Kopi luwak

variasi jenis kopi di Indonesia
Revisi sejak 24 Oktober 2024 19.25 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (link iklan (QuickEdit))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kopi luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, tetapi baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia mencapai USD100 per 450 gram.[butuh rujukan]

Kopi luwak
Kopi luwak
Tempat asalIndonesia
Bahan utamaCoffea arabica
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

sunting

Asal mula kopi luwak dilatarbelakangi oleh sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatra. Salah satunya adalah perkebunan kopi arabika dengan bibit yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.

 
Seekor Musang luwak

Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indra penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.

Kopi Luwak bukanlah varietas kopi, melainkan metode pengolahan kopi. Oleh karena itu, rasanya bisa sangat bervariasi tergantung pada sumber biji dan metode pemanggangan yang digunakan.

Kopi luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.[2]

Daerah penghasil

sunting

Kontroversi

sunting
 
Luwak dalam sangkar

Suatu investigasi di Sidikalang, Sumatera Utara dan Takengon, Aceh oleh PETA yang bekerja sama dengan BBC mengungkapkan tentang sebuah penangkaran yang berisi luwak yang ditangkap dari alam, dimasukkan ke dalam kandang kecil, dan hanya diberi makan biji kopi setiap harinya hanya untuk diambil kotorannya yang kemudian diolah menjadi kopi luwak. Tak hanya itu, luwak-luwak itu juga menjadi berperilaku tidak normal seperti terus bergerak mondar-mandir, berputar-putar, dan menggigit kerangkeng.[5]

Gerakan untuk memboikot kopi luwak pun bermunculan.[6] Bantahan mengenai hal tersebut pun bermunculan terutama dari kalangan produsen kopi luwak.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ National Geographic Travellers Indonesia, November 2010, page 44
  2. ^ Sean Nichholls, Jessica Mahar.So you'll pass on the coffee?. Brisbane Times. 12 Maret 2010.
  3. ^ "Golden Brew". www.binjaisupermal.co.id. Diakses tanggal 17 April 2011. 
  4. ^ Kopi Luwak Lampung. Kompas. 28 November 2010. Diakses pada 22 Mei 2011.
  5. ^ Kopi luwak sebagai kekejaman hewan - BBC Indonesia
  6. ^ "Aktivis Lingkungan Serukan Boikot Kopi Luwak - Tempo.co.id". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-09. Diakses tanggal 2013-11-09. 
  7. ^ "Produsen Kopi Luwak Bantah Telah Menyesatkan Konsumen". www.barista.or.id. Diakses tanggal 08 Juni 2024. 

Pranala luar

sunting