Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh (bahasa Minangkabau: Payokumbuah; Jawi, ڤايوكومبواه) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota Payakumbuh[5] merupakan daerah kantong (enclave)' dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada pertengahan tahun 2021, jumlah penduduk kota Payakumbuh sebanyak 141.171 jiwa.[2]
Kota Payakumbuh
Pajacombo | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Jawi Minang | ڤايوكومبواه |
• Alfabet Minang | Payokumbuah |
Julukan:
| |
Koordinat: 0°13′28″S 100°37′57″E / 0.2244°S 100.6325°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Barat |
Hari jadi | 17 Desember 1970 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Wali Kota | Suprayitno (Pj.) |
• Wakil Wali Kota | lowong |
• Sekretaris Daerah | Rida Ananda |
• Ketua DPRD | Hamdi Agus |
Luas | |
• Total | 80,43 km2 (31,05 sq mi) |
Ketinggian tertinggi | 750 m (2,460 ft) |
Ketinggian terendah | 450 m (1,480 ft) |
Populasi (2021)[2] | |
• Total | 141.171 |
• Kepadatan | 1,800/km2 (4,500/sq mi) |
Demografi | |
• Agama |
|
• IPM | 79,08 tinggi (2021)[3] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 262xx |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62752 |
Pelat kendaraan | BA xxxx M** |
Kode Kemendagri | 13.76 |
DAU | Rp 465.684.926.000,00 (2020[4] |
Situs web | payakumbuhkota |
Berbagai penghargaan telah diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,38 % dan meningkat menjadi 6,79% pada tahun 2011. Payakumbuh merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat dan juga dikenal dengan branding Kota Randang (Payakumbuh City of Randang)[6]. Inovasi dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan Inovasi Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara dan sederet pengharaan lainnya.
Geografi
suntingKota Payakumbuh[7] terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Berada pada hamparan kaki Gunung Sago, bentang alam kota ini memiliki ketinggian yang bervariasi. Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar antara 26 °C dengan kelembapan udara antara 45–50%.
Payakumbuh berjarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, Payakumbuh merupakan kota terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini pernah menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 merupakan kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menjadi 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebelumnya, sementara Kota Padang diperluas menjadi 694,96 km² dan sekaligus menjadi kota yang terluas di Sumatera Barat. Perluasan ini menyebabkan Sawahlunto menjadi kota terluas kedua dan Payakumbuh turun menjadi terluas ketiga di Sumatera Barat.
Sejarah
suntingKota Payakumbuh[8] terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda[9][10]. Sejak keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.[11]
Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang.[12] Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan pendidikan terutama bagi Luhak Limo Puluah. Pada zaman pemerintahan Belanda, Payakumbuh adalah tempat kedudukan asisten residen yang menguasai wilayah Luhak Limo Puluah, dan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah[13].
Pemerintahan
suntingKota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang menetapkan kota ini sebagai kota kecil.[14] Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Disusul Radiogram Mendagri nomor SDP.9/6/181 menegaskan, hari peresmian Kota Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 dan saban tahun diperingati sebagai Hari Jadi Kota Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah kecamatan dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong dan terdapat di 7 kanagarian yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 Kelurahan, kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan.
Sebelum tahun 1970, Payakumbuh adalah bahagian dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut. Pada tahun 2008, sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan[15]. Pada tahun 2014 dan 2016 terjadi penggabungan beberapa kelurahan yang wilayahnya kecil dengan sedikit penduduk, sehingga jumlah kelurahan menyusut menjadi 48 kelurahan.
Daftar Wali Kota
suntingBerikut adalah Daftar Wali Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Indonesia dari masa ke masa.
No | potret | Wali Kota[16] | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Wali Kota | Ket. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Drs. Soetan Oesman[17] |
23 November 1970 | 24 Februari 1973 | 1 | — | Pejabat Wali Kota | ||
24 Februari 1973 | 24 Juni 1978 | Wali Kota Definitif | ||||||
2 | Drs. Masri MS[18][19][20] |
1978 | 1983 | 2 | ||||
3 | Drs. H. Muzahar Muchtar[21] |
1983 | 1988 | 3 | ||||
4 | Drs. H. Muchtiar Muchtar[22][23] |
20 Juli 1988 | 1993 | 4 | ||||
6 | Drs. H. Fahmi Rasyad SH |
1993 | 1998 | 5 | ||||
6 | Drs. H. Darlis Ilyas SH[24] |
1998 | 29 Mei 2002[25] | 6 | Dicopot. | |||
— | Drs. Yulrizal Baharin |
29 Mei 2002[25] | 23 September 2002 | Pelaksana Harian Wali Kota | ||||
7 | Capt. H. Josrizal Zain SE. MM |
23 September 2002 | 23 September 2007 | 7 | Ir. Benny Mukhtar (2002—2005) |
|||
23 September 2007 | 23 September 2012 | 8 | H. Syamsul Bahri SH |
|||||
8 | H. Riza Falepi ST. MT |
23 September 2012 | 23 September 2017 | 9 | Drs. H. Suwandel Muchtar MM |
[26] | ||
23 September 2017 | 23 September 2022 | 10 | H. Erwin Yunaz SE, MM |
[27] | ||||
– | Drs. H. Rida Ananda M.Si |
23 September 2022 | 23 September 2023 | – | – | Penjabat Wali Kota[28] | ||
23 September 2023 | 29 September 2023 | Pelaksana Harian Wali Kota[29] | ||||||
— | Drs. Jasman M.M |
29 September 2023 | 27 Mei 2024 | Penjabat Wali Kota[30] | ||||
— | Ir. Suprayitno M.A |
27 Mei 2024 | Petahana | Penjabat Wali Kota[31] |
Dewan Perwakilan
suntingBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Payakumbuh dalam dua periode terakhir.[32][33]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
PKB | 0 | 1 | 4 | |
Gerindra | 3 | 4 | 1 | |
PDI-P | 2 | 1 | 0 | |
Golkar | 3 | 3 | 4 | |
NasDem | 2 | 2 | 4 | |
PKS | 3 | 5 | 3 | |
PPP | 3 | 3 | 3 | |
PAN | 3 | 2 | 3 | |
Hanura | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 3 | 3 | 3 | |
PBB | 2 | 1 | 1 | |
Jumlah Anggota | 25 | 25 | 25 | |
Jumlah Partai | 10 | 10 | 9 |
Kecamatan
suntingKota Payakumbuh memiliki 5 kecamatan dan 47 kelurahan. Luas wilayahnya mencapai 85,22 km² dan penduduk 129.751 jiwa (2017) dengan sebaran 1.522 jiwa/km².[34][35]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Payakumbuh, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Status | Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|---|
13.76.04 | Lamposi Tigo Nagori | 6 | Kelurahan | |
13.76.01 | Payakumbuh Barat | 17 | Kelurahan | |
13.76.05 | Payakumbuh Selatan | 6 | Kelurahan | |
13.76.03 | Payakumbuh Timur | 9 | Kelurahan | |
13.76.02 | Payakumbuh Utara | 9 | Kelurahan | |
TOTAL | 47 |
Kependudukan
suntingKota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Tamil, Jawa dan Batak, dengan jumlah angkatan kerja 50.492 orang dan sekitar 3.483 orang diantaranya merupakan pengangguran.[36] Pada tahun 1943 etnis Tionghoa di kota ini pernah mencapai 2.000 jiwa dari 10.000 jiwa total populasi masa itu.[37]
Dari segi jumlah penduduk, pada tahun 1970 Payakumbuh berada pada peringkat ketiga sesudah Padang dan Bukittinggi. Akan tetapi perbedaan jumlah penduduk Payakumbuh dengan Bukittinggi relatif kecil yaitu hanya 784 orang. Pada tahun 2009 atau 40 tahun kemudian, jumlah penduduk Payakumbuh meningkat pesat menjadi 106 726 jiwa. Akan tetapi masih tetap berada pada peringkat ketiga sesudah Bukittinggi dengan perbedaan jumlah 894 orang.
Walaupun demikian, peningkatan jumlah penduduk ini meningkatkan status Kota Payakumbuh dari kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 orang), menjadi kota menengah (jumlah penduduk > 100.000 orang)
Pendidikan
suntingPada tahun 1954 di Payakumbuh[38] didirikan perguruan tinggi pertanian dan merupakan perguruan tinggi negeri yang tertua di luar Jawa. PTN inilah yang kemudian berkembang menjadi Universitas Andalas. Pada tahun 1960-an berdiri pula salah satu fakultas dari IAIN Imam Bonjol.
Pendidikan formal | SD atau MI negeri dan swasta | SMP atau MTs negeri dan swasta | SMA negeri dan swasta | MA negeri dan swasta | SMK negeri dan swasta | Perguruan tinggi | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah satuan | 75 | 20 | 11 | 5 | 12 | 2 | ||||||
Data sekolah di kota Payakumbuh Sumber:[39] |
Kesehatan
suntingUntuk meningkatkan taraf kesehatan, pemerintah kota Payakumbuh telah membangun sebuah rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adnaan WD dan juga mendirikan 6 buah puskesmas dan 23 puskesmas pembantu.[40] Selain itu di kota ini juga terdapat sebuah rumah sakit swasta yang bernama Rumah Sakit Yarsi.
Perhubungan
suntingKota ini termasuk kota penghubung antara kota Padang dengan kota Pekanbaru, dari kota ini dapat juga terhubung ke jalur lintas tengah Sumatra tanpa mesti melewati kota Bukittinggi. Terminal Koto Nan Ompek merupakan terminal angkutan darat yang terdapat di kota ini. Sebagai pusat pelayanan, Payakumbuh dulu juga mempunyai lapangan terbang, yaitu Lapangan Terbang Piobang.
Saat ini sudah dibangun jalan lingkar luar bagian utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) dikenal dengan Payakumbuh Bypass untuk memudahkan akses transportasi tanpa harus melalui pusat kota dan untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Pembangunan jalan ini berasal dari dan pinjaman pemerintah pusat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB).[41]
Perekonomian
suntingKota Payakumbuh sebagai kota persinggahan, menjadikan sektor jasa dan perdagangan menjadi sektor andalan[42]. Namun sektor lain seperti pertanian, peternakan dan perikanan masih menjanjikan bagi masyarakat kota ini[43] karena didukung oleh keadaan tanahnya juga terbilang subur.
Untuk menjadikan kota ini sebagai sentral perdagangan selain dengan meningkatkan pasar-pasar tradisional[44] yang ada selama ini, pemerintah setempat bersama masyarakatnya mencoba membangun sistem pergudangan untuk mendukung aktivitas perdagangan yang modern. Saat ini kota Payakumbuh telah memiliki sebuah pasar modern yang terletak di jantung kotanya.
Sementara industri-industri yang ada di kota ini baru berskala kecil[45], namun telah mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, diantaranya sulaman bordir dan songkok/peci.[46]
Olahraga dan Budaya
suntingMasyarakat kota ini memiliki klub sepak bola yang dikenal dengan nama Persepak Payakumbuh yang bermarkas pada Stadion Kapten Tantawi.
Olahraga pacu kuda juga merupakan pertunjukan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini dan biasa setiap tahunnya diselenggarakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama Kubu Gadang yang sekarang menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.
Kota Payakumbuh memiliki beberapa pertunjukan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan silat serta diiringi dengan nyanyian dan biasa ditampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni yang disebut dengan randai.[47] Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah Padang Alai, yang bernama Randai Cindua Mato. Selain itu, Kota Payakumbuh terus bergiat menetapkan Objek-objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) sebagai Cagar Budaya[48].
Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis Talempong, yaitu sama dengan alat musik gamelan di pulau jawa, yang biasa ditampilkan dalam upacara adat, majlis perkawinan dan lain sebagainya. Selain itu alat musik lain yang masih dijumpai di kota ini adalah Saluang, yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.
Adapun kuliner yang paling terkenal di Payakumbuh yaitu rendang[49] yang sudah memiliki lebih dari 30 varian. Sedangkan pindik dari Tiakar juga telah menjadi makanan khas daerah ini. Begitupun gulai hijau itiak dari Air Tabit juga menjadi buruan pelancong jika datang ke Payakumbuh.
Pariwisata
suntingKota Payakumbuh memiliki alam yang indah dikelilingi oleh perbukitan. Selain sebagai kota yang dikenal dengan beragam kuliner, Payakumbuh juga memiliki berbagai objek wisata menarik seperti Ngalau Indah, Puncak Marajo, Panorama Ampangan, Jembatan Ratapan Ibu, dan Kawasan Taman Batang Agam[50]. Sedangkan atraksi budaya yang paling dikenal dari Payakumbuh di antaranya Pacu Itiak, Pacu Jawi, Pacu Kuda, Payakumbuh Botuang Festival, Payakumbuh Bagodang.
Referensi
sunting- ^ a b Badan Pusat Statistik (2021). Payakumbuh dalam Angka, 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-02. Diakses tanggal 2022-03-02.
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 30 Juli 2021.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 6 Desember 2021.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 30 Juli 2021.
- ^ Efendi, Feni (2021). Pajacombo : Literatur Tentang Tanah Payau. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-96797-1-2.
- ^ Efendi, Feni; Susanti, Ipil; Weriantoni (2024). Pajacombo: Varian Rendang di Kota Payakumbuh dan Potensi Ekonomi Pembangunan. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-04-3.
- ^ Efendi, Feni; Hazmi, Nahdatul; Weriantoni; Wendra Yunaldi (2024). Pajacombo: Imajinasi Tentang Perencanaan Kota dan Ruang Publik Masa Depan di Kota Payakumbuh. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-88775-7-7.
- ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2024). Pajacombo: Potensi Wisata Genealogi di Payakumbuh untuk Menelusuri Jejak Leluhur dalam Sudut Pandang Ekonomi, Sosial, dan Memori Kolektif. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-12-8.
- ^ Efendi, Feni; Yanuarita, Prima (2023). Pajacombo: dalam Album Foto Djoesa Anas. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-88775-2-2.
- ^ Efendi, Feni (2023). Pajacombo: Potret di Zaman Hindia Belanda. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-96797-7-4.
- ^ Abdullah, Taufik, (2009), Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933), Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-50-6.
- ^ Reimar Schefold, P. Nas, Gaudenz Domenig, (2004), Indonesian Houses: Tradition and transformation in vernacular architecture, Vol. 1, Illustrated, ISBN 978-9971-69-292-6.
- ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2024). Pajacombo: Keberadaan Tugu-Tugu di Kota Payakumbuh sebagai Simbol Ekonomi, Perjuangan, Sosial, dan Pembangunan. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-03-6.
- ^ http://www.legalitas.org Diarsipkan 2010-06-12 di Wayback Machine. Undang-undang Nomor 8 tahun 1956 (diakses pada 27 Juni 2010)
- ^ Efendi, Feni (2022). Pajacombo: dalam Catatan dan Ingatan. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-99418-1-9.
- ^ "49 Tahun Kota Payakumbuh". Beritasumbar.com. 2019-12-17. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ "40 TAHUN KOTA PAYAICUMBUH Dari Soetan Oesman Hingga Josrizal Zain". docplayer.info. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ https://majalah.tempo.co/read/kota/72244/wali-kota-baru-kotor-dan-panas
- ^ https://www.impiannews.com/2019/06/masri-ms-mantan-walikota-payakumbuh-ke.html
- ^ "Drs. Masri MS, Walikotamadya Kedua Payakumbuh". Impiannews. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ "Drs. Muzahar Muchtar, Walikotamadya Payakumbuh Ketiga". Impiannews. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ "Drs Muchtiar Muchtar, Walikotamadya Payakumbuh Keempat". Impiannews. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ Administrator (2019-12-12). "Mantan Walikota Payakumbuh, Muchtiar Muchtar Berpulang Kepangkuan Illahi". Top Sumbar. Diakses tanggal 2021-11-24.
- ^ https://www.dekadepos.com/mantan-walikota-payakumbuh-dipanggil-sang-khalik/
- ^ a b https://liputan6.com/news/read/34984/wali-kota-payakumbuh-dipecat
- ^ https://issuu.com/haluan/docs/hln240912/19
- ^ Khumaini, Anwar (24 September 2017). PAW, ed. "Riza Falepi-Erwin Yunaz dilantik, Gubernur Sumbar apresiasi Suwandel Muchtar". Merdeka. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
- ^ https://sumbarprov.go.id/home/news/22047-lantik-pj-wali-kota-payakumbuh-gubernur-apresiasi-payakumbuh-jadi-kota-segudang-prestasi
- ^ https://www.dekadepos.com/jasman-rizal-tak-jadi-dilantik-rida-ananda-ditunjuk-jadi-plh-walikota-payakumbuh/
- ^ https://padangkita.com/mahyeldi-mendadak-ke-bukittinggi-jasman-rizal-dilantik-wagub-audy-jadi-pj-wako-payakumbuh/
- ^ https://berita.payakumbuhkota.go.id/sah-suprayitno-jabat-pj-wali-kota-payakumbuh-gantikan-jasman/
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Payakumbuh 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Payakumbuh 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaDepdagri
- ^ Yoon-wah Wong, (1988), Essays on Chinese literature: a comparative approach, NUS Press, ISBN 978-9971-69-109-7.
- ^ Efendi, Feni; Susanti, Ipil; Weriantoni (2024). Pajacombo: Dampak Berdirinya Pusat-Pusat Pendidikan Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, Pembangunan, dan Budaya Berkota di Payakumbuh. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-09-8.
- ^ nisn.jardiknas.org Rekap Data[pranala nonaktif permanen]
- ^ http://www.depkes.go.id Diarsipkan 2010-07-20 di Wayback Machine. Profil Kesehatan Kota Payakumbuh Diarsipkan 2010-07-14 di Wayback Machine. (diakses pada 3 Juli 2010)
- ^ payakumbuhkota.go.id Infrastruktur Diarsipkan 2010-04-02 di Wayback Machine.
- ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2023). Pajacombo: Potensi Ekonomi Kota dan Daya Saing. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-88538-5-4.
- ^ http://www.cps-sss.org Diarsipkan 2010-06-29 di Wayback Machine. kota Payakumbuh Diarsipkan 2010-07-02 di Wayback Machine. (diakses pada 27 Juni 2010)
- ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2024). Pajacombo: Potensi Ekonomi Pasar-Pasar di Payakumbuh dan Juga Dampak Sosialnya. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-89016-9-2.
- ^ Efendi, Feni (2023). Pajacombo: Sentral Ekonomi, Sosial, dan Pembangunan. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-88538-3-0.
- ^ payakumbuhkota.go.id Perdagangan Diarsipkan 2010-04-02 di Wayback Machine. (diakses pada 3 Juli 2010)
- ^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.
- ^ Efendi, Feni (2023). Pajacombo: dalam Narasi Cagar Budaya. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-99418-6-4.
- ^ Ardy, Novit (2023). Marandang: Wisata Gastronomi Kampung Rendang Payakumbuh. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-96797-0-5.
- ^ Efendi, Feni; Weriantoni (2024). Pajacombo: Pengembangan dan Daya Tarik Pariwisata di Kota Payakumbuh serta Dampak Ekonomi dan Sosialnya. Payakumbuh: Penerbit Fahmi Karya. ISBN 978-623-8646-02-9.
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Situs web resmi