Pelanduk napu

Revisi sejak 5 Oktober 2024 13.35 oleh Mitgatvm Bot (bicara | kontrib) (top: clean-up)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pelanduk napu,[3] atau lebih populer dengan sebutan napu[4] atau napuh (Tragulus napu) adalah sejenis mamalia kecil yang tergolong ungulata berteracak genap. Termasuk ke dalam famili Tragulidae, hewan ini berkerabat dekat dengan pelanduk jawa dan pelanduk kancil. Napuh atau napo adalah nama umumnya di Sumatra, sedangkan di Kalimantan disebut dengan nama pelanduk napuh, pelanduk nampuh, pelanduk bangkat, dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Greater mouse-deer.

Pelanduk napu
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Tragulidae
Genus: Tragulus
Spesies:
T. napu
Nama binomial
Tragulus napu
Cuvier, 1822[2]

Pengenalan

sunting

Pelanduk yang bertubuh besar, tinggi bahu 300-350 mm; panjang kepala dan tubuh 500–600 mm; ekor 70–80 mm; dan beratnya 4-6 kg.[5] Populasi di Kalimantan sedikit lebih kecil ukuran tubuhnya; kepala dan tubuh 520–572 mm, ekor 60–100 mm, dan berat 3,5-4,5 kg.[3] S. Sastrapradja dkk (1980) menyebut berat badan napu ini adalah 3-4 kg.[6] Meskipun ada pula yang menyebut beratnya hingga 7 atau 9 kg, namun belum dapat dikonfirmasi.

Rambut di tubuh bagian atas berwarna bungalan abu-abu hingga bungalan jingga, dengan ujung rambut kehitaman sehingga tampak seolah-olah berbintik kasar. Garis punggung lebih gelap daripada sisi-sisinya yang lebih pucat, meskipun tanpa garis batas yang jelas. Sisi bawah tubuh berwarna putih berulas kecokelatan pucat dengan dada yang bebercak cokelat. Dari samping, terlihat seperti ada dua belang putih yang terpisah di leher.[3] Alih-alih bertanduk, hewan jantan memiliki taring.[6]

Kebiasaan

sunting

Napuh hidup di hutan-hutan tinggi dan hutan sekunder, kadang-kadang juga memasuki kebun. Hewan ini lebih sering didapati di dataran tinggi daripada di dataran rendah, di mana ia lebih jarang didapati.[3] Di Bangka selatan, napuh lebih kerap dijumpai di hutan-hutan rawa daripada di tanah kering.

Napu/napuh dalam bahasa Melayu dalam setahun melahirkan sekali biasanya melahirkan satu anak, meskipun ada pula yang dua anak,[6] setelah masa kehamilan selama 152-172 hari.[7] Ada pula yang menyebut 150-155 hari. Seperti kancil, hewan ini mudah dijinakkan. Makanannya berupa rumput, daun semak rendah, dan buah-buahan yang jatuh ke tanah. Sehingga mudah dibudidayakan. Namun, masih perlu diketahui perihal perilaku sewaktu musim kawin dan penyakit yang menyerang pelanduk napu.[6]

Agihan dan anak jenis

sunting

Pelanduk napuh menyebar luas di Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Semenanjung Malaya, dan di Indonesia, mereka tersebar di Sumatra, dan Kalimantan.[6] Beberapa anak jenis Tragulus napu, di antaranya:[8]

Napuh juga masih dijumpai hidup liar di Singapura, yakni di wilayah Pulau Ubin.[9]

Catatan taksonomis

sunting

Mengikuti revisi terbaru genus Tragulus (2004), dua taksa yang semula dianggap anak jenis T. napu kini dipisahkan sebagai spesies yang tersendiri. Kedua spesies itu yalah pelanduk filipina (Tragulus nigricans), yang menyebar terbatas (endemik) di Balabac, Palawan; dan pelanduk vietnam (Tragulus versicolor), yang endemik di Vietnam bagian tenggara.[8]

Dalam kebudayaan

sunting

Pelanduk napu biasanya dimakan karena rasanya yang lezat, tetapi hewan ini belum pernah dibudidayakan. Napu biasa didapati di hutan. Pembukaan hutan dikhawatirkan dapat menimbulkan berkurangnya tempat hidup dan kelestariannya.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ IUCN Detail 41781
  2. ^ Geoffroy Saint-Hilaire, E. & F. Cuvier. 1822. Hist. Nat. Mammifères, pt. 2, 4(37):4.
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 335-36
  4. ^ Grubb, P. (2005). "Tragulus napu". Dalam Wilson, D. E.; Reeder, D. M. Mammal Species of the World (edisi ke-3). Percetakan Unoversitas Johns Hopkins. hlm. 650. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494. 
  5. ^ Lekagul, B. & J. McNeely. 1988. Mammals of Thailand: 666-68. Association for the Conservation of Wildlife, Bangkok.
  6. ^ a b c d e f Sastrapradja, S., S. Adisoemarto, W. Anggraitoningsih, B. Mussadarini, Y. Rahayuningsih, & A. Suyanto. 1980. Sumber Protein Hewani. 2: 76 – 77. Jakarta:Balai Pustaka.
  7. ^ Medway, L. 1969. The Wild Mammals of Malaya. Oxford Univ. Press, Kuala Lumpur.
  8. ^ a b Meijaard, E., and C.P. Groves. 2004. A taxonomic revision of the Tragulus mouse-deer. Zoological Journal of the Linnean Society 140: 63-102.
  9. ^ Chua, M., N. Sivasothi & R. Teo. 2009. Rediscovery of Greater Mouse Deer, Tragulus napu (Mammalia: Artiodactyla: Tragulidae) in Pulau Ubin, Singapore. Nature in Singapore, 2009 2: 373–378 Diarsipkan 2014-04-26 di Wayback Machine..

Pranala luar

sunting