Kapal selam kelas Cakra
Kelas Cakra adalah kelas dua kapal selam tipe 209/1200 yang dikembangkan oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft di Jerman untuk TNI Angkatan Laut pada tahun 1980-an. Anggota kedua kelas tersebut, KRI Nanggala tenggelam pada tahun 2021 selama latihan. Kapal pemimpin, KRI Cakra, masih beroperasi
Tentang kelas | |
---|---|
Nama: | kelas Cakra |
Pembangun: | Howaldtswerke-Deutsche Werft |
Operator: | Angkatan Laut Indonesia |
Didahului oleh: | kelas Whiskey |
Digantikan oleh: | kelas Nagapasa |
Dibangun: | 1977–1981 |
Bertugas: | 1981–sekarang |
Selesai: | 2 |
Aktif: | 1 |
Hilang: | 1 |
Ciri-ciri umum | |
Jenis | Kapal selam serbu |
Berat benaman |
|
Panjang | 595 m (1.952 ft 1 in) |
Lebar | 62 m (203 ft 5 in) |
Sarat air | 54 m (177 ft 2 in) |
Pendorong | |
Kecepatan |
|
Jangkauan |
|
Daya tahan | 50 hari[1] |
Kedalaman uji coba | 240 m (790 ft)[1] |
Awak kapal | 33 |
Sensor dan sistem pemroses |
|
Peralatan perang elektronik dan tipuan | ESM : Thomson-CSF DR2000U [1] |
Senjata |
Pengembangan
suntingDua kapal selam kelas Cakra dipesan pada 2 April 1977, kemudian dirancang oleh Ingenieurkontor Lübeck di Lübeck, dibangun oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dan dijual oleh Ferrostaal of Essen. Ketiga perusahaan tersebut bekerja sama sebagai konsorsium Jerman Barat.[1] Peletakan lunas dilakukan pada 25 November 1977 dan Maret 1978. Pembuatan kapal kemudian selesai dilakukan pada 18 Maret 1981 dan 6 Juli 1981. Terdapat rencana untuk membangun dua lagi kapal selam kelas ini, tetapi rencana tersebut tidak menemui titik terang.[2]
Rancangan
suntingKapal selam kelas Cakra memiliki baterai kapasitas besar dengan sel asam timbal GRP dan pendingin baterai yang disuplai oleh Wilhelm Hagen AG.[1]
Riwayat operasional
suntingAntara tahun 1999–2000, hubungan antara Indonesia dan Australia memanas setelah dilakukannya Referendum Kemerdekaan Timor Leste. Referendum tersebut berujung pada unggulnya opsi kemerdekaan bagi Timor Leste.
Selama jeda waktu antara pengumuman referendum dan mundurnya pasukan Indonesia, sebuah pasukan perdamaian internasional untuk TImor Timur bernama INTERFET dibentuk. Sebuah kapal milik Angkatan Laut Australia bernama HMAS Kanimbia digunakan oleh INTERFET sebagai pos komando. Ketika Kanimbia berlayar menuju Timor Timur, Ia melintasi wilayah perairan yang secara teknis masih dalam kedaulatan Indonesia.
Sebuah kapal selam kelas Cakra dari Indonesia yang kala itu melakukan patroli rutin di Laut Timor mendeteksi beberapa kapal tak dikenal yang bergerak menuju Dili. Komandan kapal selam mengarahkan kapal selam untuk menyelam menuju kedalaman periskop. Kapten kapal selam juga meminta kapal selam untuk bersiap menembakkan torpedo.[3] Kapal-kapal tidak dikenal tersebut diketahui sebagai iring-iringan tiga kapal, yakni Kanimbla dan dua kapal milik Angkatan Laut Selandia Baru. Awak kapal Selandia Baru mengetahui keberadaan kapal selam, tetapi tidak dapat menentukan lokasi pastinya. Pada saat itu, komandan kapal Kanimbla melakukan komunikasi dengan Pemerintah Australia untuk menangani situasi yang terjadi. Canberra merespons panggilan tersebut dan meminta izin dari Jakarta supaya kapal INTERFET dapat melintasi perairan Indonesia menuju Dili.[3] Kapal selam yang saat itu bertugas kemudian diperintahkan untuk tidak menghalangi iring-iringan. Meskipun demikian, kapal selam tersebut kembali naik ke permukaan dan mengikuti perjalanan iring-iringan kapal INTERFET.[3]
Daftar kapal
suntingNama | Nomor lambung | Pembuat | Dipesan | Peletakan lunas | Diluncurkan | Dioperasikan | Status |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Cakra | 401 | Howaldtswerke | 2 April 1977 | 25 November 1977 | 10 September 1980 | 18 Maret 1981 | Aktif[1][2] |
Nanggala | 402 | Howaldtswerke | 2 April 1977 | March 1978 | 10 September 1980 | 6 Juli 1981 | Hilang kontak pada 21 April 2021 dan dinyatakan tenggelam pada 24 April 2021 setelah ditemukannya objek-objek yang diduga berasal dari kapal selam, termasuk pelurus torpedo.[4][5] |
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k Saunders 2009, hlm. 353
- ^ a b Gardiner & Chumbley 1995, hlm. 179
- ^ a b c Perdana, Gilang (26 April 2018). "Nyaris Disengat Torpedo Kapal Selam Cakra Class, Inilah Profil HMAS Kanimbla". indomiliter. Diakses tanggal 23 September 2020.
- ^ Archus, Dorian. "Indonesian Navy lost communication with the submarine after training - Naval Post" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-21.
- ^ Al Jazeera. "Indonesian searchers recover debris from missing submarine" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-24.
Bibliografi
sunting- Gardiner, Robert; Chumbley, Stephen, ed. (1995). Conway's All the World's Fighting Ships 1947–1995. Annapolis, Maryland, US: Naval Institute Press. ISBN 1-55750-132-7.
- Saunders, Stephen, ed. (2009). Jane's Fighting Ships 2009–2010. Jane's Information Group. ISBN 9780710628886.