Stasiun Pirusa

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 26 September 2024 11.57 oleh RaFaDa20631 (bicara | kontrib) (istilahnya sekarang penjagaan aset. (via JWB))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Stasiun Pirusa (PRS) adalah stasiun kereta api barang nonaktif yang terletak di Kampung Pirusa, Sukaratu, Sukaratu, Tasikmalaya. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Penjagaan Aset II Bandung.

Stasiun Pirusa
Pirusa
Lokasi
Koordinat{{WikidataCoord}} – missing coordinate data
Operator
Letak
km 4+960 lintas SSP Babakanjawa–Pirusa[1]
Jumlah jalur5
LayananTidak ada layanan.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1 Desember 1983
Ditutup1993
Fasilitas dan teknis
Tipe persinyalanMekanik tipe Siemens & Halske manual
Lokasi pada peta
Lua error in Modul:Mapframe at line 384: attempt to perform arithmetic on local 'lat_d' (a nil value).
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Setelah Gunung Galunggung mengalami erupsi pada tanggal 5 April 1982, timbul keinginan PJKA untuk membangun jalur kereta api baru khusus angkutan pasir yang dimulai dari jalur simpang Babakanjawa, yang terletak di petak antara Stasiun Rajapolah dan Stasiun Indihiang ke Sukaratu di lereng Gunung Galunggung. Tepatnya di Perlintasan sebidang nomor 336. Jalur ini memiliki panjang sekitar 4,96 kilometer.[1] Stasiun dan jalur ini dibangun pada tahun 1983 atau setahun setelah meletusnya Gunung Galunggung. Pasir yang menggunung hasil letusan ternyata menarik minat pemerintah pada masa Orde Baru yang turut mengeruknya dengan membangun rel dan mengoperasikan kereta api pengangkut. Stasiun ini dahulu memiliki lima jalur rel untuk kereta langsir. Di bagian depan stasiun, tembok tinggi yang menjadi lokasi penimbunan pasir juga terlihat.[2]

Selama beroperasi sekitar kurang lebih sepuluh tahun, stasiun ini menjadi salah satu stasiun penghasil pasir terbesar di Indonesia. Pasir-pasir ini setiap hari diangkut menggunakan kereta api dari stasiun ini sampai dengan Stasiun Cipinang di Jakarta. Ketika aktif, kereta api angkutan pasir ini mampu menarik 15–20 gerbong sekali jalan tetapi dengan catatan menggunakan lokomotif traksi ganda atau juga menggunakan push pull dengan jumlah 3 lok (2 di depan + 1 di belakang), tujuannya memenuhi aturan stamformasi di Wilayah Penjagaan Aset 2 Bandung. Tercatat, pada grafik perjalanan tahun 1993 saat KA ini terakhir beroperasi, masih tersisa enam perjalanan KA dengan rincian empat KA reguler relasi Pirusa–Cipinang dan dua KA fakultatif dengan relasi Pirusa–Jakarta Gudang. Buah dari pasir Galunggung adalah gedung yang menghiasi Jakarta.[3] Namun, karena persediaan pasir menipis dan diangkut oleh truk, stasiun dan segmen jalur ini resmi ditutup pada tahun 1993.[4] Saat ini masih ada sisa rel dan sinyal di stasiun ini, tetapi sebagian besar rel dan jembatan sudah dibongkar. Bekas bangunan stasiun ini kini sudah beralih fungsi menjadi rumah warga.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Perumka (1992). Ikhtisar Lintas dan Emplasemen. Bandung: Perumka. hlm. 05–044. 
  2. ^ "Jejak Kereta Pengangkut Pasir Tasikmalaya. Andil Gunung Galunggung untuk Pembangunan Jakarta". Pikiran Rakyat. 27 Februari 2019. 
  3. ^ "Jalur Kereta Api Cibungkul-Pirusa, Nasibmu Kini". Duddy.Web.ID. 18 November 2010. 
  4. ^ ""Surga" dari Galunggung". Pikiran Rakyat (dikutip oleh Tekmira ESDM). 6 April 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-06. Diakses tanggal 2021-02-17. Rel kereta api tersebut, hingga sekarang masih bisa disaksikan dari Kecamatan Sukaratu (Kabupaten Tasikmalaya) hingga ke Kecamatan Indihiang (Kota Tasikmalaya). Rel ini paling tidak menunjukkan betapa menguntungkan dan besarnya potensi pasir Galunggung. 
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Wesel pemisah Babakanjawa
menuju Rajapolah
Percabangan menuju Pirusa Terminus