppression yang dikarenakan kegagalan executive function dari frontoparietal sulcus. Penelitian terbaru menemukan bahwa mereka bekerja parallel dengan left superior temporal gyrus, menandakan bahwa mereka lebih baik di hubungkan dengan speech misrepresentations.[9] Hal itu diasumsikan melalui penelitian bahwa neural pathways terlibat dalam speech perception dan production yang normal, dimana lateralized left temporal lobe, juga mendasari halusinasi pendengaran.[10] Halusinasi suara parallel dengan spontaneous neural activity dari left temporal lobe dan subsequent primary auditory cortex . Persepsi dari halusinasi pendengaran sama dengan pengalaman mendengar yang sebenarnya meskipun tidak ada suara apapun.[11]
Terkait dengan diagnosis
Di tahun 2015 sebuah survey[12] kecil melaporkan mendengar suara pada seseorang dengan berbagai ragam diagnosa DSM-5, seperti :
- Bipolar disorder
- Borderline personality disorder
- Depression (mixed)
- Dissociative identity disorder
- Generalized anxiety disorder
- Major depression
- Obsessive compulsive disorder
- Post-traumatic stress disorder
- Psychosis (NOS)
- Schizoaffective disorder
- Schizophrenia[13]
- Substance-induced psychosis
- Delusional disorder (non-prominently)
Bagaimanapun, banyak individu yang di survey melaporkan tanpa diagnosis. Di bukunya Hallucinations yang popular di tahun 2012, neurologist Oliver Sacks mendeskripsikan mendengar suara pada pasien dengan beragam kondisi medis, sama juga dengan pengelamannya sendiri tentang mendengar suara. Hubungan dengan genetik telah di identifikasi dengan halusinasi pendengaran,[14] tetapi kebanyakan penelitian dengan penyebab dari non psychotic masih berjalan sampai saat ini.
Schizophrenia
Di dalam orang dengan psychosis, penyebab utama dari halusinasi pendengaran adalah schizophrenia dan hal ini dikenal sebagai auditory verbal hallucinations (AVHs). Di dalam schizophrenia, seseorang menunjukkan peningkatan aktifitas yang konsisten pada thalamic dan striatal subcortical nuclei, hypothalamus, dan paralimbic regions; hal ini dikonfirmasi dengan PET dan fMRI scans. Penelitian lain menunjukkan pembesaran pada temporal white matter, frontal gray matter, and temporal gray matter volumes (itu merupakan area krusial untuk inner ataupun outer speech) saat di bandingkan dengan grup kontrol. Hal ini menandakan bahwa fungsi dan struktur keabnormalan di dalam otak, keduanya mungkin mempunyai hubungan di genetic, yang dapat menghasilkan halusinasi pendengaran.
Halusinasi pendengaran verbal yang ber-sumber dari luar daripada dari dalam merupakan factor diagnosa yang mendefinisikan schizophrenia atau bukan.[butuh rujukan] Suara yang di dengar pada umumnya menyakiti dan emosional, menambahkan ke state dari artificial reality and disorientation yang terlihat pada pasien psychotic. Penyebab dasar dari halusinasi telah men-eksplore level cellular receptor. Hipotesis glutamate, mengajukan kemungkinan penyebab schizophrenia mungkin juga punya implikasi di dalam halusinasi pendengaran, dimana menduga bahwa di picu karena altered glutamatergic transmission.
Orang terkenal yang mendengar suara
Walaupun halusinasi pendengaran mempunyai stigma sampai hari ini, banyak pemikir, pujangga, artis dan sarjana yang mendengar suara seperti : setan bijak Socrates, saint Joan of Arc, malaikat pada Rainer Maria Rilke yang menginspirasi Duino Elegies-nya, Carl Gustav Jung, Andy Warhol, Galileo, Pythagoras, William Blake, Winston Churchill, Robert Schumann and Gandhi dan yang lainnya.[15][16]
Robert Schumann, seorang composer music yang terkenal, menghabiskan akhir hidupnya dengan halusinasi pendengaran. Suatu malam dia menyatakan telah di kunjungi hantu dari Schubert dan menulis music yang dia dengar. Setelahnya, dia mulai menyatakan bahwa dia dapat mendengar angelic choir bernyanyi kepadanya. Dengan kondisi semakin memburuk, suara malaikat berganti dengan suara demon atau setan.
Brian Wilson,, penulis lagu dan co-founder the Beach Boys mengalami schizoaffective disorder yang berbentuk suara tanpa bentuk. Mereka membuat komponen utama dari sebuah biographical film yang ber judul Bill Pohlad's Love & Mercy (2014), dimana menjelaskan halusinasi dari Wilson adalah sumber inspirasi music. Mengkonstruksi lagu yang Sebagian di desain untuk konversasi dengan mereka. Wilson barkata pada suara-suara tersebut : : "Mostly [they're] derogatory. Some of its cheerful. Most of it isn't.” (kebanyakan menghina. Beberapa ceria). Untuk melawan mereka, psychiatrist menyarankan untuk “bicara humoris ke mereka”, dan dia menjawab bahwa hal tersebut membantu sedikit.
Anthony Hopkins seorang aktor mengatakan pada interview News of the World “I’ve always had a little voice in my head, particularly when I was younger and less assured” (aku selalu mempunyai suara di kepalaku, terutama saat aku masih muda dan kurang percaya diri), dia mengatakan juga:
“While onstage, during classical theatre the voice would suddenly say, “Oh, you think you can do Shakespeare, do you?” (saat di panggung, saat teater klasik tiba-tiba suara mengatakan, “oh, kamu pikir kamu bisa Shakespeare kan ?”)
Doris Stokes medium The renowned English mendengar suara yang dia anggap sebagai pemandu spiritual (Ramonov, a Tibetan monk). Pada awalnya dia tidak tahu darimana sampai saat dia melihat film travel di BBC television, dia mengatakan
“It was all about the Table people. Ramonov said “That’s where I come from. Tibet.” (itu semua tentang orang Table. Ramonov mengatakan “dari sana aku berasal. Tibet”)
Dia pertama mendengar suara saat meninggalnya ayah-nya saat berumur 13 tahun dan dia selalu tahu bahwa pengalamannya adalah hal spiritual.
Mahatma Gandhi Gandhi, orang yang hampir meraih kemerdekaan india sendirian dari Inggris, mengandalkan “inner voice” atau suara di dalam kepala untuk pemandu. Gandhi menjelaskan bahwa pengalaman dan percaya bahwa suara tersebut :
“It may be a product of my heated imagination. If it is so, I prize that imagination as it has served me for a chequered life extending over a period of now nearly over fifty-five years, because I learned to rely consciously upon God before I was fifteen years old”.
(itu mungkin produk dari imajinasiku yang panas. Jika demikian, aku menghadiahi imajinasi tersebut karena telah melayaniku untuk menjalani kehidupan sulit selama 50 tahun lebih, karena aku belajar untuk mengandalkan secara sadar kepada Tuhan sebelum aku berumur 15 tahun).
Sigmund Freud : “During the days when I was living alone in a foreign city … I quite often heard my name suddenly called by an unmistakeable and beloved voice” (selama aku hidup sendiri di kota yang asing… aku sangat sering tiba-tiba mendengar namaku di panggil oleh suara yang tidak salah lagi dan yang tercinta).[16]
Referensi
- ^ "Paracusia". Medical dictionary.
- ^ Yuhas D. "Throughout History, Defining Schizophrenia Has Remained A challenge". Scientific American Mind (March 2013). Diakses tanggal 2 March 2013.
- ^ Thompson A (September 15, 2006). "Hearing Voices: Some People Like It". LiveScience.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 November 2006. Diakses tanggal 2014-02-01.
- ^ Semple D (2005). Oxford Hand Book of Psychiatry. Oxford Press.
- ^ Deutsch D (2019). "Hallucinations of music and speech". Musical Illusions and Phantom Words: How Music and Speech Unlock Mysteries of the Brain. Oxford University Press. ISBN 9780190206833. LCCN 2018051786.
- ^ "Rare Hallucinations Make Music In The Mind". ScienceDaily.com. August 9, 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2006. Diakses tanggal 2006-12-31.
- ^ Young K (July 27, 2005). "IPod hallucinations face acid test". Vnunet.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-20. Diakses tanggal 2008-04-10.
- ^ Engmann B, Reuter M (April 2009). "Spontaneous perception of melodies – hallucination or epilepsy?". Nervenheilkunde. 28: 217–221. ISSN 0722-1541.
- ^ Hugdahl K, Løberg EM, Nygård M (May 2009). "Left temporal lobe structural and functional abnormality underlying auditory hallucinations in schizophrenia". Frontiers in Neuroscience. 3 (1): 34–45. doi:10.3389/neuro.01.001.2009 . PMC 2695389 . PMID 19753095.
- ^ Hugdahl K, Løberg EM, Nygård M (May 2009). "Left temporal lobe structural and functional abnormality underlying auditory hallucinations in schizophrenia". Frontiers in Neuroscience. 3 (1): 34–45. doi:10.3389/neuro.01.001.2009 . PMC 2695389 . PMID 19753095.
- ^ Ikuta T, DeRosse P, Argyelan M, Karlsgodt KH, Kingsley PB, Szeszko PR, Malhotra AK (December 2015). "Subcortical modulation in auditory processing and auditory hallucinations". Behavioural Brain Research. 295: 78–81. doi:10.1016/j.bbr.2015.08.009. PMC 4641005 . PMID 26275927.
- ^ Woods A, Jones N, Alderson-Day B, Callard F, Fernyhough C (April 2015). "Experiences of hearing voices: analysis of a novel phenomenological survey". The Lancet. Psychiatry. 2 (4): 323–331. doi:10.1016/S2215-0366(15)00006-1. PMC 4580735 . PMID 26360085.
- ^ "Schizophrenia". National Alliance on Mental Illness (NAMI). Diakses tanggal November 20, 2019.
- ^ Hugdahl K, Løberg EM, Specht K, Steen VM, van Wageningen H, Jørgensen HA (2008). "Auditory hallucinations in schizophrenia: the role of cognitive, brain structural and genetic disturbances in the left temporal lobe". Frontiers in Human Neuroscience. 1: 6. doi:10.3389/neuro.09.006.2007 . PMC 2525988 . PMID 18958220.
- ^ Thraenhardt, Bettina (2006-12-01). "Hearing Voices". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-07.
- ^ a b hearingvoicesnetworkireland