Logoterapi

Revisi sejak 13 Oktober 2024 06.36 oleh Losstreak (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Logoterapi adalah istilah dari Viktor E. Frankl untuk bentuk psikoterapinya yang didasarkan upaya memfokuskan klien kepada sebuah pengenalan dan penerimaan dirinya sendiri dengan cara-cara bermakna sebagai bagian dari suatu totalitas, termasuk dunia nyata yang di dalamnya mereka harus berfungsi. Pendekatan Viktor E. Frankl menyatukan elemen-elemen psikologi dinamik, eksistensialisme dan behaviorisme.

Sejarah

sunting

Logoterapi dikembangkan pertama kali pada tahun 1938 sebagai suatu jenis psikoterapi. Tokoh yang mengembangkannya adalah Viktor Frankl.[1] Tujuan utama dari logoterapi adalah memperoleh keyakinan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bermakna.[2] Gagasan Frankl mengenai logoterapi juga merupakan hasil pengalaman langsung dari dirinya. Frankl pernah mengalami penderitaan hebat pada masa Perang Dunia II saat menjadi tawanan perang di kamp konsentrasi Jerman.[3]

Selama di kamp konsentrasi, Frankl bersama dengan para tawanan perang yang lainnya mengalami penyiksaan dan teror. Ia juga melihat pembunuhan yang dilakukan secara kejam terhadap para tawanan perang. Dalam keadaan tersebut, Frankl berusaha meringankan penderitaan para tawanan perang dengan memberitahunya mengenai makna kehidupan meskipun mengalami penderitaan. Frankl kemudian mengamati para tawanan perang dan menyimpulkan bahwa para tawanan perang yang memiliki harapan akan kebebasan lebih memiliki ketabahan dibandingkan dengan tawanan lainnya. Dari pengamatannya, Frankl belajar mengenai makna hidup, khususnya penderitaan.[4]

Istilah logoterapi diambil oleh Frankl dari kata dasar dalam bahasa Yunani, yaitu Logos. Kata ini berarti makna. Gagasan logoterapi juga berawal dari penolakan Frankl atas gagasan dari Sigumund Freud. Freud menyatakan bahwa dimensi spiritual yang dimiliki manusia merupakan hasil sublimasi dari insting hewan. Gagasan mengenai pemaknaan kemudian dikemukakan oleh Frankl sebagai bentuk penolakannya. Ia meyakini bahwa proses psikis bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Bagi Frankl terdapat makna yang menjadi faktor lain selain proses psikis.[5]

Prinsip

sunting

Prinsip dasar dari logoterapi adalah prinsip pemaknaan. Prinsip pemaknaan ini dibagi menjadi tiga jenis. Prinsip pemaknaan pertama adalah meyakini bahwa kehidupan selalu memiliki makna. Kebermaknaan ini tetap hadir bahkan dalam kondisi yang paling menyedihkan sekalipun. Prinsip pemaknaan kedua adalah meyakini bahwa tujuan dari kehidupan adalah untuk pencarian makna dari kehidupan itu sendiri. Sedangkan prinsip ketiga adalah meyakini bahwa kebebasan untuk memberikan pemaknaan dimiliki oleh setiap manusia. Kebebasan pemaknaan ini berlaku pada setiap tindakan yang dilakukan dan dialami manusia, termasuk kesengsaraan.[6]

Manfaat

sunting

Frankl mengemukakan bahwa kehidupan yang tidak memiliki makna bukanlah sebuah penyakit. Hanya saja, seseorang yang mengalami kondisi hidup tanpa memiliki makna secara terus-menerus akan mengalami gangguan perasaan yang disebut neurosis noogenik. Gangguan ini mempersulit individu dalam melaksanakan kegiatan dan mempersulit penyesuaian diri.[7]

Dengan pendekatan logoterapi, pasien dapat menemukan kembali makna hidupnya dengan potensi yang dimilikinya melalu tiga nilai kehidupan.[8] Nilai-nilai ini menjadi sumber makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap. Ditambah dengan harapan dari seseorang akan perubahan di masa depan, maka makna hidup menjadi lebih bertambah. Bagi orang yang memiliki harapan ini, makna hidup akan tetap ada meskipun ia mengalami penderitaan.[9] Logoterapi dapat digunakan oleh orang yang telah lanjut usia untuk menemukan dan mencari makna hidup.[10]

Referensi

sunting
  1. ^ Pasmawati, Hermi (2015). "Pendekatan Logoteraphy dalam Konseling" (PDF). Syi’ar. 15 (1): 54–55. 
  2. ^ Sarmadi, Sunedi (2018). Psikologi Positif (PDF). Yogyakarta: Titah Surga. hlm. 96. ISBN 978-602-6981-70-7. 
  3. ^ Lelyemin, Rafaela Paskalia (2019). "Pelaksanaan Konseling Logoterapi dalam Menangani Kasus Ketidakmampuan Penyesuaian Diri pada Dua Siswa yang Mengalami Perceraian Orang Tua di SMK 'SMJ'". Jurnal Psiko-Edukasi. 17: 82. ISSN 1412-9310. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-19. Diakses tanggal 2022-03-04. 
  4. ^ Diniari, Ni Ketut Sri (2017). Logoterapi: Sebuah Pendekatan untuk Hidup Bermakna (PDF). Denpasar: Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNUD. hlm. 4. 
  5. ^ Suyadi (2012). "Logoterapi, Sebuah Upaya Pengembangan Spiritualitas dan Makna Hidup dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam" (PDF). Jurnal Pendidikan Islam. 1 (2): 271. 
  6. ^ Alizamar dan Couto, N. (2016). Psikologi Persepsi dan Desain Informasi: Sebuah Kajian Psikologi Persepsi dan Prinsip Kognitif untuk Kependidikan dan Desain Komunikasi Visual (PDF). Yogyakarta: Media Akademi. hlm. 10. ISBN 978-602-74482-5-4. 
  7. ^ Mardenni (2018). "Pengaruh Logoterapi yang Diintegrasikan dengan Nilai-Nilai Islam terhadap Proses Penemuan Makna Hidup". Jurnal Al-Qalb. 10 (1): 11. 
  8. ^ Imron, S. W., dkk. (2019). "Pengaruh Logoterapi Medical Ministry terhadap Depresi dan Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke". Biomedika. 11 (1): 19. ISSN 2085-8345. 
  9. ^ Fitriana, Q. A., dan Hadjam, M. N. R. (2016). "Meraih Hidup Bermakna: Logoterapi untuk Menurunkan Depresi pada Perempuan Korban KDRT". Gadjah Mada Journal of Professional Psychology. 2 (1): 28. 
  10. ^ Ukus, V., dkk. (2015). "Pengaruh Penerapan Logoterapi terhadap Kebermaknaan Hidup pada Lansia di Badan Penyantunan Lanjut Usia Senjah Paniki Bawah Manado". Ejournal Keperawatan. 3 (2): 2.