Evolusi manusia

proses evolusi yang menyebabkan munculnya manusia modern secara anatomis
Revisi sejak 3 November 2024 21.55 oleh CommonsDelinker (bicara | kontrib) (Menghapus Homo_sapiens_dispersal_routes.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Masur; alasan: Copyright violation, no indication of a free license on)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Evolusi manusia adalah proses evolusi dalam sejarah primata yang menyebabkan munculnya Homo sapiens sebagai spesies tersendiri dari famili hominid, yang mencakup kera besar. Proses ini meliputi perkembangan bertahap dari sifat-sifat seperti bipedalisme dan kemampuan berbahasanya manusia,[1] serta perkawinan silang dengan hominin lain, yang menunjukkan bahwa evolusi manusia tidaklah linear, akan tetapi berbentuk seperti jaringan.[2][3][4][5] Studi evolusi manusia melibatkan sejumlah disiplin ilmu, termasuk antropologi fisik, antropologi evolusi, primatologi, arkeologi, paleontologi, neurobiologi, etologi, linguistik, psikologi evolusioner, embriologi dan genetika.[6][7]

Para hominoid adalah keturunan dari nenek moyang yang sama

Primata berpisah dari mamalia lain sekitar 85 juta tahun silam, yakni pada periode Kapur Akhir.[8] Primata kemudian menghasilkan garis keturunan yang berurutan mengarah ke superfamili kera, yang memunculkan keluarga hominid dan ungka; yang kemudian berpisah satu sama lain sekitar 15–20 juta tahun yang lalu. Hominid Asia (mencakup orang utan) lalu berpisah dari hominid Afrika sekitar 14 juta tahun silam. Dari hominid Afrika, Hominin (termasuk sub-tribus Australopithecine dan Pan) berpisah dari tribus Gorillini (gorila) antara 8–9 juta tahun silam; Australopithecine (termasuk nenek moyang berkaki dua manusia yang telah punah) berpisah dari genus Pan (yang terdiri dari simpanse dan bonobo) 4–7 juta tahun silam.[9] Dari hasil evolusi Australopithecine kemudian lahirlah genus Homo dengan ditandai oleh kemunculan H. habilis lebih dari 2 juta tahun silam, dan dari garis keturunan tersebut kemudian lahirlah manusia modern secara anatomis sekitar 300.000 tahun silam.

Sebelum Homo

sunting

Evolusi awal Primata

sunting

Sejarah evolusi primata dapat ditelusuri kembali 65 juta tahun yang lalu.[10][11][12][13][14] Salah satu spesies mamalia mirip primata tertua yang diketahui, Plesiadapis, berasal dari Amerika Utara;[15][16][17][18][19][20] yang lainnya, Archicebus, berasal dari China.[21] Primata basal serupa lainnya tersebar luas di Eurasia dan Afrika selama kondisi tropis Paleosen dan Eosen.

 
Fosil Notharctus tenebrosus diAmerican Museum of Natural History, New York City

David R. Begun[22] menyimpulkan bahwa primata purba berkembang di Eurasia dan bahwa garis keturunan yang mengarah ke kera dan manusia Afrika, termasuk Dryopithecus, bermigrasi ke selatan dari Eropa atau Asia Barat ke Afrika. Populasi primata tropis yang masih ada—yang terlihat paling lengkap di lapisan fosil Eosen Atas dan Oligosen paling bawah dari depresi Faiyum di barat daya Kairo—memunculkan semua spesies primata yang masih ada, termasuk lemur di Madagaskar, kukang di Asia Tenggara, galago atau "bayi semak" di Afrika, dan anthropoid, yaitu Platyrrhines atau monyet Dunia Baru, Catarrhines atau monyet Dunia Lama, dan kera besar, termasuk manusia dan hominid lainnya.

Catarrhini paling purba yang diketahui adalah Kamoyapithecus dari Oligosen paling atas di Eragaleit di Lembah Celah Besar utara di Kenya, yang berasal dari 24 juta tahun yang lalu.[23] Nenek moyangnya diperkirakan merupakan spesies yang terkait dengan Aegyptopithecus, Propliopithecus, dan Parapithecus dari Faiyum, sekitar 35 juta tahun yang lalu.[24] Pada tahun 2010, Saadanius dideskripsikan sebagai kerabat dekat dari nenek moyang bersama terakhir dari kelompok mahkota catarrhines, dan secara tentatif bertanggal 29-28 juta tahun yang lalu, membantu mengisi celah 11 juta tahun dalam catatan fosil.[25]

 
Kerangka Proconsul tanpa ekor yang direkonstruksi

Pada Miosen Awal, sekitar 22 juta tahun yang lalu, banyak jenis catarrhini primitif dari Afrika Timur yang beradaptasi secara arboreal. Hal ini menunjukkan sejarah panjang diversifikasi awal. Fosil-fosil pada 20 juta tahun yang lalu meliputi fragmen-fragmen yang berkaitan dengan Victoriapithecus, monyet Dunia Lama yang paling awal. Beberapa genera yang diperkirakan masuk dalam garis keturunan kera yang berasal lebih dari 13 juta tahun yang lalu adalah Proconsul, Rangwapithecus, Dendropithecus, Limnopithecus, Nacholapithecus, Equatorius, Nyanzapithecus, Afropithecus, Heliopithecus, dan Kenyapithecus, semuanya berasal dari Afrika Timur.

Kehadiran non-cercopithecid umum lainnya dari Miosen Tengah dari situs-situs yang jauh—Otavipithecus dari endapan gua di Namibia, dan Pierolapithecus dan Dryopithecus dari Perancis, Spanyol dan Austria—adalah bukti dari keanekaragaman bentuk yang luas di seluruh Afrika dan cekungan Mediterania selama rezim iklim yang relatif hangat dan seimbang pada Miosen Awal dan Tengah. Hominoid Miosen termuda, Oreopithecus, berasal dari lapisan batu bara di Italia yang berasal dari 9 juta tahun yang lalu.

Bukti molekuler mengindikasikan bahwa garis keturunan owa (famili Hylobatidae) berpisah dari garis keturunan kera besar sekitar 18-12 juta tahun lalu, dan garis keturunan orangutan (subfamili Ponginae) berpisah dari kera besar lainnya sekitar 12 juta tahun; Tidak ada fosil yang secara jelas mendokumentasikan nenek moyang owa, yang mungkin berasal dari populasi hominoid Asia Tenggara yang sejauh ini belum diketahui, tetapi fosil proto-orangutan mungkin diwakili oleh Sivapithecus dari India dan Griphopithecus dari Turki, yang berasal dari sekitar 10 juta tahun yang lalu.[26]

Homininae (hominid Afrika) yang merupakan subfamili dari Hominidae berpisah dari Ponginae (orang utan) sekitar 14 juta tahun yang lalu. Hominin (termasuk manusia dan sub-suku Australopithecine dan Panina) berpisah dari suku Gorillini (gorila) antara 8-9 juta tahun lalu; Australopithecine (termasuk nenek moyang berkaki dua yang telah punah) berpisah dari genus Pan (yang terdiri dari simpanse dan bonobo) 4-7 juta tahun lalu.[9] Dari Australopithecine yang berevolusi kemudian muncullah genus Homo yang ditandai dengan lahirnya spesies H. habilis lebih dari 2 juta tahun yang lalu, sementara manusia modern secara anatomis kemudian lahir dari garis keturunan tersebut di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Perpisahan klade manusia dari kera besar lainnya

sunting

Spesies yang dekat dengan nenek moyang bersama terakhir gorila, simpanse, dan manusia mungkin diwakili oleh fosil Nakalipithecus yang ditemukan di Kenya dan Ouranopithecus yang ditemukan di Yunani. Bukti molekuler menunjukkan bahwa antara 8 dan 4 juta tahun yang lalu, pertama gorila, dan kemudian simpanse (genus Pan) memisahkan diri dari garis yang mengarah ke manusia. DNA manusia sekitar 98,4% identik dengan simpanse ketika membandingkan polimorfisme nukleotida tunggal (lihat genetika evolusi manusia). Namun, catatan fosil gorila dan simpanse terbatas; pengawetan fosil keduanya buruk, diakibatkan tanah hutan hujan yang cenderung asam yang mana melarutkan tulang belulang, dan bias penyampelan kemungkinan turut berkontribusi pada masalah ini.

Hominin-hominin lain mungkin beradaptasi dengan lingkungan yang lebih kering di luar sabuk khatulistiwa; dan di sana mereka bertemu antelop, hyena, anjing, babi, gajah, kuda, dan hewan-hewan lainnya. Sabuk khatulistiwa menyusut setelah sekitar 8 juta tahun lalu, dan hanya ada sedikit bukti fosil untuk divergensi garis keturunan hominin dari garis keturunan gorila dan simpanse yang diperkirakan terjadi sekitar waktu itu. Fosil paling awal yang dianggap oleh beberapa ahli sebagai bagian dari garis keturunan manusia adalah Sahelanthropus tchadensis (7 Ma) dan Orrorin tugenensis (6 Ma), diikuti oleh Ardipithecus (5,5-4,4 Ma), dengan spesies Ar. kadabba dan Ar. ramidus.

Dalam studi sejarah kehidupan Ar. ramidus, telah disebutkan bahwa spesies ini memberikan bukti adanya serangkaian adaptasi anatomi dan perilaku pada hominin purba yang tidak ditemukan pada spesies kera besar lain yang masih ada.[27] Studi ini menunjukkan adanya kedekatan antara morfologi tengkorak Ar. ramidus dengan bayi dan simpanse remaja, yang menunjukkan bahwa spesies ini mengembangkan morfologi kraniofasial remaja atau paedomorfik melalui disosiasi heterokronik dari jalur pertumbuhan. Juga dikatakan bahwa spesies ini mendukung gagasan bahwa hominin yang sangat awal, mirip dengan bonobo (Pan paniscus) spesies yang kurang agresif dari genus Pan, mungkin telah berevolusi melalui proses domestikasi diri. Oleh karena itu, dengan argumen menentang apa yang disebut "model referensial simpanse"[28] para penggagas berpendapat bahwa penggunaan perilaku sosial dan perkawinan simpanse (Pan troglodytes) tidak dapat lagi digunakan dalam model evolusi sosial hominin purba. Ketika mengomentari ketiadaan morfologi taring agresif pada Ar. ramidus dan implikasinya terhadap evolusi psikologi sosial hominin, mereka menulis:

Tentu saja Ar. ramidus berbeda secara signifikan dari bonobo, bonobo telah mempertahankan kompleks pengasahan gigi taring fungsional. Namun, fakta bahwa Ar. ramidus memiliki kesamaan dengan bonobo dalam penurunan dimorfisme seksual, dan bentuk yang lebih paedomorfik dibandingkan dengan simpanse, menunjukkan bahwa adaptasi perkembangan dan sosial yang terbukti ada pada bonobo mungkin dapat membantu rekonstruksi psikologi sosial dan seksual pada hominin awal di masa depan. Bahkan trend ke arah meningkatnya perawatan oleh ibu, pemilihan pasangan oleh betina, dan domestikasi diri mungkin lebih kuat dan lebih halus pada Ar. ramidus daripada apa yang kita lihat pada bonobo.[27]:128

Para penyusun penelitian ini berpendapat bahwa banyak adaptasi dasar manusia berkembang di ekosistem hutan kuno di akhir Miosen dan awal Pliosen Afrika. Alhasil, mereka berpendapat bahwa manusia mungkin tidak mewakili evolusi dari nenek moyang mirip simpanse seperti yang selama ini diduga. Hal ini menunjukkan bahwa banyak adaptasi manusia modern mewakili sifat-sifat yang mendalam secara filogenetik dan bahwa perilaku dan morfologi simpanse mungkin berkembang setelah mereka berpisah dari nenek moyang bersama mereka dengan manusia.

Genus Australopithecus

sunting
 
Rekonstruksi terhadap "Lucy"

Genus Australopithecus berevolusi di Afrika timur sekitar 4 juta tahun yang lalu sebelum menyebar ke seluruh Afrika dan akhirnya punah 2 juta tahun yang lalu. Selama periode waktu ini terdapat berbagai bentuk Australopithecus, termasuk Australopithecus anamensis, Au. afarensis, Au. sediba, dan Au. africanus. Masih terdapat beberapa perdebatan di kalangan akademisi apakah spesies hominid Afrika tertentu pada masa ini, seperti Au. robustus dan Au. boisei, merupakan anggota dari genus yang sama; jika demikian, mereka dianggap tergolong Au. robust australopith sementara yang lainnya dianggap sebagai Au. glacile australopith. Namun, jika spesies-spesies ini rupanya bagian dari genus tersendiri, maka mereka dapat diberi nama tersendiri, seperti Paranthropus.

Spesies baru yang diajukan, Australopithecus deyiremeda dianggap hidup pada periode waktu yang sama dengan Au. afarensis. Ada perdebatan apakah Au. deyiremeda adalah spesies baru atau merupakan Au. afarensis.[29] Australopithecus prometheus, atau dikenal sebagai Si Kaki Kecil baru-baru ini telah dihitung berasal dari 3,67 juta tahun yang lalu melalui teknik penanggalan baru, menjadikan genus Australopithecus berasal dari waktu yang sama dengan afarensis.[30] Jempol kaki Si Kaki Kecil yang dapat ditekuk melintang dari jari-jari yang lain, menunjukkan bahwa spesimen itu tampaknya dulu adalah pemanjat yang baik. Mengingat keberadaan predator malam di wilayah tersebut, diperkirakan bahwa ia membangun tempat bersarang di malam hari di pepohonan dengan cara yang mirip dengan simpanse dan gorila.

Evolusi pada genus Homo

sunting

Representasi dari genus Homo yang paling awal terdokumentasi adalah Homo habilis, yang berevolusi sekitar 2,8 juta tahun yang lalu,[31] dan dapat dikatakan sebagai spesies paling awal yang memiliki bukti positif tentang penggunaan alat-alat batu. Otak hominin awal tersebut memiliki ukuran yang hampir sama dengan simpanse, meskipun ada dugaan bahwa ini adalah masa di mana gen SRGAP2 manusia berlipat ganda, menghasilkan jaringan yang lebih cepat pada korteks frontal. Selama jutaan tahun berikutnya, proses ensefalisasi dengan pesat terjadi, dan dengan hadirnya Homo erectus dan Homo ergaster dalam rekaman fosil, kapasitas tengkorak telah berlipat ganda menjadi 850 cm3.[32] (Peningkatan ukuran otak manusia seperti itu sama dengan setiap generasi memiliki 125.000 neuron lebih banyak dari orang tua mereka). Diyakini bahwa H. erectus dan H. ergaster adalah yang pertama kali menggunakan api dan peralatan yang kompleks, dan merupakan yang pertama dari garis hominin yang meninggalkan Afrika, menyebar ke seluruh Afrika, Asia, dan Eropa antara 1,3 hingga 1,8 juta tahun yang lalu.

 
Model evolusi genus Homo selama 2 juta tahun terakhir (poros vertikal). Ekspansi "Keluar Afrika" yang pesat dari H. sapiens ditunjukkan di bagian atas diagram, dengan campuran yang ditunjukkan dengan Neanderthal, Denisova, dan hominin Afrika kuno yang tidak dispesifikasi. Kelangsungan hidup australopithecine (Paranthropus) yang tegap bersama Homo hingga 1,2 juta tahun lalu ditunjukkan dengan warna ungu.
 
Sebuah model filogeni H. sapiens selama Paleolitik Tengah. Sumbu horizontal menunjukkan lokasi geografis; sumbu vertikal menunjukkan waktu dalam jutaan tahun yang lalu.[33] Homo heidelbergensis ditampilkan sebagai membelah menjadi Neanderthal, Denisovan, dan H. sapiens. Dengan perluasan H. sapiens setelah 200 ribu tahun yang lalu, Neanderthal, Denisovan, dan hominin Afrika purba yang belum diketahui secara pasti, ditampilkan kembali masuk ke dalam garis keturunan H. sapiens. Selain itu, peristiwa percampuran pada populasi Afrika modern juga diindikasikan.

Berdasarkan teori terkini mengenai asal-usul manusia modern di Afrika, manusia modern berevolusi di Afrika kemungkinan dari H. heidelbergensis, H. rhodesiensis, atau H. antecessor dan bermigrasi ke luar dari benua tersebut sekitar 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, dan secara bertahap menggantikan populasi lokal H. erectus, hominin Denisova, H. floresiensis, H. luzonensis, dan H. neanderthalensis.[34][35][36][37][38] Homo sapiens purba, cikal bakal manusia modern secara anatomis, berevolusi pada masa Paleolitik Tengah antara 400.000 hingga 250.000 tahun yang lalu.[39][40][41] Bukti DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa haplotipe yang berasal dari Neanderthal ada di antara semua populasi non-Afrika, dan Neanderthal serta hominin lain, seperti Denisovan, mungkin telah menyumbangkan hingga 6% genom mereka kepada manusia masa kini, yang mengisyaratkan adanya perkawinan silang terbatas di antara spesies-spesies ini.[42][43][44] Transisi menuju modernitas perilaku dengan perkembangan budaya simbolis, bahasa, dan teknologi litik khusus terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu, menurut beberapa antropolog,[45] meskipun ada pula yang berpendapat bahwa perubahan perilaku secara bertahap terjadi dalam rentang waktu yang lebih lama.[46]

Homo sapiens adalah satu-satunya spesies yang masih ada dari genusnya, Homo. Meskipun beberapa spesies Homo (yang telah punah) bisa jadi merupakan nenek moyang Homo sapiens, banyak, mungkin sebagian besar diperkirakan adalah "sepupu" dari Homo sapiens yang telah berspesiesisasi dari garis keturunan hominin.[47][48] Belum ada konsensus mengenai kelompok mana yang harus dianggap sebagai spesies yang terpisah dan mana yang harus menjadi subspesies; hal ini mungkin disebabkan oleh kelangkaan fosil atau perbedaan kecil yang digunakan untuk mengklasifikasikan spesies dalam genus Homo.[48] Teori pompa Sahara (yang mendeskripsikan kalau gurun Sahara terkadang-kadang “basah” sehingga bisa dilalui) memberikan satu penjelasan yang memungkinkan tentang variasi awal dalam genus Homo.

Berdasarkan bukti arkeologi dan paleontologi, telah memungkinkan untuk menyimpulkan, sampai batas tertentu, praktik pola makan[49] kuno dari berbagai spesies Homo dan mempelajari peran pola makan dalam evolusi fisik dan perilaku dalam Homo.[50][51][52][53][54]

Beberapa antropolog dan arkeolog menganut teori bencana Toba, yang menyatakan bahwa letusan dahsyat Danau Toba di Pulau Sumatera, Indonesia, sekitar 70.000 tahun yang lalu telah menimbulkan dampak global,[55] menewaskan sebagian besar manusia dan menciptakan hambatan populasi yang mempengaruhi warisan genetik semua manusia saat ini.[56] Namun, bukti genetik dan arkeologi untuk hal ini masih dipertanyakan.[57]

H. habilis dan H. gautengensis

sunting

Homo habilis hidup dari sekitar 2,8[31] hingga 1,4 juta tahun lalu. Spesies ini berevolusi di Afrika Selatan dan Timur pada masa Pliosen Akhir atau Pleistosen Awal, 2,5-2 juta tahun yang lalu, ketika ia berpisah dari australopithecines dengan perkembangan gigi geraham yang lebih kecil dan otak yang lebih besar. Salah satu hominin pertama yang diketahui, membuat peralatan dari batu dan mungkin tulang binatang, yang menyebabkan namanya menjadi homo habilis (bahasa Latin yang berarti 'manusia praktis') yang diberikan oleh penemunya, Louis Leakey. Beberapa ilmuwan telah mengusulkan untuk memindahkan spesies ini dari Homo ke Australopithecus karena morfologi kerangkanya yang lebih beradaptasi untuk hidup di pepohonan daripada berjalan dengan dua kaki seperti hominin yang lebih baru.[58]

Pada bulan Mei 2010, sebuah spesies baru, Homo gautengensis, ditemukan di Afrika Selatan.[59]

H. rudolfensis dan H. georgicus

sunting

Ini adalah usulan nama spesies untuk fosil-fosil yang berasal dari sekitar 1,9-1,6 juta tahun yang lalu, yang hubungannya dengan Homo habilis masih belum jelas.

  • Homo rudolfensis merujuk pada satu tengkorak yang tidak lengkap dari Kenya. Para ilmuwan berpendapat bahwa ini adalah spesimen Homo habilis, namun hal ini belum dikonfirmasi.[60]
  • Homo georgicus, dari Georgia, mungkin merupakan bentuk peralihan antara Homo habilis dan Homo erectus,[61] atau subspesies Homo erectus.[62]

H. ergaster dan H. erectus

sunting

Fosil pertama Homo erectus ditemukan oleh seorang dokter Belanda, Eugene Dubois, pada tahun 1891 di pulau Jawa, Indonesia. Dia awalnya menamai fosil tersebut Anthropopithecus erectus (1892-1893, pada saat itu dianggap sebagai fosil primata mirip simpanse) dan Pithecanthropus erectus (1893-1894, kemudian berubah pikiran karena morfologinya yang dianggap berada di tengah-tengah antara manusia dan kera).[63] Bertahun-tahun kemudian, pada abad ke-20, dokter dan ahli paleoantropologi Jerman, Franz Weidenreich (1873-1948), membandingkan secara rinci karakter-karakter Manusia Jawa karya Dubois, yang saat itu diberi nama Pithecanthropus erectus, dengan karakter-karakter Manusia Peking, yang saat itu diberi nama Sinanthropus pekinensis. Weidenreich menyimpulkan pada tahun 1940 bahwa karena kemiripan anatomi mereka dengan manusia modern, maka perlu untuk mengumpulkan semua spesimen dari Jawa dan Cina dalam satu spesies dari genus Homo, yaitu spesies H. erectus.[64][65]

Homo erectus hidup dari sekitar 1,8 juta tahun hingga sekitar 70.000 tahun yang lalu—yang mengindikasikan bahwa mereka mungkin dimusnahkan oleh bencana Toba; namun, H. floresiensis yang berada di dekatnya berhasil selamat. Fase awal H. erectus, dari 1,8 hingga 1,25 juta tahun lalu, dianggap oleh beberapa peneliti sebagai spesies yang terpisah, H. ergaster, atau sebagai H. erectus ergaster, sebuah subspesies dari H. erectus. Banyak ahli paleoantropologi sekarang menggunakan istilah Homo ergaster untuk bentuk-bentuk non-Asia dari kelompok ini, dan mencadangkan H. erectus hanya untuk fosil-fosil yang ditemukan di Asia dan memenuhi persyaratan kerangka dan gigi tertentu yang sedikit berbeda dari H. ergaster.

Di Afrika pada masa Pleistosen Awal, 1,5–1 juta tahun yang lalu, beberapa populasi Homo habilis diperkirakan telah berevolusi dengan otak yang lebih besar dan membuat peralatan batu yang lebih rumit; perbedaan-perbedaan ini dan perbedaan-perbedaan lainnya sudah cukup bagi para ahli antropologi untuk mengklasifikasikan mereka sebagai spesies baru, Homo erectus—di Afrika.[66] Evolusi lutut yang mengunci dan pergerakan foramen magnum dianggap sebagai penyebab perubahan populasi yang lebih besar. Spesies ini juga mungkin telah menggunakan api untuk memasak daging. Richard Wrangham mencatat bahwa Homo tampaknya telah menjadi penghuni tanah, dengan berkurangnya panjang usus, gigi yang lebih kecil, dan "otak [membengkak] hingga ukurannya yang saat ini sangat tidak efisien dalam penggunaan bahan bakar",[67] dan berhipotesis bahwa kendali atas api dan memasak, yang menghasilkan peningkatan nilai gizi, merupakan adaptasi utama yang memisahkan Homo dari Australopithecines yang tidur di pohon.[68]

H. cepranensis and H. antecessor

sunting

Kedua spesies ini diusulkan sebagai spesies peralihan antara H. erectus dan H. heidelbergensis.

  • H. antecessor diketahui dari fosil-fosil dari Spanyol dan Inggris yang berumur 1,2 juta-500 ribu tahun yang lalu.[69][70]
  • H. cepranensis mengacu pada satu tempurung tengkorak dari Italia, yang diperkirakan berusia sekitar 800.000 tahun.[71]

H. heidelbergensis

sunting

H. heidelbergensis ("Manusia Heidelberg") hidup dari sekitar 800.000 hingga 300.000 tahun yang lalu. Juga diusulkan sebagai Homo sapiens heidelbergensis atau Homo sapiens paleohungaricus.[72]

H. rhodesiensis, dan kranium Gawis

sunting
  • H. rhodesiensis, diperkirakan hidup 300.000-125.000 tahun yang lalu. Sebagian besar peneliti saat ini menempatkan Manusia Rhodesia dalam kelompok Homo heidelbergensis, meskipun sebutan lain seperti Homo sapiens purba dan Homo sapiens rhodesiensis telah diusulkan.
  • Pada bulan Februari 2006, sebuah fosil, tengkorak kepala Gawis, ditemukan yang mungkin merupakan spesies peralihan antara H. erectus dan H. sapiens atau salah satu dari sekian banyak evolusi yang berujung buntu. Tengkorak dari Gawis, Ethiopia, diyakini berasal dari masa 500.000-250.000 tahun yang lalu. Hanya rincian ringkasan yang diketahui, dan para penemunya belum merilis studi yang telah ditinjau oleh peneliti lain. Ciri-ciri wajah manusia Gawis mengisyaratkan bahwa ia adalah spesies peralihan atau contoh dari "manusia Bodo" perempuan.[73]

Neanderthal dan Denisovan

sunting
 
Rekonstruksi atas seorang pria Neanderthal berusia lanjut

Homo neanderthalensis, atau disebut juga sebagai Homo sapiens neanderthalensis,[74] hidup di Eropa dan Asia dari 400.000[75] hingga sekitar 28.000 tahun yang lalu.[76] Terdapat sejumlah perbedaan anatomi yang jelas antara manusia modern secara anatomis (AMH) dan spesimen Neanderthal, yang sebagian besar berkaitan dengan adaptasi Neanderthal yang lebih unggul terhadap lingkungan dingin. Rasio perbandingan antara alas dan volume Neanderthal bahkan lebih rendah dibandingkan dengan populasi Inuit modern, yang mengindikasikan retensi panas tubuh yang lebih baik.

Neanderthal juga memiliki otak yang jauh lebih besar, seperti yang ditunjukkan dari hasil endokopi otak, sehingga menimbulkan keraguan akan inferioritas intelektual mereka terhadap manusia modern. Namun, massa tubuh Neanderthal yang lebih tinggi mungkin membutuhkan massa otak yang lebih besar untuk kontrol tubuh.[77] Selain itu, penelitian terbaru oleh Pearce, Stringer, dan Dunbar telah menunjukkan perbedaan penting dalam arsitektur otak. Ukuran yang lebih besar dari ruang orbital dan lobus oksipital Neanderthal menunjukkan bahwa mereka memiliki ketajaman penglihatan yang lebih baik daripada manusia modern, yang berguna pada saat kondisi cahaya yang lebih redup pada masa glasial di Eropa.

Manusia purba Neanderthal kemungkinan memiliki kapasitas otak yang lebih sedikit untuk fungsi sosial. Dengan menyimpulkan ukuran kelompok sosial dari volume endokranial (dikurangi ukuran lobus oksipital) menunjukkan bahwa pada setiap kelompok Neanderthal mungkin terbatas pada 120 individu, dibandingkan dengan 144 hubungan yang mungkin terjadi pada manusia modern. Kelompok sosial yang lebih besar dapat mengimplikasikan bahwa manusia modern memiliki risiko perkawinan sedarah yang lebih kecil di dalam kelompoknya, perdagangan di wilayah yang lebih luas (dikonfirmasi melalui distribusi alat-alat batu), dan penyebaran inovasi sosial dan teknologi yang lebih cepat. Semua hal ini bisa jadi berkontribusi pada Homo sapiens modern yang menggantikan populasi Neanderthal pada 28.000 tahun sebelum sekarang.[77]

Bukti awal dari pengurutan DNA mitokondria menunjukkan bahwa tidak ada aliran gen yang signifikan antara H. neanderthalensis dan H. sapiens, dan bahwa keduanya adalah spesies terpisah yang memiliki nenek moyang yang sama sekitar 660.000 tahun yang lalu.[78][79][80] Namun, pengurutan genom Neanderthal pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa Neanderthal benar-benar melakukan perkawinan silang dengan manusia modern secara anatomis sekitar 45.000-80.000 tahun yang lalu, sekitar waktu manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika, tetapi sebelum mereka menyebar ke seluruh Eropa, Asia, dan tempat lain.[81] Pengurutan genetik kerangka manusia yang berasal dari 40.000 tahun yang lalu dari Rumania menunjukkan bahwa 11% dari genomnya adalah Neanderthal, menyiratkan bahwa individu tersebut memiliki nenek moyang Neanderthal 4-6 generasi sebelumnya,[82] di samping kontribusi dari perkawinan silang lebih awal di Timur Tengah. Meskipun populasi Rumania hasil kawin silang ini tampaknya bukan nenek moyang manusia modern, temuan ini mengindikasikan bahwa kawin silang antara kedua spesies terjadi berulang kali.[83]

Semua manusia modern non-Afrika memiliki sekitar 1% hingga 4% (atau 1,5% hingga 2,6% menurut data yang lebih baru) DNA yang berasal dari Neanderthal.[81][84][85] Temuan ini konsisten dengan penelitian terbaru yang mengindikasikan bahwa perbedaan beberapa alel manusia berasal dari satu juta tahun yang lalu, meskipun interpretasi ini masih dipertanyakan.[86][87] Neanderthal dan AMH Homo sapiens mungkin telah hidup berdampingan di Eropa selama 10.000 tahun, di mana populasi AMH meledak, jauh melebihi jumlah Neanderthal, sehingga mengalahkan mereka dalam hal jumlah.[88]

Pada tahun 2008, para arkeolog yang bekerja di situs Gua Denisova di Pegunungan Altai, Siberia, menemukan sebuah fragmen tulang kecil dari jari kelima seorang anggota remaja dari spesies manusia lain, Denisovan.[89] Berbagai artefak, termasuk gelang, ditemukan saat penggalian di gua tersebut pada tingkat yang sama dan memiliki usia karbon sekitar 40.000 tahun sebelum masehi. Dikarenakan iklim Gua Denisova yang dingin, DNA di dalam fragmen fosil itu bertahan dengan sangat baik, sehingga mtDNA maupun DNA nuklir-nya berhasil diurutkan.[42][90]

Meskipun titik waktu divergensi mtDNA-nya secara tak terduga berada jauh,[91] urutan genom lengkap menunjukkan bahwa Denisova berasal dari garis keturunan yang sama dengan Neanderthal, dan keduanya berbeda tak lama setelah garis keturunan mereka berpisah dari garis keturunan yang memunculkan manusia modern.[42] Manusia modern diketahui telah hidup secara tumpang tindih dengan Neanderthal di Eropa dan Timur Dekat selama lebih dari 40.000 tahun,[92] dan penemuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa Neanderthal, Denisova, dan manusia modern mungkin telah hidup berdampingan dan kawin silang. Eksistensi cabang relasi yang jauh dari manusia ini menciptakan gambaran yang jauh lebih kompleks tentang umat manusia selama masa Pleistosen Akhir ketimbang yang diperkirakan sebelumnya.[90][93] Telah ditemukan pula bukti bahwa sebanyak 6% DNA dari beberapa orang Melanesia modern berasal dari Denisovan, yang mengindikasikan adanya perkawinan silang yang terbatas di Asia Tenggara.[94][95]

Sejumlah alel yang diperkirakan berasal dari Neanderthal dan Denisovan telah diidentifikasi pada beberapa lokus genetik dalam genom manusia modern di luar Afrika. Haplotipe HLA dari Denisovan dan Neanderthal mewakili lebih dari separuh alel HLA manusia modern yang natif di Eurasia,[44] yang mengindikasikan adanya seleksi positif yang kuat untuk alel-alel yang terintroduksi ini. Corinne Simoneti di Vanderbilt University, di Nashville dan timnya telah menemukan dari catatan medis 28.000 orang keturunan Eropa bahwa keberadaan segmen DNA Neanderthal dapat dikaitkan dengan tingkat depresi yang lebih tinggi.[96]

Aliran gen dari populasi Neanderthal ke manusia modern tidak hanya satu arah. Sergi Castellano dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology melaporkan pada tahun 2016 bahwa meskipun genom Denisovan dan Neanderthal memiliki hubungan yang lebih dekat satu sama lain dibandingkan dengan kita, genom Neanderthal Siberia menunjukkan kemiripan yang lebih besar dengan gen manusia modern dibandingkan dengan populasi Neanderthal Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa populasi Neanderthal kawin silang dengan manusia modern sekitar 100.000 tahun yang lalu, mungkin di suatu tempat di Timur Dekat.[97]

Studi terhadap fosil seorang anak Neanderthal di Gibraltar menunjukkan bahwa dari perkembangan otak dan pertumbuhan gigi dapat disimpulkan bahwa anak-anak Neanderthal kemungkinan lebih cepat dewasa dibandingkan dengan Homo sapiens.[98]

H. floresiensis

sunting
 
Rekonstruksi kepala Homo floresiensis

H. floresiensis, yang hidup sekitar 190.000 hingga 50.000 tahun sebelum sekarang, dijuluki hobbit karena ukurannya yang kecil, mungkin akibat dari kekerdilan insular.[99] H. floresiensis cukup mencolok baik dari segi ukuran maupun usianya, dan merupakan contoh spesies terbaru dari genus Homo yang menunjukkan ciri-ciri turunan yang tidak dimiliki oleh manusia modern. Dengan kata lain, H. floresiensis memiliki nenek moyang yang sama dengan manusia modern, namun terpisah dari garis keturunan manusia modern dan mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Temuan utama dari H. floresiensis adalah sebuah kerangka yang diyakini sebagai seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun. Ditemukan pada tahun 2003, kerangka ini diperkirakan berasal dari masa sekitar 18.000 tahun yang lalu. Wanita yang masih hidup itu diperkirakan memiliki tinggi satu meter, dengan volume otak hanya 380 cm3 (tergolong kecil untuk simpanse dan kurang dari sepertiga dari rata-rata H. sapiens yang volume otaknya berukuran rata-rata 1.400 cm3).[99]

Namun, sedang terdapat perdebatan tentang apakah H. floresiensis memang merupakan spesies yang terpisah atau tidak.[100] Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa H. floresiensis adalah H. sapiens modern dengan kekerdilan patologis.[101] Hipotesis ini didukung sebagiannya karena beberapa manusia modern yang tinggal di Flores, pulau di Indonesia di mana kerangka itu ditemukan, bertubuh kerdil. Hal ini, ditambah dengan kekerdilan patologis, dapat menyebabkan manusia dengan tubuh yang sangat kecil. Argumen besar lainnya yang menentang H. floresiensis sebagai spesies yang terpisah adalah fakta bahwa spesies ini ditemukan dengan alat-alat yang hanya diasosiasikan dengan H. sapiens.[101]

Akan tetapi, hipotesis kekerdilan patologis gagal menjelaskan fitur anatomi tambahan yang tidak seperti manusia modern (berpenyakit atau tidak) pada H. floresiensis, tetapi mirip dengan anggota purba dari genus Homo. Selain fitur tengkorak, fitur-fitur lain termasuk bentuk tulang di pergelangan tangan, lengan bawah, bahu, lutut, dan kaki. Selain itu, hipotesis ini gagal menjelaskan penemuan beberapa contoh individu dengan ciri-ciri yang sama, yang mengindikasikan bahwa ciri-ciri tersebut umum ditemukan pada populasi yang besar dari spesies tersebut, dan tidak terbatas pada satu individu.[100]

Pada tahun 2016, fosil gigi dan sebagian rahang dari hominin yang dianggap sebagai nenek moyang H. floresiensis ditemukan[102] di Mata Menge, sekitar 74 km (46 mil) dari Liang Bua. Fosil-fosil tersebut berasal dari sekitar 700.000 tahun[103] yang lalu dan dicatat oleh arkeolog Australia, Gerrit van den Bergh, sebagai fosil yang lebih kecil daripada fosil-fosil yang ditemukan kemudian.[104]

H. luzonensis

sunting

Sejumlah kecil spesimen dari pulau Luzon, yang berasal dari 50.000 hingga 67.000 tahun yang lalu, baru-baru ini oleh para penemunya, berdasarkan karakteristik gigi, ditetapkan sebagai spesies manusia baru, H. luzonensis.[105]

H. sapiens

sunting

H. sapiens (kata sifat sapiens dalam bahasa Latin berarti "bijaksana" atau "cerdas") muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu, kemungkinan besar berasal dari H. heidelbergensis atau garis keturunan terkait.[106][107] Pada September 2019, para ilmuwan melaporkan penentuan terkomputerisasi, berdasarkan 260 pemindaian CT, bentuk tengkorak virtual dari nenek moyang manusia terakhir yang sama dengan manusia modern/H. sapiens, yang mewakili manusia modern paling awal, dan menunjukkan bahwa manusia modern muncul antara 260.000 hingga 350.000 tahun yang lalu melalui penggabungan populasi di Afrika Timur dan Afrika Selatan.[108][109]

Antara 400.000 tahun yang lalu hingga periode interglasial kedua pada Pleistosen Tengah, sekitar 250.000 tahun yang lalu, tren perluasan volume tengkorak dan elaborasi teknologi alat batu berkembang, sehingga memberi bukti adanya transisi dari H. erectus ke H. sapiens. Bukti langsung menunjukkan adanya migrasi H. erectus ke luar Afrika, kemudian spesiasi lebih lanjut dari H. sapiens dari H. erectus di Afrika. Migrasi berikutnya dari H. sapiens (baik di dalam maupun di luar Afrika) pada akhirnya menggantikan H. erectus yang telah terdispersi sebelumnya. Teori migrasi dan asal-usul ini biasanya disebut sebagai "hipotesis asal tunggal baru-baru ini" atau teori "keluar dari Afrika". H. sapiens melakukan kawin silang dengan manusia purba baik di Afrika maupun di Eurasia, di Eurasia terutama dengan Neanderthal dan Denisovan.[42][94]

Teori bencana Toba, yang mendalilkan adanya hambatan populasi H. sapiens sekitar 70.000 tahun yang lalu, menjadi kontroversi sejak pertama kali diajukan pada tahun 1990-an dan pada tahun 2010-an hanya mendapat sedikit dukungan.[110] Variabilitas genetik manusia yang khas telah muncul sebagai hasil dari efek pendiri, oleh percampuran purba dan oleh tekanan evolusi baru-baru ini.[111]

Perubahan-perubahan anatomi

sunting

Evolusi manusia sejak berpisahnya dari nenek moyang bersama manusia dan simpanse yang terakhir, dicirikan oleh sejumlah perubahan morfologi, perkembangan, fisiologi, perilaku, dan lingkungan.[7] Evolusi lingkungan (kultural) yang ditemukan jauh setelahnya selama era Pleistosen memainkan peran penting dalam evolusi manusia yang diobservasi melalui transisi manusia di antara sistem-sistem subsistensi.[7][112] Yang paling signifikan dari adaptasi ini adalah bipedalisme, peningkatan ukuran otak, ontogeni yang memanjang (kehamilan dan masa bayi), dan penurunan dimorfisme seksual. Perubahan morfologi signifikan lainnya termasuk evolusi kekuatan dan presisi cengkeraman, yang pertama kali terjadi pada H. erectus.[113]

Bipedalisme

sunting

Bipedalisme atau berjalan dengan dua kaki adalah adaptasi dasar hominid dan dianggap sebagai penyebab utama di balik serangkaian perubahan kerangka yang terjadi oleh semua hominid bipedal. Hominin paling awal, yang diduga primitif bipedalisme, diyakini sebagai Sahelanthropus[114] atau Orrorin, yang keduanya muncul sekitar 6 sampai 7 juta tahun yang lalu. Sedangkan gorila dan simpanse, yang mengikut sertakan tangan mereka untuk berjelan, berpisah dari garis hominin sepanjang periode yang meliputi waktu yang sama, sehingga Sahelanthropus atau Orrorin bisa jadi merupakan nenek moyang bersama terakhir kita. Ardipithecus, yang berjalan secara penuh dengan kaki dua, muncul sekitar 5,6 juta tahun lalu.[115]

 
Bipedalisme yang ditunjukkan oleh seorang pria dan wanita

Bipedal awal akhirnya berevolusi menjadi australopithecines dan kemudian menjadi genus Homo. Ada beberapa teori tentang nilai adaptasi bipedalisme. Ada kemungkinan bahwa bipedalisme disukai karena membebaskan tangan untuk menjangkau dan membawa makanan, menghemat energi selama pergerakan,[116] memungkinkan lari jarak jauh dan berburu, memberikan bidang penglihatan yang lebih baik, dan membantu menghindari hipertermia dengan mengurangi luas permukaan yang terpapar sinar matahari langsung; fitur-fitur yang semuanya menguntungkan untuk berkembang di lingkungan sabana dan hutan baru yang tercipta sebagai hasil pengangkatan Lembah Celah Afrika Timur yang berbanding terbalik dengan habitat hutan tertutup sebelumnya..[116][117][118] Sebuah studi tahun 2007 mendukung hipotesis bahwa berjalan dengan dua kaki, atau bipedalisme, berkembang karena membutuhkan lebih sedikit energi daripada berjalan dengan kaki dan lengan.[119][120] Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa bipedalisme tanpa kemampuan menggunakan api tidak akan memungkinkan penyebaran global.[121] Perubahan dalam gaya berjalan ini menyebabkan pemanjangan kaki secara proporsional jika dibandingkan dengan panjang lengan, yang memendek akibat hilangnya kebutuhan untuk bergelayutan dari cabang pohon satu ke cabang pohon lainnya. Perubahan lainnya adalah bentuk jempol kaki. Studi terbaru menunjukkan bahwa australopithecine masih menjalani sebagian hidupnya di pepohonan sebagai hasil dari mempertahankan jempol kaki yang dapat menggenggam. Hal ini secara progresif hilang pada habilin.

Secara anatomis, evolusi bipedalisme diiringi dengan sejumlah besar perubahan kerangka, tidak terbatas hanya pada bagian tungkai dan panggul, tetapi juga pada tulang belakang, telapak kaki dan pergelangan kaki, serta tengkorak.[122] Tulang paha berevolusi ke posisi yang sedikit lebih angular untuk memindahkan pusat gravitasi ke arah pusat geometris tubuh. Sendi lutut dan pergelangan kaki menjadi semakin kokoh untuk menopang peningkatan berat badan dengan lebih baik. Untuk mendukung peningkatan berat pada tulang punggung dalam posisi tegak, kolom vertebra manusia berubah menjadi berbentuk S dan vertebra lumbar berubah menjadi lebih pendek dan lebih lebar. Pada kaki, jempol kaki berpindah ke posisi sejajar dengan jari-jari kaki yang lain untuk membantu pergerakan ke depan. Lengan dan lengan bawah memendek relatif terhadap kaki sehingga lebih mudah untuk berlari. Foramen magnum berpindah ke bawah tengkorak dan lebih ke anterior.[123]

Perubahan paling signifikan terjadi di daerah panggul, di mana bilah iliaka yang panjang menghadap ke bawah memendek dan melebar sebagai keperluan untuk menjaga kestabilan pusat gravitasi saat berjalan;[26] hominid yang bipedal memiliki panggul yang lebih pendek tetapi lebih luas seperti mangkuk karena hal ini. Kelemahannya, saluran lahir kera bipedal lebih kecil daripada kera yang berjalan menggunakan kaki dan tangan, meskipun telah terjadi pelebaran dibandingkan dengan australopithecine dan manusia modern, sehingga memungkinkan lewatnya bayi yang baru lahir karena peningkatan ukuran kranial. Hal ini terbatas pada bagian atas, karena peningkatan lebih lanjut dapat menghambat gerakan bipedal yang normal.[124]

Evolusi yang terjadi pada panggul yang menjadi lebih pendek dan saluran lahir yang menjadi lebih kecil terjadi sebagai syarat bipedalisme yang berefek signifikan pada proses kelahiran manusia modern, yang mana jauh lebih sulit dibandingkan primata lainnya. Selama kelahiran manusia, karena variasi ukuran daerah panggul, kepala janin harus berada dalam posisi melintang (dibandingkan dengan ibu) selama melintasi saluran kelahiran dan berputar sekitar 90 derajat saat keluar.[125] Saluran kelahiran yang lebih kecil menjadi faktor pembatas untuk peningkatan ukuran otak pada manusia purba dan mendorong periode kehamilan yang lebih pendek yang mengarah pada ketidakdewasaan relatif pada keturunan manusia, yang tidak dapat berjalan jauh sebelum 12 bulan dan memiliki perkembangan fisiologi atau somatis yang lebih lambat dibandingkan dengan primata lain, yang dapat berjalan pada usia yang jauh lebih dini.[118] Pertumbuhan otak yang meningkat setelah lahir dan meningkatnya ketergantungan anak-anak pada ibu mereka memiliki efek besar pada siklus reproduksi wanita,[126] yang mengakibatkan lebih banyaknya kemunculan pengasuhan anak yang dibantu oleh kerabatnya atau orang lain pada manusia jika dibandingkan dengan hominid lainnya.[127] Kematangan seksual manusia yang tertunda juga menyebabkan evolusi menopause, dengan salah satu penjelasannya adalah hipotesis nenek, yakni wanita lanjut usia akan dapat meneruskan gen mereka dengan lebih baik dengan merawat keturunan dari anak perempuan mereka, dibandingkan dengan memiliki lebih banyak anak sendiri.[128][129]

Ensefalisasi

sunting
 
Tengkorak-tengkorak nenek moyang evolusi manusia secara berurutan (atau hampir berurutan, tergantung pada sumbernya),[a] hingga Homo sapiens 'modern'
*Mya - juta tahun yang lalu, Kya - ribu tahun yang lalu
 
Ukuran otak dan ukuran gigi pada para hominin

Spesies manusia lambat laun mengembangkan otak yang jauh lebih besar daripada primata lainnya-biasanya, 1.330 cm3 (81 cu in) pada manusia modern, hampir tiga kali ukuran otak simpanse atau gorila.[132] Setelah periode stasis dengan Australopithecus anamensis dan Ardipithecus, spesies yang memiliki otak lebih kecil sebagai akibat dari lokomosi bipedal mereka,[133] pola ensefalisasi bermula pada Homo habilis, yang otaknya 600 cm3 (37 cu in) sedikit lebih besar daripada simpanse. Evolusi ini berlanjut pada Homo erectus dengan 800–1,100 cm3 (48,8190–0,0671 cu in), dan mencapai maksimum pada Neanderthal dengan 1.200–1,900 cm3 (73,2285–0,1159 cu in), bahkan lebih besar dari Homo sapiens modern. Peningkatan otak ini terwujud selama pertumbuhan otak pascakelahiran, jauh melebihi kera lainnya (heterokroni). Hal ini juga memungkinkan periode pembelajaran sosial dan akuisisi bahasa yang lebih lama pada manusia remaja, yang dimulai sejak 2 juta tahun yang lalu. Ensefalisasi mungkin disebabkan oleh ketergantungan pada makanan padat kalori yang sulit diperoleh.[134]

Lebih lanjut, perubahan dalam struktur otak manusia kemungkinan bahkan lebih signifikan daripada peningkatan ukurannya.[50][135][136][137]

 
Ukuran dan bentuk tengkorak berubah seiring waktu. Yang paling kiri, dan terbesar, adalah replika tengkorak manusia modern.

Lobus temporal, yang berisi pusat-pusat pemrosesan bahasa, telah meningkat secara tidak proporsional, seperti halnya korteks prefrontal, yang telah dikaitkan dengan pengambilan keputusan yang kompleks dan memoderasi perilaku sosial.[132] Ensefalisasi telah dikaitkan dengan meningkatnya pati[49] dan daging [138][139] dalam makanan, namun sebuah studi meta tahun 2022 meragukan peran dari daging.[140] Faktor lainnya adalah perkembangan memasak,[141] dan telah diajukan bahwa kecerdasan meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan untuk memecahkan masalah sosial karena masyarakat manusia menjadi lebih kompleks.[142] Perubahan morfologi tengkorak, seperti mandibula yang mengecil dan pelekatan otot mandibula, memungkinkan lebih banyak ruang bagi otak untuk berkembang.[143]

Peningkatan volume neokorteks juga mencakup peningkatan pesat dalam ukuran serebelum. Fungsinya secara tradisional dikaitkan dengan keseimbangan dan kontrol motorik halus, tetapi baru-baru ini ditemukan juga berkaitan dengan kemampuan bicara dan kognisi. Kera besar, termasuk hominid, memiliki serebelum yang lebih menonjol relatif terhadap neokorteks daripada primata lainnya. Diduga bahwa karena fungsinya sebagai kontrol sensorik-motorik dan pembelajaran aktivitas otot yang kompleks, serebelum mungkin telah mendasari adaptasi teknologi manusia, termasuk prakondisi bicara.[144][145][146][147]

Manfaat langsung dari ensefalisasi untuk bertahan hidup sulit untuk dipahami, karena perubahan otak utama dari Homo erectus ke Homo heidelbergensis tidak disertai dengan perubahan besar dalam bidang teknologi. Diduga bahwa perubahan tersebut sebagian besar bersifat sosial dan perilaku, termasuk peningkatan kemampuan empati,[148][149] peningkatan ukuran kelompok sosial,[142][150][151] dan peningkatan fleksibilitas dalam berperilaku.[152] Manusia memiliki kemampuan unik untuk memperoleh informasi melalui transmisi sosial dan beradaptasi dengan informasi tersebut.[153] Bidang evolusi kultural yang sedang berkembang mengkaji perubahan sosiokultural manusia dari perspektif evolusi.[154]

 
Evolusi bentuk, ukuran, dan kontur tengkorak manusia (Homo)[155][156][b][159][c][161][162][163][164][164][165][166][167]

Dimorfisme seksual

sunting

Berkurangnya tingkat dimorfisme seksual pada manusia terlihat terutama pada penyusutan gigi taring pada laki-laki dibandingkan dengan spesies kera lainnya (kecuali owa) dan berkurangnya tonjolan alis dan fisik keseluruhan pada pria. Perubahan fisiologis utama lainnya yang berkaitan dengan seksualitas pada manusia adalah evolusi estrus terpendam. Manusia adalah satu-satunya hominoid yang betinanya subur sepanjang tahun dan tidak ada sinyal khusus kesuburan yang dihasilkan oleh tubuh (seperti pembengkakan genital atau perubahan mencolok dalam perilakunya kepada laki-laki selama estrus).[168]

Meski demikian, sejumlah dimorfisme seksual tetap bertahan pada manusia, seperti dalam pendistribusian rambut tubuh dan lemak subkutan, dan dalam ukuran keseluruhan, laki-laki sekitar 15% lebih besar daripada perempuan.[169] Perubahan-perubahan ini secara keseluruhan telah diartikan sebagai hasil dari meningkatnya penekanan pada pembentukan ikatan pasangan sebagai solusi yang memungkinkan untuk memenuhi meningkatnya keterlibatan orang tua pada anak-anak mereka karena masa pertumbuhannya yang menjadi lebih lama.[170]

Oposisi ulnar

sunting
 
Manusia dapat menyentuh jari kelingking mereka dengan jempol.

Oposisi ulnar yakni kontak antara ibu jari dan ujung jari kelingking dari tangan yang sama, adalah unik untuk genus Homo,[171] termasuk Neanderthal, para hominin Sima de los Huesos, dan manusia modern secara anatomis. Pada primata lain, jari jempolnya berukuran pendek dan tidak dapat menyentuh jari kelingkingnya.[172] Oposisi ulnar memfasilitasi cengkeraman presisi dan cengkeraman kekuatan pada tangan manusia, yang mendasari segala manipulasi yang terampil.

Perubahan-perubahan lain

sunting

Sejumlah perubahan lain juga mengkarakterisasi evolusi manusia, di antaranya peningkatan ketergantungan pada penglihatan ketimbang penciuman (bulbus olfaktorius yang amat tereduksi); periode perkembangan remaja yang lebih panjang dan ketergantungan bayi yang lebih tinggi;[173] usus yang lebih kecil dan gigi yang kecil dan tidak selaras; metabolisme basal yang lebih cepat;[174] hilangnya rambut tubuh;[175] evolusi kelenjar keringat; perubahan bentuk arkade gigi dari bentuk u menjadi parabola; perkembangan dagu (hanya ditemukan di Homo sapiens); projeksi styloid; dan laring yang turun.

Sejarah pembelajaran

sunting

Sebelum Darwin

sunting

Kata homo, nama genus biologis dimana manusia termasuk di dalamnya, adalah bahasa Latin untuk "manusia".[d] Kata ini awalnya dipilih oleh Carl Linnaeus dalam sistem klasifikasinya.[e] Kata bahasa Inggris dari manusia, yaitu "human" berasal dari bahasa Latin humanus, bentuk kata sifat dari kata homo. Bahasa Latin "homo" berakar dari bahasa proto-Indo-Eropa dari kata *dhghem atau "bumi".[176] Linnaeus dan ilmuwan lain pada masanya juga menganggap kera besar sebagai kerabat terdekat manusia berdasarkan kesamaan morfologi dan anatomi.[177]

Darwin

sunting

Adanya kemungkinan keterkaitan antara manusia dengan kera-kera terdahulu melalui keturunan, baru menjadi jelas setelah tahun 1859 dengan diterbitkannya buku Charles Darwin, On the Origin of Species (Asal-usul Spesies), di mana ia berargumen tentang konsep evolusi spesies baru dari spesies yang lebih awal. Buku Darwin tersebut tidak membahas masalah evolusi manusia, hanya mengatakan bahwa "Cahaya akan dilemparkan pada asal-usul manusia dan sejarahnya."[178]

Perdebatan pertama tentang sifat evolusi manusia muncul antara Thomas Henry Huxley dan Richard Owen. Huxley berargumen tentang evolusi manusia dari kera dengan mengilustrasikan banyak kesamaan dan perbedaan antara manusia dan kera lainnya, dan melakukannya secara khusus dalam bukunya di tahun 1863 yang berjudul Evidence as to Man's Place in Nature (Bukti tentang Tempat Manusia di Alam). Banyak pendukung awal Darwin (seperti Alfred Russel Wallace dan Charles Lyell) pada awalnya tidak setuju bahwa asal mula kapasitas mental dan kepekaan moral manusia dapat dijelaskan oleh seleksi alam, meskipun akhirnya keyakinan ini berubah. Darwin menerapkan teori evolusi dan seleksi seksual pada manusia dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1871, The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex (Kemunculan Manusia, dan Seleksi dalam Kaitannya dengan Seks).[179]

Fosil-fosil pertama

sunting

Masalah utama pada abad ke-19 adalah kurangnya fosil perantara. Sisa-sisa Neanderthal ditemukan di sebuah tambang batu kapur pada tahun 1856, tiga tahun sebelum publikasi On the Origin of Species, dan fosil Neanderthal telah ditemukan di Gibraltar bahkan lebih awal, tetapi pada awalnya fosil ini diklaim sebagai sisa-sisa manusia modern yang telah mengalami beberapa jenis penyakit.[180] Meskipun pada tahun 1891 ditemukan oleh Eugène Dubois dari apa yang sekarang disebut Homo erectus di Trinil, Jawa, baru pada tahun 1920-an lah fosil-fosil seperti itu baru ditemukan di Afrika, dan bukti-bukti tentang spesies perantara pun mulai terakumulasi.[181] Pada tahun 1925, Raymond Dart mendeskripsikan Australopithecus africanus. Spesimen jenisnya adalah Bocah Taung, bayi australopithecine yang ditemukan di sebuah gua. Sisa-sisa anak tersebut adalah berupa tengkorak kecil yang terawetkan dengan sangat baik dan sebuah endocast otak.

Meskipun ukuran otaknya kecil (410 cm3), namun bentuknya bulat, tidak seperti simpanse dan gorila, dan lebih mirip otak manusia modern. Selain itu, spesimen tersebut memiliki gigi taring pendek, dan posisi foramen magnum (lubang di tengkorak tempat masuknya tulang belakang) adalah bukti dari kemampuan berjalan dengan dua kaki. Semua ciri-ciri ini meyakinkan Dart bahwa Bocah Taung adalah nenek moyang manusia bipedal, bentuk transisi antara kera dan manusia.

Fosil-fosil Afrika Timur

sunting
 
Tampilan evolusi fosil hominid di The Museum of Osteology, Kota Oklahoma, Oklahoma, AS

Selama tahun 1960-an dan 1970-an, ratusan fosil ditemukan di Afrika Timur di wilayah Ngarai Olduvai dan Danau Turkana. Pencarian ini dilakukan oleh keluarga Leakey, yaitu Louis Leakey dan istrinya Mary Leakey, dan kemudian anak mereka Richard dan menantu perempuannya Meave, dengan beberapa pemburu fosil dan paleoantropolog. Dari lapisan fosil Olduvai dan Danau Turkana, mereka menemukan sejumlah spesimen hominin awal, seperti spesies australopithecines dan spesies Homo, bahkan Homo erectus.

Penemuan-penemuan ini mengukuhkan Afrika sebagai tempat kelahiran umat manusia. Pada akhir 1970-an dan 1980-an, Ethiopia muncul sebagai titik panas baru paleoantropologi setelah penemuan "Lucy", anggota fosil paling lengkap dari spesies Australopithecus afarensis, yang ditemukan pada tahun 1974 oleh Donald Johanson di dekat Hadar di wilayah gurun Segitiga Afar di Ethiopia utara. Meskipun spesimen tersebut memiliki otak yang kecil, namun panggul dan tulang kakinya hampir identik fungsinya dengan manusia modern, yang menunjukkan dengan pasti bahwa hominin ini telah berjalan tegak.[182] Lucy diklasifikasikan sebagai spesies baru, Australopithecus afarensis, yang dianggap lebih dekat hubungannya dengan genus Homo sebagai nenek moyang langsung, atau sebagai kerabat dekat dari nenek moyang yang tidak diketahui, dibandingkan hominid atau hominin lain yang diketahui dari rentang waktu awal ini; lihat istilah "hominid" dan "hominin".[183] (Nama "Lucy" pada spesimen ini diambil dari lagu the Beatles "Lucy in the Sky with Diamonds", yang diputar dengan keras dan berulang-ulang di kamp selama penggalian).[184] Kawasan Segitiga Afar kemudian mendatangkan lebih banyak penemuan fosil hominin, terutama yang ditemukan atau dideskripsikan oleh tim yang dipimpin oleh Tim D. White pada 1990-an, termasuk Ardipithecus ramidus dan Ardipithecus kadabba.[185]

Pada tahun 2013, kerangka fosil Homo naledi, spesies hominin yang telah punah yang ditempatkan (sementara) ke dalam genus Homo, ditemukan di sistem Gua Rising Star, sebuah situs di wilayah Tempat Kelahiran Umat Manusia di Afrika Selatan di provinsi Gauteng dekat Johannesburg. Hingga September 2015, fosil dari setidaknya lima belas individu, berjumlah 1.550 spesimen, telah digali dari gua tersebut. Spesies ini dicirikan oleh massa tubuh dan perawakan yang mirip dengan populasi manusia bertubuh kecil, volume endokranial yang lebih kecil mirip dengan Australopithecus, dan morfologi kranial (bentuk tengkorak) yang mirip dengan spesies Homo awal. Anatomi kerangka memadukan fitur primitif yang dikenal dari australopithecines dengan fitur yang dikenal dari hominin awal. Individu-individu tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda pembuangan yang disengaja ke dalam gua menjelang waktu kematian mereka. Fosil-fosil tersebut berasal dari 250.000 tahun yang lalu,[186] yang berarti bukan merupakan nenek moyang langsung manusia, melainkan hidup pada waktu yang sama dengan kemunculan pertama manusia modern secara anatomis yang berotak lebih besar.[187]

Revolusi Genetik

sunting

Revolusi genetik dalam studi evolusi manusia berawal ketika Vincent Sarich dan Allan Wilson mengukur kekuatan reaksi silang imunologis dari serum darah albumin di antara beberapa pasangan makhluk hidup, termasuk manusia dan kera Afrika (simpanse dan gorila).[188] Kekuatan reaksinya dapat dinyatakan secara numerik sebagai jarak imunologis, yang ternyata berbanding lurus dengan jumlah perbedaan asam amino antara protein homolog pada spesies yang berbeda. Dengan membangun kurva kalibrasi dari ID pasangan-pasangan spesies dengan waktu pemisahan yang diketahui dalam catatan fosil, data tersebut dapat digunakan sebagai jam molekuler untuk mengestimasi waktu pemisahan dari pasangan-pasangan dengan catatan fosil yang lebih buruk atau tidak diketahui.

Dalam makalah seminal mereka tahun 1967 di Science, Sarich dan Wilson memperkirakan waktu pemisahan manusia dan kera adalah empat hingga lima juta tahun yang lalu, di mana saat itu interpretasi standar dari catatan fosil memberikan waktu pemisahan ini setidaknya 10 hingga 30 juta tahun yang lalu. Penemuan fosil berikutnya, terutama "Lucy", dan interpretasi ulang dari materi fosil yang lebih tua, terutama Ramapithecus, menunjukkan bahwa perkiraan yang lebih muda adalah yang tepat dan memvalidasi metode albumin.

Progres dalam pengurutan DNA, khususnya DNA mitokondria (mtDNA) dan kemudian DNA kromosom Y (Y-DNA) meningkatkan pemahaman tentang asal-usul manusia.[117][189][190] Penerapan prinsip jam molekuler merevolusi studi evolusi molekuler.

Berdasarkan waktu pemisahan manusia dengan orangutan yang terjadi antara 10 dan 20 juta tahun lalu, studi awal jam molekuler menunjukkan bahwa ada sekitar 76 mutasi per generasi yang tidak diwariskan oleh anak-anak manusia dari orang tua mereka; bukti ini mendukung waktu pemisahan antara hominin dan simpanse seperti yang disebutkan di atas. Namun, penelitian pada 2012 di Islandia terhadap 78 anak dan orang tua mereka menunjukkan tingkat mutasi hanya 36 mutasi per generasi; data ini memperpanjang waktu pemisahan antara manusia dan simpanse ke periode yang lebih awal, lebih dari 7 juta tahun lalu (Ma). Penelitian tambahan dengan 226 keturunan populasi simpanse liar di delapan lokasi menunjukkan bahwa simpanse bereproduksi rata-rata pada usia 26,5 tahun; yang menunjukkan pemisahan manusia dengan simpanse terjadi antara 7 dan 13 juta tahun lalu. Dan data ini menunjukkan bahwa Ardipithecus (4,5 Ma), Orrorin (6 Ma), dan Sahelanthropus (7 Ma) semuanya mungkin berada pada garis keturunan hominid, dan bahkan pemisahan itu mungkin terjadi di luar wilayah Rengkahan Afrika Timur.

Lebih lanjut, analisis terhadap gen kedua spesies tersebut pada tahun 2006 membuktikan bahwa setelah nenek moyang manusia mulai terpisah dari simpanse, perkawinan antarspesies antara "proto-manusia" dan "proto-simpanse" tetap terjadi secara cukup rutin yang mengakibatkan perubahan gen-gen tertentu dalam lungkang gen baru:

Perbandingan baru genom manusia dan simpanse menunjukkan bahwa setelah garis keturunan keduanya berpisah, mereka kemungkinan telah mulai melakukan kawin silang.... Temuan utamanya adalah bahwa kromosom X manusia dan simpanse tampaknya mengalami pemisahan sekitar 1,2 juta tahun lebih kini daripada kromosom lainnya.

Penelitian ini menunjukkan:

Faktanya adalah terdapat dua pemisahan antara garis keturunan manusia dan simpanse, dengan yang pertama diikuti oleh perkawinan silang antara dua populasi spesies tersebut dan kemudian pemisahan kedua. Dugaan adanya hibridisasi telah mengejutkan para ahli paleoantropologi, yang tetap memperlakukan data genetik baru ini dengan amat serius.[191]

Pencarian hominin paling awal

sunting

Pada tahun 1990-an, beberapa tim paleoantropolog bekerja di seantero Afrika untuk mencari bukti pemisahan paling awal garis keturunan hominin dari kera besar. Pada 1994, Meave Leakey menemukan Australopithecus anamensis. Namun, penemuan ini kemudian tenggelam oleh penemuan Ardipithecus ramidus oleh Tim D. White pada tahun 1995, yang memundurkan catatan fosil hingga 4,2 juta tahun silam.

Pada tahun 2000, Martin Pickford dan Brigitte Senut menemukan, di Perbukitan Tugen, Kenya, hominin bipedal berusia 6 juta tahun yang mereka beri nama Orrorin tugenensis. Dan pada tahun 2001, sebuah tim yang dipimpin oleh Michel Brunet menemukan tengkorak Sahelanthropus tchadensis yang berumur 7,2 hingga 20 juta tahun silam, dan Brunet berpendapat bahwa tengkorak tersebut adalah bipedal, dan oleh karena itu adalah hominin, yang merupakan hominid. (lihat istilah "hominid" dan hominin).

Penyebaran manusia

sunting
Model pemetaan global migrasi manusia, berdasarkan divergensi DNA mitokondria (yang mengindikasikan garis keturunan genetik ibu).[192][193][194] Skala waktu (ribu tahun) ditunjukkan oleh warna.
Sebuah "teralis" (sebagaimana Milford H. Wolpoff menyebutnya) yang menitikberatkan pada aliran gen bolak-balik di sepanjang wilayah-wilayah geografis.[195]
Ragam model permulaan spesies manusia modern

Para antropolog pada tahun 1980-an terpecah mengenai beberapa detail tentang halangan reproduksi dan penyebaran migrasi dari genus Homo. Belakangan, ilmu genetika digunakan untuk menyelidiki dan menyelesaikan masalah-masalah ini. Menurut teori pompa Sahara, bukti-bukti menunjukkan bahwa genus Homo bermigrasi keluar dari Afrika setidaknya tiga dan mungkin empat kali (misalnya Homo erectus, Homo heidelbergensis dan dua atau tiga kali untuk Homo sapiens). Bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa penyebaran ini terkait erat dengan periode perubahan iklim yang berfluktuasi.[196]

Bukti terbaru menunjukkan bahwa manusia kemungkinan meninggalkan Afrika setengah juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Sebuah tim gabungan Perancis-India telah menemukan artefak manusia di Bukit Siwalk di utara New Delhi yang berasal dari setidaknya 2,6 juta tahun yang lalu. Ini lebih awal dari temuan genus Homo paling awal sebelumnya di Dmanisi, di Georgia, yang berasal dari 1,85 juta tahun yang lalu. Meskipun kontroversial, perkakas yang ditemukan di sebuah gua di Tiongkok memperkuat argumen bahwa manusia menggunakan perkakas sejak 2,48 juta tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok dengan tradisi perkakas "Pemotong" di Asia, yang ditemukan di Jawa dan Cina bagian utara mungkin telah pergi meninggalkan Afrika sebelum kemunculan kapak tangan Acheulian.

Penyebaran Homo sapiens modern

sunting

Hingga bukti genetik tersedia, ada dua model dominan untuk penyebaran manusia modern. Hipotesis multiregional mengusulkan bahwa genus Homo hanya terdiri dari satu populasi yang saling berkaitan seperti saat ini (bukan spesies yang terpisah), dan evolusinya terjadi di seluruh dunia secara terus menerus selama beberapa juta tahun terakhir. Model ini diusulkan pada tahun 1988 oleh Milford H. Wolpoff.[197][198] Sebaliknya, model "keluar dari Afrika" mengusulkan bahwa H. sapiens modern berspesialisasi di Afrika baru-baru ini (yaitu, sekitar 200.000 tahun yang lalu) dan migrasi berikutnya melalui Eurasia mengakibatkan penggantian spesies Homo lainnya yang hampir lengkap. Model ini dikembangkan oleh Chris B. Stringer dan Peter Andrews.[199][200] Pengurutan mtDNA dan Y-DNA yang diambil sampelnya dari berbagai populasi pribumi menunjukkan informasi leluhur yang berkaitan dengan warisan genetik pria dan wanita, dan memperkuat teori "keluar dari Afrika" dan melemahkan pandangan evolusionisme multiregional.[201] Perbedaan pohon genetik yang selaras diartikan sebagai pendukung model asal usul tunggal yang baru saja muncul.[202]

Model "Keluar dari Afrika" dengan demikian telah memperoleh dukungan yang besar dari penelitian yang menggunakan DNA mitokondria wanita dan kromosom Y pria. Setelah menganalisis pohon silsilah yang dibangun dengan menggunakan 133 jenis mtDNA, para peneliti menyimpulkan bahwa semuanya adalah keturunan dari nenek moyang Afrika perempuan, yang dijuluki Hawa Mitokondria. Model "Keluar dari Afrika" juga didukung oleh fakta bahwa keragaman genetik mitokondria paling tinggi terdapat di antara populasi Afrika.[203]

Sebuah studi yang ekstensif tentang keragaman genetik Afrika, yang dipimpin oleh Sarah Tishkoff, menemukan bahwa orang San memiliki keragaman genetik terbesar di antara 113 populasi berbeda yang dijadikan sampel, menjadikan mereka salah satu dari 14 "kelompok populasi leluhur". Penelitian ini juga menemukan kemungkinan asal muasal migrasi manusia modern di Afrika barat daya, dekat perbatasan pantai Namibia dan Angola.[204] Namun, bagi arkeolog Richard Leakey, bukti fosil itu tidak cukup untuk menyelesaikan perdebatan tentang di mana tepatnya di Afrika, manusia modern pertama kali muncul.[205] Studi haplogroups dalam DNA kromosom Y dan DNA mitokondria telah sebagian besar memperkuat asal usul Afrika yang baru-baru ini. Model ini juga sangat didukung oleh seluruh bukti dari DNA autosomal.[206] Namun demikian, bukti adanya percampuran purba pada manusia modern, baik di Afrika, dan kemudian di seluruh Eurasia, belakangan telah dinyatakan oleh sejumlah penelitian.[207]

Pengurutan terbaru dari genom Neanderthal[84] dan Denisovan[42] menunjukkan bahwa beberapa percampuran antara manusia modern dengan populasi ini telah terjadi. Semua kelompok manusia modern di luar Afrika memiliki 1-4% atau (menurut penelitian yang lebih baru) sekitar 1,5-2,6% alel Neanderthal dalam genom mereka,[85] dan beberapa orang Melanesia memiliki tambahan 4-6% alel Denisovan. Hasil-hasil baru ini tidak bertentangan dengan model "keluar dari Afrika", kecuali dalam interpretasinya yang paling ketat, meskipun hasil-hasil ini membuat situasi menjadi lebih kompleks. Setelah pulih dari hambatan genetik yang menurut beberapa peneliti mungkin terkait dengan bencana gunung berapi supervolkano Toba, kelompok yang cukup kecil meninggalkan Afrika dan kawin silang dengan Neanderthal, mungkin di Timur Tengah, di padang rumput Eurasia atau bahkan di Afrika Utara sebelum kepergian mereka. Keturunan mereka yang masih didominasi Afrika menyebar untuk mengisi dunia. Sebagian kecil pada gilirannya kawin silang dengan Denisovan, mungkin di Asia Tenggara, sebelum mendiami Melanesia.[94] Haplotipe HLA asal Neanderthal dan Denisovan telah diidentifikasi terdapat pada populasi Eurasia dan Oseania modern.[44] Gen EPAS1 Denisovan juga telah ditemukan pada populasi Tibet.[208] Studi genom manusia menggunakan pembelajaran mesin telah mengidentifikasi kontribusi genetik tambahan pada orang Eurasia dari populasi leluhur yang "tidak diketahui" yang berpotensi berhubungan dengan garis keturunan Neanderthal-Denisovan.[209]

 
Peta migrasi manusia awal

Masih terdapat perbedaan teori tentang apakah ada eksodus tunggal dari Afrika atau beberapa. Model penyebaran ganda melibatkan teori Penyebaran Selatan,[210][211][212] yang telah mendapatkan dukungan dalam beberapa tahun terakhir dari bukti genetik, linguistik dan arkeologi. Dalam teori ini, ada penyebaran pesisir manusia modern dari wilayah Tanduk Afrika menyeberangi Bab el Mandib ke Yaman pada permukaan laut yang lebih rendah sekitar 70.000 tahun yang lalu. Kelompok ini membantu mengisi Asia Tenggara dan Oseania, menjelaskan penemuan situs-situs manusia purba di daerah-daerah ini jauh lebih awal daripada yang ada di Syam.[210] Kelompok ini tampaknya bergantung pada sumber daya laut untuk kelangsungan hidup mereka.

Stephen Oppenheimer mengajukan gelombang kedua manusia mungkin kemudian menyebar melalui oasis Teluk Persia, dan pegunungan Zagros ke Timur Tengah. Secara alternatif, gelombang kedua ini mungkin datang melintasi Semenanjung Sinai ke Asia, dari tak lama setelah 50.000 tahun yang lalu, yang menghasilkan sebagian besar populasi manusia di Eurasia. Diperkirakan bahwa kelompok kedua ini mungkin memiliki teknologi peralatan "berburu hewan besar" yang lebih canggih dan tidak terlalu bergantung pada sumber makanan di pesisir pantai dibandingkan kelompok aslinya. Banyak bukti bahwa ekspansi kelompok pertama dapat dihancurkan oleh naiknya permukaan air laut pada akhir setiap glasial maksimum.[210] Model penyebaran ganda bertentangan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa populasi Eurasia serta populasi Asia Tenggara dan Oseania semuanya merupakan keturunan dari garis keturunan DNA mitokondria L3 yang sama, yang mendukung migrasi tunggal keluar dari Afrika yang memunculkan semua populasi non-Afrika.[213]

Atas dasar tanggal awal Badoshan Iran Aurignacian, Oppenheimer mengemukakan bahwa penyebaran kedua ini mungkin terjadi dengan periode pluvial sekitar 50.000 tahun sebelum sekarang, dengan manusia modern yang memiliki budaya berburu hewan besar menyebar ke Pegunungan Zagros, membawa genom manusia modern dari Oman, di seluruh Teluk Persia, ke utara ke Armenia dan Anatolia, dengan sebuah varian berjalan ke selatan ke Israel dan ke Kirenaika.[214]

Bukti genetik terkini menunjukkan bahwa semua populasi modern non-Afrika, termasuk yang ada di Eurasia dan Oseania, adalah keturunan dari gelombang tunggal yang meninggalkan Afrika antara 65.000 dan 50.000 tahun yang lalu.[215][216][217]

Penggunaan alat-alat

sunting
 
"Batu runcing", alat batu kerikil Oldowan, alat batu manusia yang paling dasar
 
Pemanfaatan api merupakan tonggak penting dalam sejarah manusia.
 
Kapak-karya tangan Acheulean dari Kent. Karya batu api H. erectus.
 
Venus of Willendorf, sebuah contoh seni Paleolitikum, berasal dari 24-26.000 tahun yang lalu

Penggunaan alat telah diinterpretasikan sebagai tanda kecerdasan, dan ditenggarai bahwa penggunaan alat mungkin telah menstimulasi aspek-aspek tertentu dalam evolusi manusia, terutama perluasan otak manusia yang berkesinambungan.[218] Paleontologi belum dapat menjelaskan secara terperinci mengenai perluasan organ ini dalam rentang jutaan tahun, meskipun peran organ ini yang membutuhkan konsumsi energi yang sangat besar. Otak manusia modern mengkonsumsi sekitar 13 watt (260 kilokalori) per hari, seperlima dari konsumsi daya istirahat tubuh. Peningkatan penggunaan alat memungkinkan perburuan terhadap hewan-hewan dan tumbuhan yang memiliki konten energi yang lebih tinggi.[219] Para peneliti berpendapat bahwa hominin purba berada di bawah tekanan evolusi untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menciptakan dan menggunakan alat.[220]

Kapan tepatnya manusia purba mulai menggunakan alat adalah hal yang sulit untuk ditentukan, karena semakin primitif alat tersebut (misalnya, batu-batu bermata tajam), semakin sulit pula untuk menentukan apakah alat tersebut adalah benda alam atau artefak manusia.[218] Ada beberapa bukti bahwa manusia purba australopithecus (4 juta tahun yang lalu) mungkin telah menggunakan patahan tulang sebagai alat, namun hal ini masih diperdebatkan.[221]

Ada banyak spesies yang membuat dan menggunakan alat, namun genus manusialah yang mendominasi area pembuatan dan penggunaan alat yang lebih kompleks. Alat tertua yang diketahui adalah batu yang diserpih yang ditemkan di Turkana Barat, Kenya, yang berasal dari 3,3 juta tahun yang lalu.[222] Alat-alat batu tertua berikutnya berasal dari Gona, Ethiopia, dan dianggap sebagai awal dari teknologi Oldowan. Alat-alat tersebut berasal dari sekitar 2,6 juta tahun yang lalu.[223] Sebuah fosil Homo ditemukan di dekat beberapa peralatan Oldowan, dan usianya tercatat 2,3 juta tahun, yang menunjukkan bahwa kemungkinan spesies Homo memang membuat dan menggunakan alat-alat ini. Ini adalah sebuah kemungkinan, namun belum menjadi bukti yang kuat.[224] Proses styloid metakarpal ketiga memungkinkan tulang tangan mengunci ke dalam tulang pergelangan tangan, sehingga memungkinkan tekanan yang lebih besar untuk diterapkan pada pergelangan tangan dan tangan dari ibu jari dan jari-jari yang menggenggam. Hal ini memungkinkan manusia memiliki ketangkasan dan kekuatan untuk membuat dan menggunakan alat yang kompleks. Fitur anatomi yang unik ini memisahkan manusia dari kera dan primata bukan manusia lainnya, dan tidak terlihat pada fosil manusia yang berusia lebih dari 1,8 juta tahun.[225]

Bernard Wood mengatakan bahwa Paranthropus hidup berdampingan dengan spesies Homo awal di daerah "Kompleks Industri Oldowan" dalam rentang waktu yang kurang lebih sama. Meskipun tidak ada bukti langsung yang mengidentifikasi Paranthropus sebagai pembuat alat, anatomi mereka memberikan bukti tidak langsung tentang kemampuan mereka di bidang ini. Sebagian besar ahli paleoantropologi setuju bahwa spesies Homo awal memang bertanggung jawab atas sebagian besar peralatan Oldowan yang ditemukan. Mereka berpendapat bahwa ketika sebagian besar peralatan Oldowan ditemukan bersamaan dengan fosil manusia, Homo selalu ada, tapi Paranthropus tidak.[224]

Pada tahun 1994, Randall Susman menggunakan anatomi ibu jari yang berlawanan sebagai dasar argumennya bahwa spesies Homo dan Paranthropus adalah pembuat perkakas. Dia membandingkan tulang dan otot ibu jari manusia dan simpanse, dan menemukan bahwa manusia memiliki 3 otot yang tidak dimiliki simpanse. Manusia juga memiliki metakarpal yang lebih tebal dengan kepala yang lebih lebar, memungkinkan genggaman yang lebih tepat daripada yang bisa dilakukan oleh tangan simpanse. Susman berpendapat bahwa anatomi modern ibu jari manusia yang berlawanan merupakan respons evolusioner terhadap kebutuhan yang terkait dengan pembuatan dan penanganan alat, dan bahwa kedua spesies tersebut memanglah pembuat alat.[224]

Transisi ke perilaku modern

sunting

Para antropolog menggambarkan perilaku manusia modern mencakup ciri-ciri budaya dan perilaku seperti spesialisasi alat, penggunaan perhiasan dan gambar (seperti gambar gua), penataan ruang hidup, ritual (seperti hadiah kuburan), teknik berburu khusus, eksplorasi wilayah geografis yang kurang ramah, dan jaringan perdagangan barter, serta ciri-ciri yang lebih umum seperti bahasa dan pemikiran simbolis yang kompleks. Perdebatan terus berlanjut mengenai apakah sebuah "revolusi" menyebabkan manusia modern ("ledakan besar kesadaran manusia"), atau apakah evolusi itu lebih bertahap.[46]

Sampai sekitar 50.000-40.000 tahun yang lalu, penggunaan alat-alat batu tampaknya berkembang secara bertahap. Setiap fase (H. habilis, H. ergaster, H. neanderthalensis) menandai sebuah teknologi baru, diikuti dengan perkembangan yang sangat lambat hingga fase berikutnya. Saat ini para ahli paleoantropologi memperdebatkan apakah para spesies Homo tersebut memiliki beberapa atau banyak perilaku manusia modern. Mereka tampaknya memiliki budaya konservatif, mempertahankan teknologi dan pola makan yang sama dalam waktu yang sangat lama.

Sekitar tahun 50.000 sebelum sekarang, budaya manusia mulai berevolusi dengan lebih cepat. Transisi menuju modernitas perilaku telah dicirikan oleh beberapa peneliti sebagai "Lompatan Besar ke Depan",[226] atau sebagai "Revolusi Palaeolitik Akhir",[227] karena kemunculan mendadak dalam catatan arkeologi tanda-tanda khas perilaku modern dan perburuan hewan buruan.[214] Bukti perilaku modernitas yang jauh lebih awal juga ditemukan di Afrika, dengan bukti-bukti yang lebih tua berupa gambar-gambar abstrak, strategi bertahan hidup yang lebih luas, peralatan dan senjata yang lebih canggih, dan perilaku "modern" lainnya, dan banyak peneliti baru-baru ini berargumen bahwa transisi menuju modernitas terjadi lebih cepat daripada yang diyakini sebelumnya.[46][228][229][230] Beberapa peneliti lain menganggap transisi tersebut lebih bertahap, dengan menekankan bahwa beberapa fitur telah muncul di antara Homo sapiens Afrika purba 300.000-200.000 tahun yang lalu.[231][232][233][234][235] Bukti terbaru menunjukkan bahwa penduduk Aborigin Australia terpisah dari penduduk Afrika 75.000 tahun yang lalu, dan bahwa mereka melakukan perjalanan laut sejauh 160 km 60.000 tahun yang lalu, yang mungkin mengurangi signifikansi Revolusi Paleolitik Akhir.[236]

Manusia modern mulai menguburkan mayat mereka, membuat pakaian dari kulit binatang, berburu dengan teknik yang lebih canggih (seperti menggunakan lubang jebakan atau menggiring binatang agar jatuh dari tebing), dan melukis di gua.[237] Seiring dengan kemajuan budaya manusia, populasi yang berbeda berinovasi dengan teknologi yang ada: artefak seperti kail ikan, kancing, dan jarum tulang menunjukkan tanda-tanda variasi budaya, yang belum pernah terlihat sebelum tahun 50.000 SM. Biasanya, populasi H. neanderthalensis yang lebih tua tidak memiliki variasi dalam teknologi mereka, meskipun kumpulan Chatelperronian telah ditemukan sebagai tiruan oleh Neanderthal atas teknologi Aurignasia-nya H. sapiens.[238]

Evolusi manusia terkini dan yang sedang berlangsung

sunting

Populasi manusia modern secara anatomis senantiasa berevolusi, karena dipengaruhi oleh seleksi alam dan pergeseran genetik. Meskipun tekanan seleksi pada beberapa sifat, seperti ketahanan terhadap cacar, telah berkurang di era modern, manusia masih mengalami seleksi alam untuk banyak sifat lainnya. Beberapa di antaranya disebabkan oleh tekanan lingkungan tertentu, sementara yang lain terkait dengan perubahan gaya hidup sejak perkembangan pertanian (10.000 tahun yang lalu), urbanisasi (5.000), dan industrialisasi (250 tahun yang lalu). Telah diperdebatkan bahwa evolusi manusia telah dipercepat sejak perkembangan pertanian 10.000 tahun yang lalu dan perkembangan peradaban sekitar 5.000 tahun yang lalu, yang mengakibatkan, perbedaan genetik yang substansial antara beragam populasi manusia saat ini,[239] dan penelitian yang lebih baru mengindikasikan bahwa untuk beberapa sifat, perkembangan dan inovasi budaya manusia telah mendorong bentuk seleksi baru yang hidup berdampingan bersama, dan dalam beberapa kasus sebagian besar telah menggantikan seleksi alam.[240]

Yang paling mencolok adalah variasi dalam karakteristik superfisial, seperti rambut bertekstur Afro, atau evolusi kulit putih dan rambut pirang pada beberapa populasi, yang disebabkan oleh perbedaan iklim. Tekanan selektif yang sangat kuat telah menghasilkan adaptasi di dataran tinggi pada manusia, dengan adaptasi yang berbeda-beda pada tiap-tiap populasi yang terisolasi. Studi tentang dasar genetik menunjukkan bahwa beberapa mengembangkan sifat-sifat yang baru belakangan ini, dengan orang Tibet berevolusi lebih dari 3.000 tahun untuk memiliki proporsi alel EPAS1 yang tinggi yang adaptif terhadap dataran tinggi.

Evolusi lainnya terkait dengan penyakit endemik: keberadaan malaria menyeleksi sifat sel sabit (bentuk heterozigot gen sel sabit), sementara jika tidak ada malaria, efek kesehatan anemia sel sabit akan menyeleksi melawan sifat ini. Sebagai contoh lain, populasi yang berisiko terkena penyakit kuru yang menyebabkan kelemahan parah memiliki representasi berlebihan yang signifikan pada varian imun dari gen protein prion G127V dibandingkan dengan alel non-imun. Munculnya frekuensi varian genetik ini disebabkan oleh ketahanan pada orang yang imun dari penyakit tersebut.[241][242] Tren lainnya yang masih belum dapat dijelaskan dan menjadi subjek penelitian yang sedang berlangsung di bidang baru kedokteran evolusi: sindrom ovarium polikistik mengurangi kesuburan sehingga diperkirakan akan mengalami seleksi negatif yang sangat kuat, namun kesamaan relatifnya dalam populasi manusia menunjukkan adanya tekanan seleksi yang berlawanan. Identitas dari tekanan tersebut masih menjadi bahan perdebatan.[243]

Evolusi manusia baru-baru ini yang terkait dengan pertanian mencakup resistensi genetik terhadap penyakit menular yang telah muncul pada populasi manusia yang melintasi penghalang spesies dari hewan peliharaan,[244] serta perubahan metabolisme dikarenakan perubahan pola makan, seperti persistensi laktase.

Bukti-bukti yang mendasari catatan ilmiah tentang evolusi manusia berasal dari banyak bidang ilmu pengetahuan alam. Sumber utama pengetahuan tentang proses evolusi secara tradisional adalah catatan fosil, tetapi sejak perkembangan genetika yang dimulai pada tahun 1970-an, analisis DNA telah menempati tempat yang sama pentingnya. Studi tentang ontogeni, filogeni dan terutama biologi perkembangan evolusioner dari vertebrata dan invertebrata menawarkan wawasan yang cukup besar ke dalam evolusi semua kehidupan, termasuk bagaimana manusia berevolusi. Studi khusus tentang asal-usul dan kehidupan manusia adalah antropologi, khususnya paleoantropologi yang berfokus pada studi prasejarah manusia.[245]

Bukti dari genetika

sunting
 
Pohon keluarga yang menunjukkan hominoid yang masih ada: manusia (genus Homo), simpanse dan bonobo (genus Pan), gorila (genus Gorilla), orang utan (genus Pongo), dan owa (empat genera dari famili Hylobatidae: Hylobates, Hoolock, Nomascus, dan Symphalangus). Semua kecuali owa adalah hominid.

Kerabat terdekat manusia yang masih hidup adalah bonobo dan simpanse (keduanya genus Pan) dan gorila (genus Gorilla).[246] Dengan pengurutan genom manusia dan simpanse, hingga 2012 diperkirakan kemiripan antara sekuens DNA mereka berkisar antara 95% dan 99%.[28][246][247] Dengan menggunakan teknik yang disebut jam molekuler yang memperkirakan waktu yang diperlukan untuk jumlah mutasi divergen untuk mengakumulasi di antara dua garis keturunan, perkiraan tanggal pemisahan antar garis keturunan dapat dihitung.

Owa (famili Hylobatidae) dan kemudian orang utan (genus Pongo) adalah kelompok pertama yang memisahkan diri dari garis yang mengarah ke hominin, termasuk manusia-diikuti oleh gorila (genus Gorilla), dan, akhirnya, oleh simpanse (genus Pan). Tanggal pemisahan antara garis keturunan hominin dan simpanse ditempatkan oleh beberapa kalangan antara 4 hingga 8 juta tahun silam, yakni selama Miosen Akhir.[248][249][250][251] Akan tetapi, spesiasi tampaknya telah terjadi secara berlarut-larut. Pemisahan awal terjadi antara 7 hingga 13 juta tahun silam, tetapi hibridisasi yang terus berlangsung mengaburkan pemisahan dan menunda pemisahan total selama beberapa juta tahun. Patterson (2006) memperkirakan pemisahan akhir pada 5 hingga 6 juta tahun silam.[252]

Bukti genetik juga telah digunakan untuk membandingkan spesies di dalam genus Homo, menyelidiki aliran gen antara manusia modern awal dan Neanderthal, dan untuk lebih dapat memahami pola migrasi manusia awal dan waktu pemisahannya. Dengan membandingkan bagian-bagian genom yang tidak berada di bawah seleksi alam dan oleh karena itu mengakumulasi mutasi pada tingkat yang cukup konstan, adalah mungkin untuk merekonstruksi pohon genetik yang mencakup seluruh spesies manusia sejak nenek moyang bersama terakhir.

Setiap kali mutasi tertentu (polimorfisme nukleotida tunggal) muncul pada seorang individu dan diwariskan kepada keturunannya, sebuah haplogroup terbentuk mencakup seluruh keturunan individu tersebut yang akan membawa mutasinya. Dengan membandingkan DNA mitokondria yang hanya diwarisi dari ibu, para ahli genetika telah menyimpulkan bahwa nenek moyang bersama wanita terakhir yang penanda genetik-nya ditemukan pada semua manusia modern, yang disebut Hawa mitokondria, pastinya hidup sekitar 200.000 tahun yang lalu.

Genetika

sunting

Genetika evolusioner manusia mempelajari perbedaan genom manusia di antara tiap-tiap individu, evolusi masa lalu yang memunculkan genom-genom tersebut, dan efeknya pada saat ini. Perbedaan di antara genom memiliki implikasi dan aplikasi antropologis, medis dan forensik. Data genetik dapat memberikan wawasan penting tentang evolusi manusia.

Bukti dari rekaman fosil

sunting
 
Replika fosil tengkorak Homo habilis. Nomor fosil KNM ER 1813, ditemukan di Koobi Fora, Kenya.
 
Replika fosil tengkorak Homo ergaster (Homo erectus Afrika). Fosil nomor Khm-Heu 3733 ditemukan pada tahun 1975 di Kenya.

Tidak terdapat banyak bukti fosil untuk pemisahan garis keturunan gorila, simpanse, dan hominin.[253] Fosil-fosil paling tua yang telah diajukan sebagai anggota garis keturunan hominin adalah Sahelanthropus tchadensis yang berasal dari 7 juta tahun silam, Orrorin tugenensis yang berasal dari 5,7 juta tahun silam, dan Ardipithecus kadabba yang berasal dari 5,6 juta tahun silam. Masing-masing telah diperdebatkan sebagai nenek moyang bipedal dari hominin yang muncul kemudian, tetapi, dalam tiap-tiap kasus, masing-masing klaim diperdebatkan. Terdapat pula kemungkinan bahwa satu atau lebih spesies ini merupakan nenek moyang dari cabang lain kera Afrika, atau bahwa mereka mewakili nenek moyang bersama antara hominin dan kera lainnya.

Pertanyaan tentang hubungan antara spesies fosil kuno ini dengan garis keturunan hominin masih harus dipecahkan. Dari spesies-spesies awal ini, australopithecine muncul sekitar 4 juta tahun silam dan berpisah menjadi cabang-cabang yang berpostur tegap (juga disebut Paranthropus) dan ramping, yang salah satunya (kemungkinan A. garhi) mungkin adalah nenek moyang dari genus Homo. Spesies australopithecine yang paling baik terwakili dalam catatan fosil adalah Australopithecus afarensis dengan lebih dari 100 individu fosil yang ditemukan mulai dari Etiopia Utara (seperti "Lucy" yang terkenal), hingga Kenya, dan Afrika Selatan. Fosil australopithecines yang tegap seperti Au. robustus (atau Paranthropus robustus) dan Au./ P. boisei sangat melimpah di Afrika Selatan di situs-situs seperti Kromdraai dan Swartkrans, dan di sekitar Danau Turkana di Kenya.

Anggota paling awal dari genus Homo adalah Homo habilis yang berevolusi sekitar 2,8 juta tahun silam.[31] Homo habilis adalah spesies pertama yang memiliki bukti positif tentang penggunaan peralatan batu. Mereka mengembangkan teknologi litik Oldowan, dinamai sesuai dengan nama Ngarai Olduvai di mana spesimennya pertama kali ditemukan. Beberapa ilmuwan menganggap Homo rudolfensis, kelompok fosil bertubuh lebih besar dengan morfologi yang mirip dengan fosil H. habilis asli, sebagai spesies yang terpisah, sementara yang lain menganggap mereka sebagai bagian dari H. habilis - hanya mewakili variasi intraspesies, atau bahkan mungkin dimorfisme seksual. Otak hominin purba ini berukuran hampir sama dengan simpanse, dan adaptasi utama mereka adalah bipedalisme sebagai penyesuaian diri terhadap kehidupan terestrial.

Selama jutaan tahun berikutnya, proses ensefalisasi dimulai dan, pada saat kedatangan (sekitar 1,9 juta tahun silam) Homo erectus dalam catatan fosil, kapasitas tempurung kepalanya telah berlipat ganda. Homo erectus adalah hominin pertama yang beremigrasi dari Afrika. Dan, dari 1,8 hingga 1,3 juta tahun silam, spesies ini menyebar melalui Afrika, Asia, dan Eropa. Satu populasi dari H. erectus, yang juga terkadang diklasifikasikan sebagai spesies terpisah Homo ergaster, tetap berada di Afrika dan berevolusi menjadi Homo sapiens. Dipercaya bahwa kedua spesies ini, H. erectus dan H. ergaster, adalah yang pertama kali menggunakan api dan peralatan yang kompleks. Di Eurasia H. erectus berevolusi menjadi spesies seperti H. antecessor, H. heidelbergensis dan H. neanderthalensis. Fosil-fosil paling tua dari manusia modern secara anatomis berasal dari Paleolitikum Tengah, sekitar 300-200.000 tahun yang lalu seperti sisa-sisa Omo dan Herto di Ethiopia, sisa-sisa Jebel Irhoud di Maroko, dan sisa-sisa Florisbad di Afrika Selatan; fosil-fosil selanjutnya dari gua Es Skhul di Israel dan Eropa Selatan dimulai sekitar 90.000 tahun yang lalu (0,09 juta tahun silam).

Seiring dengan penyebaran manusia modern dari Afrika, mereka bertemu dengan hominin lain seperti Homo neanderthalensis dan Denisovan, yang mungkin telah berevolusi dari populasi Homo erectus yang telah meninggalkan Afrika sekitar 2 juta tahun silam. Sifat interaksi antara manusia purba dan spesies saudari mereka ini telah menjadi sumber kontroversi berkepanjangan, pertanyaannya adalah apakah manusia menggantikan spesies-spesies yang lebih awal ini atau apakah mereka sebenarnya cukup mirip hingga dapat melakukan kawin silang, yang mana dalam hal ini populasi-populasi yang lebih awal ini mungkin telah menyumbangkan materi genetik kepada manusia modern.[254][255]

Migrasi keluar dari Afrika ini diperkirakan dimulai sekitar 70-50.000 tahun BP dan manusia modern kemudian menyebar secara global, menggantikan hominin sebelumnya baik melalui kompetisi atau hibridisasi. Mereka mulai mendiami Eurasia dan Oseania pada 40.000 tahun BP, dan Amerika setidaknya pada 14.500 tahun BP.[256]

Perkawinan antar spesies

sunting

Hipotesis adanya kawin silang, juga dikenal sebagai hibridisasi, pencampuran atau teori asal-usul hibrida, telah didiskusikan sejak ditemukannya sisa-sisa Neanderthal pada abad ke-19.[257] Pandangan yang mengatakan bahwa evolusi manusia itu linier mulai ditinggalkan pada tahun 1970-an karena ditemukannya berbagai spesies manusia yang berbeda, yang membuat konsep linier semakin tidak memungkinkan. Pada abad ke-21 dengan munculnya teknik biologi molekuler dan komputerisasi, pengurutan seluruh genom Neanderthal dan genom manusia dilakukan, yang mengkonfirmasi adanya perkawinan silang antara spesies-spesies manusia yang berbeda.[84] Pada tahun 2010, bukti berdasarkan biologi molekuler diterbitkan, mengungkapkan contoh-contoh yang gamblang dari perkawinan silang antara manusia purba dan modern selama Paleolitik Tengah dan awal Paleolitik Atas. Telah ditunjukkan bahwa perkawinan silang terjadi dalam beberapa peristiwa independen yang mencakup Neanderthal dan Denisovan, serta beberapa hominin yang tidak teridentifikasi.[258] Saat ini, sekitar 2% DNA dari semua populasi non-Afrika (termasuk Eropa, Asia, dan Oseania) adalah Neanderthal,[84] dengan sejumlah jejak DNA warisan Denisovan.[259] Juga, 4-6% genetika orang Melanesia modern adalah Denisovan.[259] Perbandingan genom manusia dengan genom Neandertal, Denisovan, dan kera dapat membantu mengidentifikasi fitur-fitur yang membedakan manusia modern dari spesies hominin lainnya. Dalam studi genomik komparatif 2016, tim peneliti Sekolah Medis Harvard/UCLA membuat peta dunia tentang distribusi dan membuat sejumlah prediksi tentang di mana gen Denisovan dan Neanderthal mungkin berdampak pada biologi manusia modern.[260][261]

Sebagai contoh, studi komparatif pada pertengahan tahun 2010-an menemukan beberapa sifat yang berkaitan dengan fenotip metabolik, perkembangan, neurologis, dan imunologis,[262] yang dikembangkan oleh manusia purba ke lingkungan Eropa dan Asia, dan diwariskan kepada manusia modern melalui pencampuran dengan hominin lokal.[263][264]

Meskipun narasi evolusi manusia sering kali diperdebatkan, beberapa penemuan sejak tahun 2010 menunjukkan bahwa evolusi manusia seharusnya tidak dilihat sebagai perkembangan linear atau bercabang yang sederhana, tetapi campuran antara spesies yang terkait. Faktanya, penelitian genomik telah menunjukkan bahwa hibridisasi antara garis keturunan yang berpisah secara substansial adalah sebuah kelaziman, bukan pengecualian, dalam evolusi manusia.[2] Lebih jauh lagi, dikatakan bahwa hibridisasi adalah daya kreatif yang penting dalam kemunculan manusia modern.[2]

Catatan

sunting
  1. ^ Tidak ada kesepakatan umum mengenai garis keturunan khusus H. sapiens dari H. erectus. Beberapa spesies yang ditampilkan dalam gambar mungkin tidak benar-benar mewakili nenek moyang evolusi langsung ke H. sapiens, dan mungkin tidak secara langsung berasal dari satu sama lain, yaitu:
    • H. heidelbergensis kemungkinan bukan berasal secara langsung dari H. antecessor.[130]
    • H. heidelbergensis kemungkinan bukan leluhur to H. sapiens, bukan pula leluhur H. antecessor.[130]
    • H. ergaster H. ergaster sering dianggap sebagai nenek moyang evolusi berikutnya untuk H. sapiens setelah H. erectus, namun, ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai keakuratan pengklasifikasiannya sebagai spesies yang terpisah dari H. erectus atau tidak..[131]
  2. ^ Perkiraan konvensional mengenai masa hidup H. habilis adalah sekitar 2,1 hingga 2,3 juta tahun yang lalu. [34][157] Usulan untuk memundurkannya menjadi 2,8 juta tahun diajukan pada tahun 2015 berdasarkan penemuan tulang rahang.[158]
  3. ^ H. erectus dalam artian sempit (spesies Asia-nya) telah punah pada 140.000 tahun yang lalu, Homo erectus soloensis, yang ditemukan di Jawa, dianggap sebagai salah satu dari komunitas terakhir H. erectus. Awalnya, dianggap paling lambat sekitar 50.000 hingga 40.000 tahun yang lalu, sebuah penelitian pada 2011 memundurkan tanggal kepunahan H. e. soloensis menjadi paling lambat 143.000 tahun yang lalu, dengan kemungkinan yang lebih besar sebelum 550.000 tahun yang lalu.[160]
  4. ^ Kata bahasa Latin yang merujuk pada “hanya pria dewasa” adalah “vir”
  5. ^ Lihat artikel mengenai Binomial nomenclature dan Systema Naturae.

Referensi

sunting
  1. ^ Brian K. Hall; Benedikt Hallgrímsson (2011). Strickberger's Evolution. Jones & Bartlett Publishers. hlm. 488. ISBN 978-1-4496-6390-2. 
  2. ^ a b c Rogers Ackermann, Rebecca; Mackay, Alex; Arnold, Michael L (October 2015). "The Hybrid Origin of "Modern" Humans". Evolutionary Biology. 43 (1): 1–11. doi:10.1007/s11692-015-9348-1. 
  3. ^ Antrosio, Jason (August 23, 2018). "Denisovans and Neandertals: Rethinking Species Boundaries". Living Anthropologically. 
  4. ^ Human Hybrids Diarsipkan 2018-08-24 di Wayback Machine.. (PDF). Michael F. Hammer. Scientific American, May 2013.
  5. ^ Yong, Ed (July 2011). "Mosaic humans, the hybrid species". New Scientist. 211 (2823): 34–38. Bibcode:2011NewSc.211...34Y. doi:10.1016/S0262-4079(11)61839-3. 
  6. ^ Heng, Henry H.Q. (May 2009). "The genome-centric concept: resynthesis of evolutionary theory". BioEssays. 31 (5): 512–525. doi:10.1002/bies.200800182. ISSN 0265-9247. PMID 19334004. 
  7. ^ a b c Marlowe, Frank W. (2005-04-13). "Hunter-gatherers and human evolution". Evolutionary Anthropology: Issues, News, and Reviews. 14 (2): 54–67. doi:10.1002/evan.20046. 
  8. ^ Tyson, Peter (July 1, 2008). "Meet Your Ancestors". Nova ScienceNow. PBS; WGBH Educational Foundation. Diakses tanggal April 18, 2015. 
  9. ^ a b Gibbons, Ann (June 13, 2012). "Bonobos Join Chimps as Closest Human Relatives". TimeTree. Diakses tanggal May 19, 2018. 
  10. ^ Maxwell 1984, hlm. 296.
  11. ^ Rui Zhang; Yin-Qiu Wang; Bing Su (July 2008). "Molecular Evolution of a Primate-Specific microRNA Family". Molecular Biology and Evolution. 25 (7): 1493–1502. doi:10.1093/molbev/msn094 . ISSN 0737-4038. PMID 18417486. 
  12. ^ Willoughby, Pamela R. (2005). "Palaeoanthropology and the Evolutionary Place of Humans in Nature". International Journal of Comparative Psychology. 18 (1): 60–91. doi:10.46867/IJCP.2005.18.01.02. ISSN 0889-3667. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  13. ^ Martin 2001, hlm. 12032–12038.
  14. ^ Tavaré, Simon; Marshall, Charles R.; Will, Oliver; et al. (April 18, 2002). "Using the fossil record to estimate the age of the last common ancestor of extant primates". Nature. 416 (6882): 726–729. Bibcode:2002Natur.416..726T. doi:10.1038/416726a. ISSN 0028-0836. PMID 11961552. 
  15. ^ Rose, Kenneth D. (1994). "The earliest primates". Evolutionary Anthropology: Issues, News, and Reviews. 3 (5): 159–173. doi:10.1002/evan.1360030505. ISSN 1060-1538. 
  16. ^ Fleagle, John; Gilbert, Chris (2011). Rowe, Noel; Myers, Marc, ed. "Primate Evolution". All The World's Primates. Charlestown, RI: Primate Conservation, Inc. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  17. ^ Roach, John (March 3, 2008). "Oldest Primate Fossil in North America Discovered". National Geographic News. Washington, DC: National Geographic Society. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  18. ^ McMains, Vanessa (December 5, 2011). "Found in Wyoming: New fossils of oldest American primate". The Gazette. Baltimore, MD: Johns Hopkins University. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  19. ^ Caldwell, Sara B. (May 19, 2009). "Missing link found, early primate fossil 47 million years old". Digital Journal. Toronto, Canada. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  20. ^ Watts, Alex (May 20, 2009). "Scientists Unveil Missing Link In Evolution". Sky News Online. London: BSkyB. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 28, 2011. Diakses tanggal April 27, 2015. 
  21. ^ Wilford, J.N. (June 5, 2013). "Palm-size fossil resets primates' clock, scientists say". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal June 5, 2013. 
  22. ^ Kordos, László; Begun, David R. (January 2001). "Primates from Rudabánya: allocation of specimens to individuals, sex and age categories". Journal of Human Evolution. 40 (1): 17–39. doi:10.1006/jhev.2000.0437. ISSN 0047-2484. PMID 11139358. 
  23. ^ Cameron 2004, hlm. 76.
  24. ^ Wallace 2004, hlm. 240.
  25. ^ Zalmout, Iyad S.; Sanders, William J.; MacLatchy, Laura M.; et al. (July 15, 2010). "New Oligocene primate from Saudi Arabia and the divergence of apes and Old World monkeys". Nature. 466 (7304): 360–364. Bibcode:2010Natur.466..360Z. doi:10.1038/nature09094. ISSN 0028-0836. PMID 20631798. 
  26. ^ a b Srivastava 2009, hlm. 87.
  27. ^ a b Clark, G.; Henneberg, M. (June 2015). "The life history of Ardipithecus ramidus: a heterochronic model of sexual and social maturation". Anthropological Review. 78 (2): 109–132. doi:10.1515/anre-2015-0009 . 
  28. ^ a b Sayers, Ken; Raghanti, Mary Ann; Lovejoy, C. Owen (October 2012). "Human Evolution and the Chimpanzee Referential Doctrine". Annual Review of Anthropology. 41: 119–138. doi:10.1146/annurev-anthro-092611-145815. ISSN 0084-6570. 
  29. ^ Zimmer, Carl (May 27, 2015). "The Human Family Tree Bristles With New Branches". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal May 30, 2015. 
  30. ^ Gardner., Elizabeth K.; Purdue University (April 1, 2015). "New instrument dates old skeleton before 'Lucy'; 'Little Foot' 3.67 million years old". Science Daily. Retrieved April 3, 2015.
  31. ^ a b c Ghosh, Pallab (March 4, 2015). "'First human' discovered in Ethiopia". BBC News. London. Diakses tanggal April 19, 2015. 
  32. ^ Swisher, Curtis & Lewin 2001.
  33. ^ based on Schlebusch CM, Malmström H, Günther T, Sjödin P, Coutinho A, Edlund H, Munters AR, Vicente M, Steyn M, Soodyall H, Lombard M, Jakobsson M (2017). "Southern African ancient genomes estimate modern human divergence to 350,000 to 260,000 years ago". Science. 358 (6363): 652–655. Bibcode:2017Sci...358..652S. doi:10.1126/science.aao6266 . PMID 28971970.  , Fig. 3 Diarsipkan January 14, 2018, di Wayback Machine. (H. sapiens divergence times) and Stringer, C. (2012). "What makes a modern human". Nature. 485 (7396): 33–35. Bibcode:2012Natur.485...33S. doi:10.1038/485033a . PMID 22552077.  (archaic admixture).
  34. ^ a b Stringer 1994, hlm. 242.
  35. ^ McHenry 2009, hlm. 265.
  36. ^ "Out of Africa Revisited". Science (This Week in Science). 308 (5724): 921. May 13, 2005. doi:10.1126/science.2005.308.5724.twis . ISSN 0036-8075. 
  37. ^ Stringer, Chris (June 12, 2003). "Human evolution: Out of Ethiopia". Nature. 423 (6941): 692–695. Bibcode:2003Natur.423..692S. doi:10.1038/423692a. ISSN 0028-0836. PMID 12802315. 
  38. ^ Johanson, Donald (May 2001). "Origins of Modern Humans: Multiregional or Out of Africa?". actionbioscience. Washington, DC: American Institute of Biological Sciences. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 14, 2010. Diakses tanggal November 23, 2009. 
  39. ^ Mixon, Bobbie; Ehardt, Carolyn; Hammer, Michael (September 6, 2011). "Evolution's Past Is Modern Human's Present" (Siaran pers). National Science Foundation. Press Release 11-181. Diakses tanggal April 20, 2015. 
  40. ^ O'Neil, Dennis. "Early Modern Homo sapiens". Evolution of Modern Humans: A Survey of the Biological and Cultural Evolution of Archaic and Modern Homo sapiens (Tutorial). San Marcos, CA: Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 30, 2015. Diakses tanggal April 20, 2015. 
  41. ^ "Fossil Reanalysis Pushes Back Origin of Homo sapiens". Scientific American. February 17, 2005. ISSN 0036-8733. Diakses tanggal April 20, 2015. 
  42. ^ a b c d e Reich, David; Green, Richard E.; Kircher, Martin; et al. (December 23, 2010). "Genetic history of an archaic hominin group from Denisova Cave in Siberia". Nature. 468 (7327): 1053–1060. Bibcode:2010Natur.468.1053R. doi:10.1038/nature09710. hdl:10230/25596. ISSN 0028-0836. PMC 4306417 . PMID 21179161. 
  43. ^ Noonan, James P. (May 2010). "Neanderthal genomics and the evolution of modern humans". Genome Research. 20 (5): 547–553. doi:10.1101/gr.076000.108. ISSN 1088-9051. PMC 2860157 . PMID 20439435. 
  44. ^ a b c Abi-Rached, Laurent; Jobin, Matthew J.; Kulkarni, Subhash; et al. (October 7, 2011). "The Shaping of Modern Human Immune Systems by Multiregional Admixture with Archaic Humans". Science. 334 (6052): 89–94. Bibcode:2011Sci...334...89A. doi:10.1126/science.1209202. ISSN 0036-8075. PMC 3677943 . PMID 21868630. 
  45. ^ Mellars, Paul (June 20, 2006). "Why did modern human populations disperse from Africa ca. 60,000 years ago? A new model". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 103 (25): 9381–9386. Bibcode:2006PNAS..103.9381M. doi:10.1073/pnas.0510792103 . ISSN 0027-8424. PMC 1480416 . PMID 16772383. 
  46. ^ a b c Mcbrearty, Sally; Brooks, Alison S. (November 2000). "The revolution that wasn't: a new interpretation of the origin of modern human behavior". Journal of Human Evolution. 39 (5): 453–563. doi:10.1006/jhev.2000.0435. ISSN 0047-2484. PMID 11102266. 
  47. ^ Strait, David S.; Grine, Frederick E.; Moniz, Marc A. (January 1997). "A reappraisal of early hominid phylogeny". Journal of Human Evolution. 32 (1): 17–82. doi:10.1006/jhev.1996.0097. ISSN 0047-2484. PMID 9034954. 
  48. ^ a b Bryson 2004, hlm. 522–543.
  49. ^ a b Zimmer, Carl (August 13, 2015). "For Evolving Brains, a 'Paleo' Diet Full of Carbs". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal August 14, 2015. 
  50. ^ a b Leonard, William R.; Snodgrass, J. Josh; Robertson, Marcia L. (August 2007). "Effects of brain evolution on human nutrition and metabolism". Annual Review of Nutrition. 27: 311–327. doi:10.1146/annurev.nutr.27.061406.093659. ISSN 0199-9885. PMID 17439362. 
  51. ^ Walker 2007, hlm. 3–10.
  52. ^ Ungar & Teaford 2002.
  53. ^ Bogin 1997, hlm. 96–142.
  54. ^ Barnicot, Nigel A. (April–June 2005). "Human nutrition: Evolutionary perspectives". Integrative Physiological & Behavioral Science. 40 (2): 114–117. doi:10.1007/BF02734246. ISSN 1932-4502. PMID 17393680. 
  55. ^ "The new batch – 150,000 years ago". The evolution of man. London: BBC Science & Nature. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 18, 2006. Diakses tanggal April 28, 2015. 
  56. ^ Whitehouse, David (June 9, 2003). "When humans faced extinction". BBC News. London: BBC. Diakses tanggal January 5, 2007. 
  57. ^ "Modern humans flourished through ancient supervolcano eruption 74,000 years ago: Modern humans flourished through ancient supervolcano eruption". ScienceDaily. Diakses tanggal January 24, 2019. 
  58. ^ Wood, Bernard; Collard, Mark (1999). "The changing face of Genus Homo". Evolutionary Anthropology: Issues, News, and Reviews. 8 (6): 195–207. doi:10.1002/(SICI)1520-6505(1999)8:6<195::AID-EVAN1>3.0.CO;2-2. ISSN 1060-1538. 
  59. ^ Viegas, Jennifer (May 21, 2010). "Toothy Tree-Swinger May Be Earliest Human". Discovery News. Silver Spring, MD: Discovery Communications, LLC. Diakses tanggal April 28, 2015. 
  60. ^ Wood, Bernard A. (January 1999). "Homo rudolfensis Alexeev, 1986 – fact or phantom?". Journal of Human Evolution. 36 (1): 115–118. doi:10.1006/jhev.1998.0246. ISSN 0047-2484. PMID 9924136. 
  61. ^ Gabounia, Léo; de Lumley, Marie-Antoinette; Vekua, Abesalom; et al. (September 2002). "Découverte d'un nouvel hominidé à Dmanissi (Transcaucasie, Géorgie)" [Discovery of a new hominid at Dmanisi (Transcaucasia, Georgia)]. Comptes Rendus Palevol (dalam bahasa Prancis). 1 (4): 243–253. doi:10.1016/S1631-0683(02)00032-5. ISSN 1631-0683. 
  62. ^ Lordkipanidze, David; Vekua, Abesalom; Ferring, Reid; et al. (November 2006). "A fourth hominin skull from Dmanisi, Georgia". The Anatomical Record Part A: Discoveries in Molecular, Cellular, and Evolutionary Biology. 288A (11): 1146–1157. doi:10.1002/ar.a.20379 . ISSN 1552-4884. PMID 17031841. 
  63. ^ Turner, William (April 1895). "On M. Dubois' Description of Remains recently found in Java, named by him Pithecanthropus erectus. With Remarks on so-called Transitional Forms between Apes and Man". Journal of Anatomy and Physiology. 29 (Pt 3): 424–445. PMC 1328414 . PMID 17232143. 
  64. ^ Weidenreich, Franz (July 1940). "Some Problems Dealing with Ancient Man". American Anthropologist. 42 (3): 375–383. doi:10.1525/aa.1940.42.3.02a00010 . ISSN 0002-7294. 
  65. ^ Grine, Frederick E.; Fleagle, John G. (2009), "The First Humans: A Summary Perspective on the Origin and Early Evolution of the Genus Homo", Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology, Springer Netherlands, hlm. 197–207, doi:10.1007/978-1-4020-9980-9_17, ISBN 978-1-4020-9979-3 
  66. ^ Spoor, Fred; Wood, Bernard A.; Zonneveld, Frans (June 23, 1994). "Implications of early hominid labyrinthine morphology for evolution of human bipedal locomotion". Nature. 369 (6482): 645–648. Bibcode:1994Natur.369..645S. doi:10.1038/369645a0. ISSN 0028-0836. PMID 8208290. 
  67. ^ Ings, Simon (October 4, 2009). "Catching Fire: How Cooking Made Us Human by Richard Wrangham: review". Diarsipkan dari versi asli  tanggal January 11, 2022. Diakses tanggal February 23, 2016. 
  68. ^ Wrangham, Richard (2011). Catching Fire: How cooking made us human. [halaman dibutuhkan]
  69. ^ Bermúdez de Castro, José María; Arsuaga, Juan Luis; Carbonell, Eudald; et al. (May 30, 1997). "A Hominid from the Lower Pleistocene of Atapuerca, Spain: Possible Ancestor to Neandertals and Modern Humans". Science. 276 (5317): 1392–1395. doi:10.1126/science.276.5317.1392. ISSN 0036-8075. PMID 9162001. 
  70. ^ Carbonell, Eudald; Bermúdez de Castro, José María; Parés, Josep M.; et al. (March 27, 2008). "The first hominin of Europe". Nature. 452 (7186): 465–469. Bibcode:2008Natur.452..465C. doi:10.1038/nature06815. hdl:2027.42/62855 . ISSN 0028-0836. PMID 18368116. 
  71. ^ Manzi, Giorgio; Mallegni, Francesco; Ascenzi, Antonio (August 14, 2001). "A cranium for the earliest Europeans: Phylogenetic position of the hominid from Ceprano, Italy". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 98 (17): 10011–10016. Bibcode:2001PNAS...9810011M. doi:10.1073/pnas.151259998 . ISSN 0027-8424. PMC 55569 . PMID 11504953. 
  72. ^ Czarnetzki, Alfred; Jakob, Tina; Pusch, Carsten M. (April 2003). "Palaeopathological and variant conditions of the Homo heidelbergensis type specimen (Mauer, Germany)". Journal of Human Evolution. 44 (4): 479–495. doi:10.1016/S0047-2484(03)00029-0. ISSN 0047-2484. PMID 12727464. 
  73. ^ Semaw, Sileshi; Toth, Nicholas; Schick, Kathy; et al. (March 27, 2006). "Scientists discover hominid cranium in Ethiopia" (Siaran pers). Bloomington: Indiana University. Diakses tanggal November 26, 2006. 
  74. ^ Harvati, Katerina (January 2003). "The Neanderthal taxonomic position: models of intra- and inter-specific craniofacial variation". Journal of Human Evolution. 44 (1): 107–132. doi:10.1016/S0047-2484(02)00208-7. ISSN 0047-2484. PMID 12604307. 
  75. ^ Herrera KJ, Somarelli JA, Lowery RK, Herrera RJ (2009). "To what extent did Neanderthals and modern humans interact?". Biological Reviews. 84 (2): 245–257. doi:10.1111/j.1469-185X.2008.00071.x. PMID 19391204. 
  76. ^ Finlayson C, Giles Pacheco F, Rodríguez-Vidal J, et al. (2006). "Late survival of Neanderthals at the southernmost extreme of Europe". Nature. 443 (7113): 850–853. Bibcode:2006Natur.443..850F. doi:10.1038/nature05195. hdl:10261/18685. PMID 16971951. 
    Full list of authors
    • Clive Finlayson
    • Francisco Giles Pacheco
    • Joaquín Rodríguez-Vidal
    • Darren A. Fa
    • José María Gutierrez López
    • Antonio Santiago Pérez
    • Geraldine Finlayson
    • Ethel Allue
    • Javier Baena Preysler
    • Isabel Cáceres
    • José S. Carrión
    • Yolanda Fernández-Jalvo
    • Christopher P. Gleed-Owen
    • Francisco J. Jimenez-Espejo
    • Pilar López Martínez
    • José Antonio López Sáez
    • José Antonio Riquelme Cantal
    • Antonio Sánchez Marco
    • Francisco Giles Guzman
    • Kimberly Brown
    • Noemí Fuentes
    • Claire A. Valarino
    • Antonio Villalpando
    • Christopher B. Stringer
    • Francisca Martinez Ruiz
    • Tatsuhiko Sakamoto
  77. ^ a b Pearce, Eiluned; Stringer, Chris; Dunbar, R.I.M. (2013). "New insights into differences in brain organization between Neanderthals and anatomically modern humans (Proceedings of the Royal Society)". Proceedings of the Royal Society of London B: Biological Sciences. 280 (1758): 20130168. doi:10.1098/rspb.2013.0168. PMC 3619466 . PMID 23486442. 
  78. ^ Krings, Matthias; Stone, Anne; Schmitz, Ralf W.; et al. (July 11, 1997). "Neandertal DNA sequences and the origin of modern humans". Cell. 90 (1): 19–30. doi:10.1016/S0092-8674(00)80310-4. hdl:11858/00-001M-0000-0025-0960-8 . ISSN 0092-8674. PMID 9230299. 
  79. ^ Green, Richard E.; Malaspinas, Anna-Sapfo; Krause, Johannes; et al. (August 8, 2008). "A Complete Neandertal Mitochondrial Genome Sequence Determined by High-Throughput Sequencing". Cell. 134 (3): 416–426. doi:10.1016/j.cell.2008.06.021. ISSN 0092-8674. PMC 2602844 . PMID 18692465. 
  80. ^ Serre, David; Langaney, André; Chech, Mario; et al. (March 2004). "No Evidence of Neandertal mtDNA Contribution to Early Modern Humans". PLOS Biology. 2 (3): e57. doi:10.1371/journal.pbio.0020057. ISSN 1545-7885. PMC 368159 . PMID 15024415. 
  81. ^ a b Viegas, Jennifer (May 6, 2010). "Neanderthals, Humans Interbred, DNA Proves". Discovery News. Silver Spring, MD: Discovery Communications. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 8, 2015. Diakses tanggal April 30, 2015. 
  82. ^ Calloway, Ewan (May 13, 2015). "Early European may have had Neanderthal great-great-grandparent". Nature. doi:10.1038/nature.2015.17534. 
  83. ^ Sample, Ian (June 22, 2015). "My Neanderthal sex secret: modern European's great-great grandparent link". The Guardian. Diakses tanggal July 27, 2018. 
  84. ^ a b c d Green RE, Krause J, Briggs AW, Maricic T, et al. (May 7, 2010). "A Draft Sequence of the Neandertal Genome". Science. 328 (5979): 710–722. Bibcode:2010Sci...328..710G. doi:10.1126/science.1188021. ISSN 0036-8075. PMC 5100745 . PMID 20448178. 
    Full list of authors
    • Richard E. Green‡
    • Johannes Krause
    • Adrian W. Briggs
    • Tomislav Maricic
    • Udo Stenzel
    • Martin Kircher
    • Nick Patterson
    • Heng Li
    • Weiwei Zhai∥
    • Markus Hsi-Yang Fritz
    • Nancy F. Hansen
    • Eric Y. Durand
    • Anna-Sapfo Malaspinas
    • Jeffrey D. Jensen
    • Tomas Marques-Bonet
    • Can Alkan
    • Kay Prüfer
    • Matthias Meyer
    • Hernán A. Burbano
    • Jeffrey M. Good
    • Rigo Schultz
    • Ayinuer Aximu-Petri
    • Anne Butthof
    • Barbara Höber
    • Barbara Höffner
    • Madlen Siegemund
    • Antje Weihmann
    • Chad Nusbaum
    • Eric S. Lander
    • Carsten Russ
    • Nathaniel Novod
    • Jason Affourtit
    • Michael Egholm
    • Christine Verna
    • Pavao Rudan
    • Dejana Brajkovic
    • Željko Kucan
    • Ivan Gušic
    • Vladimir B. Doronichev
    • Liubov V. Golovanova
    • Carles Lalueza-Fox
    • Marco de la Rasilla
    • Javier Fortea
    • Antonio Rosas
    • Ralf W. Schmitz
    • Philip L. F. Johnson
    • Evan E. Eichler
    • Daniel Falush
    • Ewan Birney
    • James C. Mullikin
    • Montgomery Slatkin
    • Rasmus Nielsen
    • Janet Kelso
    • Michael Lachmann
    • David Reich
    • Svante Pääbo
  85. ^ a b Prüfer, K.; de Filippo, C.; Grote, S.; Mafessoni, F.; Korlević, P.; Hajdinjak, M.; et al. (2017). "A high-coverage Neandertal genome from Vindija Cave in Croatia". Science. 358 (6363): 655–658. Bibcode:2017Sci...358..655P. doi:10.1126/science.aao1887. PMC 6185897 . PMID 28982794. 
  86. ^ Gutiérrez, Gabriel; Sánchez, Diego; Marín, Antonio (August 2002). "A Reanalysis of the Ancient Mitochondrial DNA Sequences Recovered from Neandertal Bones". Molecular Biology and Evolution. 19 (8): 1359–1366. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a004197 . ISSN 0737-4038. PMID 12140248. 
  87. ^ Hebsgaard MB, Wiuf C, Gilbert MT, Glenner H, Willerslev E (January 2007). "Evaluating Neanderthal Genetics and Phylogeny" (PDF). Journal of Molecular Evolution. 64 (1): 50–60. Bibcode:2007JMolE..64...50H. CiteSeerX 10.1.1.174.8969 . doi:10.1007/s00239-006-0017-y. ISSN 0022-2844. PMID 17146600. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal April 1, 2011. Diakses tanggal October 24, 2017. 
  88. ^ Mellars, Paul; French, Jennifer C. (July 29, 2011). "Tenfold Population Increase in Western Europe at the Neandertal–to–Modern Human Transition Paul". Science. 333 (6042): 623–627. Bibcode:2011Sci...333..623M. doi:10.1126/science.1206930. ISSN 0036-8075. PMID 21798948. 
  89. ^ Brown, Terence A. (April 8, 2010). "Human evolution: Stranger from Siberia". Nature. 464 (7290): 838–839. Bibcode:2010Natur.464..838B. doi:10.1038/464838a . ISSN 0028-0836. PMID 20376137. 
  90. ^ a b Krause, Johannes; Qiaomei Fu; Good, Jeffrey M.; et al. (April 8, 2010). "The complete mitochondrial DNA genome of an unknown hominin from southern Siberia". Nature. 464 (7290): 894–897. Bibcode:2010Natur.464..894K. doi:10.1038/nature08976 . ISSN 0028-0836. PMID 20336068. 
  91. ^ Katsnelson, Alla (March 24, 2010). "New hominin found via mtDNA". The Nutshell (Blog). Philadelphia, PA: The Scientist. ISSN 0890-3670. Diakses tanggal May 1, 2015. 
  92. ^ "Kaufman, Danial (2002), "Comparisons and the Case for Interaction among Neanderthals and Early Modern Humans in the Levant" (Oxford Journal of Anthropology)
  93. ^ Bokma, Folmer; van den Brink, Valentijn; Stadler, Tanja (September 2012). "Unexpectedly many extinct hominins". Evolution. 66 (9): 2969–2974. doi:10.1111/j.1558-5646.2012.01660.x . ISSN 0014-3820. PMID 22946817. 
  94. ^ a b c Reich, David; Patterson, Nick; Kircher, Martin; et al. (October 7, 2011). "Denisova Admixture and the First Modern Human Dispersals into Southeast Asia and Oceania". American Journal of Human Genetics. 89 (4): 516–528. doi:10.1016/j.ajhg.2011.09.005. ISSN 0002-9297. PMC 3188841 . PMID 21944045. 
  95. ^ Martinón-Torres, María; Dennell, Robin; Bermúdez de Castro, José María (February 2011). "The Denisova hominin need not be an out of Africa story". Journal of Human Evolution. 60 (2): 251–255. doi:10.1016/j.jhevol.2010.10.005. ISSN 0047-2484. PMID 21129766. 
  96. ^ Simonti, C.N.; Vernot, B.; Bastarache, L.; Bottinger, E.; Carrell, D.S.; Chisholm, R.L.; Crosslin, D.R.; Hebbring, S.J.; Jarvik, G. P.; Kullo, I.J.; Li, R.; Pathak, J.; Ritchie, M.D.; Roden, D.M.; Verma, S.S.; Tromp, G.; Prato, J.D.; Bush, W.S.; Akey, J.M.; Denny, J.C.; Capra, J.A. (2016). "The phenotypic legacy of admixture between modern humans and Neandertals". Science. 351 (6274): 737–741. Bibcode:2016Sci...351..737S. doi:10.1126/science.aad2149. PMC 4849557 . PMID 26912863. 
  97. ^ Kuhlwilm M, Gronau I, Hubisz MJ, de Filippo C, Prado-Martinez J, Kircher M, Fu Q, Burbano HA, Lalueza-Fox C, de la Rasilla M, Rosas A, Rudan P, Brajkovic D, Kucan Ž, Gušic I, Marques-Bonet T, Andrés AM, Viola B, Pääbo S, Meyer M, Siepel A, Castellano S (2016). "Ancient gene flow from early modern humans into Eastern Neanderthals". Nature. 530 (7591): 429–433. Bibcode:2016Natur.530..429K. doi:10.1038/nature16544. PMC 4933530 . PMID 26886800. 
  98. ^ Dean, MC, Stringer, CB et al, (1986) "Age at death of the Neanderthal child from Devil's Tower, Gibraltar and the implications for studies of general growth and development in Neanderthals" (American Journal of Physical Anthropology, Vol 70 Issue 3, July 1986)
  99. ^ a b Brown P, Sutikna T, Morwood MJ, Soejono RP, Jatmiko A, Wayhu SE, Awe Due R (October 28, 2004). "A new small-bodied hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia" (PDF). Nature. 431 (7012): 1055–1061. Bibcode:2004Natur.431.1055B. doi:10.1038/nature02999. ISSN 0028-0836. PMID 15514638. 
  100. ^ a b Argue, Debbie; Donlon, Denise; Groves, Colin; Wright, Richard (October 2006). "Homo floresiensis: Microcephalic, pygmoid, Australopithecus, or Homo?". Journal of Human Evolution. 51 (4): 360–374. doi:10.1016/j.jhevol.2006.04.013. ISSN 0047-2484. PMID 16919706. 
  101. ^ a b Martin, Robert D.; Maclarnon, Ann M.; Phillips, James L.; Dobyns, William B. (November 2006). "Flores hominid: New species or microcephalic dwarf?". The Anatomical Record Part A: Discoveries in Molecular, Cellular, and Evolutionary Biology. 288A (11): 1123–1145. doi:10.1002/ar.a.20389. ISSN 1552-4884. PMID 17031806. 
  102. ^ Callaway, E. (2016-06-08). "'Hobbit' relatives found after ten-year hunt". Nature. 534 (7606): 164–165. Bibcode:2016Natur.534Q.164C. doi:10.1038/534164a . PMID 27279191. 
  103. ^ Brumm A, van den Bergh GD, Storey M, Kurniawan I, et al. (2016-06-08). "Age and context of the oldest known hominin fossils from Flores" (PDF). Nature. 534 (7606): 249–253. Bibcode:2016Natur.534..249B. doi:10.1038/nature17663. PMID 27279222. 
    Full list of authors
    • Adam Brumm
    • Gerrit D. van den Bergh
    • Michael Storey
    • Iwan Kurniawan
    • Brent V. Alloway
    • Ruly Setiawan
    • Erick Setiyabudi
    • Rainer Grün
    • Mark W. Moore
    • Dida Yurnaldi
    • Mika R. Puspaningrum
    • Unggul P. Wibowo
    • Halmi Insani
    • Indra Sutisna
    • John A. Westgate
    • Nick J. G. Pearce
    • Mathieu Duval
    • Hanneke J. M. Meijer
    • Fachroel Aziz
    • Thomas Sutikna
    • Sander van der Kaars
    • Stephanie Flude
    • Michael J. Morwood
  104. ^ van den Bergh GD, Kaifu Y, Kurniawan I, Kono RT, Brumm A, Setiyabudi E, Aziz F, Morwood MJ (2016-06-08). "Homo floresiensis-like fossils from the early Middle Pleistocene of Flores". Nature. 534 (7606): 245–248. Bibcode:2016Natur.534..245V. doi:10.1038/nature17999. PMID 27279221. 
  105. ^ Détroit, F.; Mijares, A. S.; Corny, J.; Daver, G.; Zanolli, C.; Dizon, E.; Robles, E.; Grün, R.; Piper, P. J. (2019). "A new species of Homo from the Late Pleistocene of the Philippines" (PDF). Nature. 568 (7751): 181–186. Bibcode:2019Natur.568..181D. doi:10.1038/s41586-019-1067-9. PMID 30971845. 
  106. ^ Schlebusch, Carina M; Malmström, Helena; Günther, Torsten; Sjödin, Per; Coutinho, Alexandra; Edlund, Hanna; Munters, Arielle R; Vicente, Mário; Steyn, Maryna; Soodyall, Himla; Lombard, Marlize; Jakobsson, Mattias (2017). "Southern African ancient genomes estimate modern human divergence to 350,000 to 260,000 years ago". Science. 358 (6363): 652–655. Bibcode:2017Sci...358..652S. doi:10.1126/science.aao6266 . PMID 28971970. 
  107. ^ Sample, Ian (June 7, 2017). "Oldest Homo sapiens bones ever found shake foundations of the human story". The Guardian. Diakses tanggal June 7, 2017. 
  108. ^ Zimmer, Carl (September 10, 2019). "Scientists Find the Skull of Humanity's Ancestor — on a Computer – By comparing fossils and CT scans, researchers say they have reconstructed the skull of the last common forebear of modern humans". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal September 10, 2019. 
  109. ^ Mounier, Aurélien; Lahr, Marta (2019). "Deciphering African late middle Pleistocene hominin diversity and the origin of our species". Nature Communications. 10 (1): 3406. Bibcode:2019NatCo..10.3406M. doi:10.1038/s41467-019-11213-w. PMC 6736881 . PMID 31506422. 
  110. ^ Huff, Chad. D; Xing, Jinchuan; Rogers, Alan R.; Witherspoon, David; Jorde, Lynn B. (January 19, 2010). "Mobile Elements Reveal Small Population Size in the Ancient Ancestors of Homo Sapiens". Proceedings of the National Academy of Sciences. 107 (5): 2147–2152. Bibcode:2010PNAS..107.2147H. doi:10.1073/pnas.0909000107 . PMC 2836654 . PMID 20133859. 
  111. ^ Ambrose, Stanley H. (June 1998). "Late Pleistocene human population bottlenecks, volcanic winter, and differentiation of modern humans". Journal of Human Evolution. 34 (6): 623–651. doi:10.1006/jhev.1998.0219. ISSN 0047-2484. PMID 9650103. 
  112. ^ Clark, Jamie L. (September 2011). "The evolution of human culture during the later Pleistocene: Using fauna to test models on the emergence and nature of "modern" human behavior". Journal of Anthropological Archaeology. 30 (3): 273–291. doi:10.1016/j.jaa.2011.04.002. 
  113. ^ Brues & Snow 1965, hlm. 1–39.
  114. ^ Brunet M, Guy F, Pilbeam D, Mackaye H, Likius A, Ahounta D, et al. (July 11, 2002). "A new hominid from the Upper Miocene of Chad, Central Africa". Nature. 418 (6894): 145–151. Bibcode:2002Natur.418..145B. doi:10.1038/nature00879. ISSN 0028-0836. PMID 12110880.  }
    Full list of authors
    • Michel Brunet
    • Franck Guy
    • David Pilbeam
    • Hassane Taisso Mackaye
    • Andossa Likius
    • Djimdoumalbaye Ahounta
    • Alain Beauvilain
    • Cécile Blondel
    • Hervé Bocherens
    • Jean-Renaud Boisserie
    • Louis De Bonis
    • Yves Coppens
    • Jean Dejax
    • Christiane Denys
    • Philippe Duringer
    • Véra Eisenmann
    • Gongdibé Fanone
    • Pierre Fronty
    • Denis Geraads
    • Thomas Lehmann
    • Fabrice Lihoreau
    • Antoine Louchart
    • Adoum Mahamat
    • Gildas Merceron
    • Guy Mouchelin
    • Olga Otero
    • Pablo Pelaez Campomanes
    • Marcia Ponce De Leon
    • Jean-Claude Rage
    • Michel Sapanet
    • Mathieu Schuster
    • Jean Sudre
    • Pascal Tassy
    • Xavier Valentin
    • Patrick Vignaud
    • Laurent Viriot
    • Antoine Zazzo
    • Christoph Zollikofer
  115. ^ White TD, Asfaw B, Beyene Y, Haile-Selassie Y, Lovejoy CO, Suwa G, Woldegabriel G (2009). "Ardipithecus ramidus and the Paleobiology of Early Hominids". Science. 326 (5949): 75–86. Bibcode:2009Sci...326...75W. doi:10.1126/science.1175802. PMID 19810190. 
  116. ^ a b Kwang Hyun, Ko (2015). "Origins of Bipedalism". Brazilian Archives of Biology and Technology. 58 (6): 929–934. arXiv:1508.02739 . Bibcode:2015arXiv150802739K. doi:10.1590/S1516-89132015060399. 
  117. ^ a b DeSalle & Tattersall 2008, hlm. 146.
  118. ^ a b Curry 2008, hlm. 106–109.
  119. ^ "Study Identifies Energy Efficiency As Reason For Evolution Of Upright Walking". ScienceDaily. Rockville, MD. July 17, 2007. Diakses tanggal April 9, 2015. ^ "Study identifies energy efficiency as reason for evolution of upright walking". UANews. Tucson, AZ: The University of Arizona. July 16, 2007. Diakses tanggal April 23, 2015. 
  120. ^ Sockol, Michael D.; Raichlen, David A.; Pontzer, Herman (July 24, 2007). "Chimpanzee locomotor energetics and the origin of human bipedalism". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 104 (30): 12265–12269. Bibcode:2007PNAS..10412265S. doi:10.1073/pnas.0703267104 . ISSN 0027-8424. PMC 1941460 . PMID 17636134. 
  121. ^ David-Barrett, T.; Dunbar, R.I.M. (2016). "Bipedality and Hair-loss Revisited: The Impact of Altitude and Activity Scheduling". Journal of Human Evolution. 94: 72–82. doi:10.1016/j.jhevol.2016.02.006. PMC 4874949 . PMID 27178459. 
  122. ^ Aiello & Dean 1990.
  123. ^ Kondo 1985.
  124. ^ Strickberger 2000, hlm. 475–476.
  125. ^ Trevathan 2011, hlm. 20.
  126. ^ Zuk, Marlene (2014). Paleofantasy: What Evolution Really Tells Us About Sex, Diet, and How We Live. W.W. Norton & Company. ISBN 9780393347920. OCLC 846889455. [halaman dibutuhkan]
  127. ^ Hrdy, Sarah Blaffer (2011). Mothers and Others: The Evolutionary Origins of Mutual Understanding. Harvard University Press. ISBN 9780674060326. OCLC 940575388. [halaman dibutuhkan]
  128. ^ Wayman, Erin (August 19, 2013). "Killer whales, grandmas and what men want: Evolutionary biologists consider menopause". Science News. ISSN 0036-8423. Diakses tanggal April 24, 2015. 
  129. ^ Blell, Mwenza (2017-09-29). "Grandmother Hypothesis, Grandmother Effect, and Residence Patterns". The International Encyclopedia of Anthropology: 1–5. doi:10.1002/9781118924396.wbiea2162. ISBN 9781118924396. 
  130. ^ a b Welker F, Ramos-Madrigal J, Gutenbrunner P, et al. (2020-04-01). "The dental proteome of Homo antecessor". Nature. 580 (7802): 235–238. Bibcode:2020Natur.580..235W. doi:10.1038/s41586-020-2153-8. ISSN 1476-4687. PMC 7582224 . PMID 32269345. 
    Full list of authors
    • Frido Welker
    • Jazmín Ramos-Madrigal
    • Petra Gutenbrunner
    • Meaghan Mackie
    • Shivani Tiwary
    • Rosa Rakownikow Jersie-Christensen
    • Cristina Chiva
    • Marc R. Dickinson
    • Martin Kuhlwilm
    • Marc de Manuel
    • Pere Gelabert
    • María Martinón-Torres
    • Ann Margvelashvili
    • Juan Luis Arsuaga
    • Eudald Carbonell
    • Tomas Marques-Bonet
    • Kirsty Penkman
    • Eduard Sabidó
    • Jürgen Cox
    • Jesper V. Olsen
    • David Lordkipanidze
    • Fernando Racimo
    • Carles Lalueza-Fox
    • José María Bermúdez de Castro
    • Eske Willerslev
    • Enrico Cappellini
  131. ^ Dennell, Robin; Roebroeks, Wil (2005). "An Asian perspective on early human dispersal from Africa". Nature. 438 (7071): 1099–1104. Bibcode:2005Natur.438.1099D. doi:10.1038/nature04259. PMID 16371999. 
  132. ^ a b Schoenemann, P. Thomas (October 2006). "Evolution of the Size and Functional Areas of the Human Brain". Annual Review of Anthropology. 35: 379–406. doi:10.1146/annurev.anthro.35.081705.123210. ISSN 0084-6570. 
  133. ^ Brown, Graham; Fairfax, Stephanie; Sarao, Nidhi. "Tree of Life Web Project: Human Evolution". www.tolweb.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-06. Diakses tanggal 2022-11-17. 
  134. ^ Kaplan, Hillard; Hill, Kim; Lancaster, Jane; Hurtado, Magdelena (August 16, 2000). "A Theory of Human Life History Evolution: Diet, Intelligence, and Longevity" (PDF). Evolutionary Anthropology. 9 (4): 156–185. doi:10.1002/1520-6505(2000)9:4<156::AID-EVAN5>3.0.CO;2-7. 
  135. ^ Park MS, Nguyen AD, Aryan HE, U HS, Levy ML, Semendeferi K (March 2007). "Evolution of the human brain: changing brain size and the fossil record". Neurosurgery. 60 (3): 555–562. doi:10.1227/01.NEU.0000249284.54137.32. ISSN 0148-396X. PMID 17327801. 
  136. ^ Bruner, Emiliano (December 2007). "Cranial shape and size variation in human evolution: structural and functional perspectives". Child's Nervous System. 23 (12): 1357–1365. CiteSeerX 10.1.1.391.288 . doi:10.1007/s00381-007-0434-2. ISSN 0256-7040. PMID 17680251. 
  137. ^ Potts, Richard (October 2012). "Evolution and Environmental Change in Early Human Prehistory". Annual Review of Anthropology. 41: 151–167. doi:10.1146/annurev-anthro-092611-145754. ISSN 0084-6570. 
  138. ^ Mann, Neil (September 2007). "Meat in the human diet: An anthropological perspective". Nutrition & Dietetics. 64 (Supplement 4): S102–S107. doi:10.1111/j.1747-0080.2007.00194.x . ISSN 1747-0080. 
  139. ^ McBroom, Patricia (June 14, 1999). "Meat-eating was essential for human evolution, says UC Berkeley anthropologist specializing in diet" (Siaran pers). Berkeley: University of California Press. Diakses tanggal April 25, 2015. 
  140. ^ Barr, W. Andrew; Pobiner, Briana; Rowan, John; Du, Andrew; Faith, J. Tyler (2022-02-01). "No sustained increase in zooarchaeological evidence for carnivory after the appearance of Homo erectus". Proceedings of the National Academy of Sciences (dalam bahasa Inggris). 119 (5). Bibcode:2022PNAS..11915540B. doi:10.1073/pnas.2115540119. ISSN 0027-8424. PMC 8812535  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 35074877 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  141. ^ Organ, Chris; Nunn, Charles L.; Machanda, Zarin; Wrangham, Richard W. (August 30, 2011). "Phylogenetic rate shifts in feeding time during the evolution of Homo". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 108 (35): 14555–14559. Bibcode:2011PNAS..10814555O. doi:10.1073/pnas.1107806108 . ISSN 0027-8424. PMC 3167533 . PMID 21873223. 
  142. ^ a b David-Barrett, T.; Dunbar, R.I.M. (2013). "Processing Power Limits Social Group Size: Computational Evidence for the Cognitive Costs of Sociality". Proceedings of the Royal Society B. 280 (1765): 20131151. doi:10.1098/rspb.2013.1151. PMC 3712454 . PMID 23804623. 
  143. ^ Bown & Rose 1987.
  144. ^ Barton, Robert A.; Venditti, Chris (October 20, 2014). "Rapid Evolution of the Cerebellum in Humans and Other Great Apes". Current Biology. 24 (20): 2440–2444. doi:10.1016/j.cub.2014.08.056 . ISSN 0960-9822. PMID 25283776. 
  145. ^ Starowicz-Filip A, Milczarek O, Kwiatkowski S, Bętkowska-Korpała B, Prochwicz K (2013). "Cerebellar cognitive affective syndrome CCAS – a case report". Archives of Psychiatry and Psychotherapy. 15 (3): 57–64. doi:10.12740/APP/18666 . 
  146. ^ Feng Yu; Qing-jun Jiang; Xi-yan Sun; Rong-wei Zhang (August 22, 2014). "A new case of complete primary cerebellar agenesis: clinical and imaging findings in a living patient". Brain. 138 (Pt 6): e353. doi:10.1093/brain/awu239. ISSN 1460-2156. PMC 4614135 . PMID 25149410. 
  147. ^ Weaver, Anne H. (March 8, 2005). "Reciprocal evolution of the cerebellum and neocortex in fossil humans". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 102 (10): 3576–3580. Bibcode:2005PNAS..102.3576W. doi:10.1073/pnas.0500692102 . ISSN 0027-8424. PMC 553338 . PMID 15731345. 
  148. ^ Klein, Stefan (2014). Survival of the Nicest. The Experiment. ISBN 978-1615190904. 
  149. ^ Sallet J, Mars RB, Noonan MP, Andersson JL, O'Reilly JK, Jbabdi S, Croxson PL, Jenkinson M, Miller KL (November 4, 2011). "Social Network Size Affects Neural Circuits in Macaques". Science. 334 (6056): 697–700. Bibcode:2011Sci...334..697S. doi:10.1126/science.1210027. ISSN 0036-8075. PMID 22053054. 
  150. ^ Dunbar, R.I.M. (1992). "Neocortex size as a constraint on group size in primates". Journal of Human Evolution. 22 (6): 469–493. doi:10.1016/0047-2484(92)90081-j. 
  151. ^ Shultz, Susanne; Dunbar, Robin (December 14, 2010). "Encephalization is not a universal macroevolutionary phenomenon in mammals but is associated with sociality". Proceedings of the National Academy of Sciences. 107 (50): 21582–21586. Bibcode:2010PNAS..10721582S. doi:10.1073/pnas.1005246107 . ISSN 0027-8424. PMC 3003036 . PMID 21098277. 
  152. ^ Richard, Potts (1998). "Environmental Hypotheses of Hominin Evolution". American Journal of Physical Anthropology. 107 (S27): 93–136. doi:10.1002/(sici)1096-8644(1998)107:27+<93::aid-ajpa5>3.0.co;2-x. PMID 9881524. 
  153. ^ J., Richerson, Peter (2006). Not by genes alone : how culture transformed human evolution. The University of Chicago Press. ISBN 0-226-71212-5. OCLC 642503808. 
  154. ^ Mesoudi, Alex; Whiten, Andrew; Laland, Kevin N. (August 2006). "Towards a unified science of cultural evolution". Behavioral and Brain Sciences. 29 (4): 329–347. doi:10.1017/s0140525x06009083. ISSN 0140-525X. PMID 17094820. 
  155. ^ Berger LR, Hawks J, Dirks PH, Elliott M, Roberts EM (May 9, 2017). "Homo naledi and Pleistocene hominin evolution in subequatorial Africa". eLife. 6. doi:10.7554/elife.24234. PMC 5423770 . PMID 28483041. 
  156. ^ Strait, David; Grine, Frederick; Fleagle, John (2015). Analyzing Hominin Hominin Phylogeny: Cladistic Approach. hlm. 1989–2014 (cladogram p. 2006). ISBN 978-3-642-39978-7.  .
  157. ^ Schrenk F, Kullmer O, Bromage T (2007). "Chapter 9: The Earliest Putative Homo Fossils". Dalam Henke W, Tattersall I. Handbook of Paleoanthropology. hlm. 1611–1631. doi:10.1007/978-3-540-33761-4_52. 
  158. ^ Spoor F, Gunz P, Neubauer S, Stelzer S, Scott N, Kwekason A, Dean MC (March 2015). "Reconstructed Homo habilis type OH 7 suggests deep-rooted species diversity in early Homo". Nature. 519 (7541): 83–6. Bibcode:2015Natur.519...83S. doi:10.1038/nature14224. PMID 25739632. 
  159. ^ Schuster AM (1997). "Earliest Remains of Genus Homo". Archaeology. 50 (1). Diakses tanggal 5 March 2015.  "Patterson et al. suggest that the apparently short divergence time between humans and chimpanzees on the X chromosome is explained by a massive interspecific hybridization event in the ancestry of these two species. However, Patterson et al. do not statistically test their own null model of simple speciation before concluding that speciation was complex, and—even if the null model could be rejected—they do not consider other explanations of a short divergence time on the X chromosome. These include natural selection on the X chromosome in the common ancestor of humans and chimpanzees, changes in the ratio of male-to-female mutation rates over time, and less extreme versions of divergence with gene flow. I therefore believe that their claim of hybridization is unwarranted." see current estimates regarding complex speciation.-->
  160. ^ Indriati E, Swisher CC, Lepre C, Quinn RL, Suriyanto RA, et al. (2011). "The age of the 20 meter Solo River terrace, Java, Indonesia and the survival of Homo erectus in Asia". PLOS ONE. 6 (6): e21562. Bibcode:2011PLoSO...621562I. doi:10.1371/journal.pone.0021562 . PMC 3126814 . PMID 21738710. 
    Full list of authors
    • Etty Indriati
    • Carl C. Swisher, III
    • Christopher Lepre
    • Rhonda L. Quinn
    • Rusyad A. Suriyanto
    • Agus T. Hascaryo
    • Rainer Grün
    • Craig S. Feibel
    • Briana L. Pobiner
    • Maxime Aubert
    • Wendy Lees
    • Susan C. Antón
  161. ^ Mondal M, Bertranpetit J, Lao O (January 2019). "Approximate Bayesian computation with deep learning supports a third archaic introgression in Asia and Oceania". Nature Communications. 10 (1): 246. Bibcode:2019NatCo..10..246M. doi:10.1038/s41467-018-08089-7. PMC 6335398 . PMID 30651539. 
  162. ^ Zeitoun V (September 2003). "High occurrence of a basicranial feature in Homo erectus: anatomical description of the preglenoid tubercle". The Anatomical Record Part B: The New Anatomist. 274 (1): 148–56. doi:10.1002/ar.b.10028 . PMID 12964205. 
  163. ^ Dembo M, Matzke NJ, Mooers AØ, Collard M (August 2015). "Bayesian analysis of a morphological supermatrix sheds light on controversial fossil hominin relationships". Proceedings. Biological Sciences. 282 (1812): 20150943. doi:10.1098/rspb.2015.0943. PMC 4528516 . PMID 26202999. 
  164. ^ a b Dembo M, Radovčić D, et al. (August 2016). "The evolutionary relationships and age of Homo naledi: An assessment using dated Bayesian phylogenetic methods". Journal of Human Evolution. 97: 17–26. doi:10.1016/j.jhevol.2016.04.008. hdl:2164/8796 . PMID 27457542. 
    Full list of authors
    • Mana Dembo
    • Davorka Radovčić
    • Heather M. Garvinc
    • Myra F. Laird
    • Lauren Schroeder
    • Jill E. Scott
    • Juliet Brophy
    • Rebecca R. Ackermann
    • Chares M. Musiba
    • Darryl J. de Ruiter
    • Arne Ø. Mooers
    • Mark Collard
  165. ^ Mounier A, Caparros M (2015). "The phylogenetic status of Homo heidelbergensis – a cladistic study of Middle Pleistocene hominins". BMSAP (dalam bahasa Prancis). 27 (3–4): 110–134. doi:10.1007/s13219-015-0127-4. ISSN 0037-8984. 
  166. ^ Harrison N (2019-05-01). The Origins of Europeans and Their Pre-Historic Innovations from 6 Million to 10,000 BCE: From 6 Million to 10,000 BCE. Algora Publishing. ISBN 9781628943795. 
  167. ^ Rogers AR, Harris NS, Achenbach AA (February 2020). "Neanderthal-Denisovan ancestors interbred with a distantly related hominin". Science Advances. 6 (8): eaay5483. Bibcode:2020SciA....6.5483R. doi:10.1126/sciadv.aay5483 . PMC 7032934 . PMID 32128408. 
  168. ^ Tanner, Nancy Makepeace; Tanner (1981). On Becoming Human. CUP Archive. hlm. 202. ISBN 978-0-521-28028-0. 
  169. ^ Reno, Philip L.; Lovejoy, C. Owen (April 28, 2015). "From Lucy to Kadanuumuu: balanced analyses ofAustralopithecus afarensisassemblages confirm only moderate skeletal dimorphism". PeerJ. 3: e925. doi:10.7717/peerj.925. ISSN 2167-8359. PMC 4419524 . PMID 25945314. 
  170. ^ Lovejoy, C. Owen (October 2, 2009). "Reexamining Human Origins in Light of Ardipithecus ramidus" (PDF). Science. 326 (5949): 74–74e8. Bibcode:2009Sci...326...74L. doi:10.1126/science.1175834. ISSN 0036-8075. PMID 19810200. 
  171. ^ Young, Richard W (January 2003). "Evolution of the human hand: the role of throwing and clubbing". Journal of Anatomy. 202 (1): 165–174. doi:10.1046/j.1469-7580.2003.00144.x. ISSN 0021-8782. PMC 1571064 . PMID 12587931. 
  172. ^ Miriam Ittyerah (2013). Hand Preference and Hand Ability: Evidence from studies in Haptic Cognition. John Benjamins Publishing. hlm. 37–38. ISBN 978-9027271648. 
  173. ^ Kuzawa, Christopher W.; Chugani, Harry T.; Grossman, Lawrence I.; Lipovich, Leonard; Muzik, Otto; Hof, Patrick R.; Wildman, Derek E.; Sherwood, Chet C.; Leonard, William R.; Lange, Nicholas (25 August 2014). "Metabolic costs and evolutionary implications of human brain development". Proceedings of the National Academy of Sciences. 111 (36): 13010–13015. doi:10.1073/pnas.1323099111. Diakses tanggal 4 November 2022. 
  174. ^ Pontzer, Herman; Brown, Mary H.; Raichlen, David A.; Dunsworth, Holly; Hare, Brian; Walker, Kara; Luke, Amy; Dugas, Lara R.; Durazo-Arvizu, Ramon; Schoeller, Dale; Plange-Rhule, Jacob; Bovet, Pascal; Forrester, Terrence E.; Lambert, Estelle V.; Thompson, Melissa Emery; Shumaker, Robert W.; Ross, Stephen P. (4 May 2016). "Metabolic acceleration and the evolution of human brain size and life history". Nature. 533 (7603): 390–392. Bibcode:2016Natur.533..390P. doi:10.1038/nature17654. PMC 4942851 . PMID 27144364. Diakses tanggal 4 November 2022. 
  175. ^ Rantala, Markus J. (20 August 2007). "Evolution of nakedness in Homo sapiens". Journal of Zoology. 273 (1): 1–7. doi:10.1111/j.1469-7998.2007.00295.x. Diakses tanggal 5 November 2022. 
  176. ^ More Word Histories and Mysteries: From Aardvark to Zombie . From the Editors of the American Heritage Dictionaries. Boston, MA: Houghton Mifflin. 2006. ISBN 978-0-618-71681-4. LCCN 2006020835. OCLC 70199867. [halaman dibutuhkan]
  177. ^ "Nested Hierarchies, the Order of Nature: Carolus Linnaeus". Understanding Evolution: The History of Evolutionary Thought. The University of California at Berkeley. Diakses tanggal August 2, 2019. 
  178. ^ Darwin 1859, hlm. 367–404.
  179. ^ Darwin 1981.
  180. ^ Montgomery 1988, hlm. 95–96.
  181. ^ Shipman, Pat; Storm, Paul (2002). "Missing links: Eugène Dubois and the origins of paleoanthropology". Evolutionary Anthropology: Issues, News, and Reviews. 11 (3): 108–116. doi:10.1002/evan.10021. ISSN 1520-6505. 
  182. ^ Johanson & Edey 1981, hlm. 20–22, 184–185.
  183. ^ Cartmill, Matt; Fred H. Smith; Kaye B. Brown (2009). The Human Lineage. Wiley-Blackwell. hlm. 151. ISBN 978-0-471-21491-5. 
  184. ^ Johanson & Edey 1981, hlm. 22.
  185. ^ Shreeve, Jamie (July 2010). "The Evolutionary Road". National Geographic. ISSN 0027-9358. Diakses tanggal May 28, 2015. 
  186. ^ Dirks et al. (2017): between 335 and 236 ka. The lower limit of 236 ka is due to optically stimulated luminescence dating of sediments with U-Th and palaeomagnetic analyses of flowstones; the upper limit of 335 ka is due to U-series and electron spin resonance (US-ESR) dating of two H. naledi teeth, to 253+82
    −70
     ka
    , for an estimated age of the fossils of 253+82
    −17
     ka
    .
  187. ^ Dirks, Paul H.G.M.; Roberts, Eric M.; Hilbert-Wolf, Hannah; Kramers, Jan D.; et al. (May 9, 2017). "The age of Homo naledi and associated sediments in the Rising Star Cave, South Africa". eLife. 6: e24231. doi:10.7554/eLife.24231 . PMC 5423772 . PMID 28483040. 
    Full list of authors
    • Paul H.G.M. Dirks
    • Eric M. Roberts
    • Hannah Hilbert-Wolf
    • Jan D. Kramers
    • John Hawks
    • Anthony Dosseto
    • Mathieu Duval
    • Marina Elliott
    • Mary Evans
    • Rainer Grün
    • John Hellstrom
    • Andy I.R. Herries
    • Renaud Joannes-Boyau
    • Tebogo V. Makhubela
    • Christa J. Placzek
    • Jessie Robbins
    • Carl Spandler
    • Jelle Wiersma
    • Jon Woodhead
    • Lee R. Berger
  188. ^ Sarich, V.M.; Wilson, A.C. (1967). "Immunological time scale for hominid evolution". Science. 158 (3805): 1200–1204. Bibcode:1967Sci...158.1200S. doi:10.1126/science.158.3805.1200. PMID 4964406. 
  189. ^ M'charek 2005, hlm. 96.
  190. ^ Trent 2005, hlm. 6.
  191. ^ Wade, Nicholas (May 18, 2006). "Two Splits Between Human and Chimp Lines Suggested". The New York Times. Diakses tanggal April 20, 2015. 
  192. ^ Behar DM, Villems R, Soodyall H, et al. (May 9, 2008). "The Dawn of Human Matrilineal Diversity". American Journal of Human Genetics. 82 (5): 1130–1140. doi:10.1016/j.ajhg.2008.04.002. ISSN 0002-9297. PMC 2427203 . PMID 18439549. 
    Full list of authors
    • Doron M. Behar
    • Richard Villems
    • Himla Soodyall
    • Jason Blue-Smith
    • Luisa Pereira
    • Ene Metspalu
    • Rosaria Scozzari
    • Heeran Makkan
    • Shay Tzur
    • David Comas
    • Jaume Bertranpetit
    • Lluis Quintana-Murci
    • Chris Tyler-Smith
    • R. Spencer Wells
    • Saharon Rosset
    • The Genographic Consortium14
  193. ^ Gonder MK, Mortensen HM, Reed FA, de Sousa A, Tishkoff SA (March 2007). "Whole-mtDNA Genome Sequence Analysis of Ancient African Lineages". Molecular Biology and Evolution. 24 (3): 757–768. doi:10.1093/molbev/msl209 . ISSN 0737-4038. PMID 17194802. 
  194. ^ Tishkoff SA, Reed FA, Friedlaender FR, et al. (2009). "The Genetic Structure and History of Africans and African Americans". Science (dipublikasikan tanggal May 22, 2009). 324 (5930): 1035–1044. Bibcode:2009Sci...324.1035T. doi:10.1126/science.1172257. PMC 2947357 . PMID 19407144. 
    Full list of authors
    • Sarah A. Tishkoff
    • Floyd A. Reed
    • Françoise R. Friedlaender
    • Christopher Ehret
    • Alessia Ranciaro
    • Alain Froment
    • Jibril B. Hirbo
    • Agnes A. Awomoyi
    • Jean-Marie Bodo
    • Ogobara Doumbo
    • Muntaser Ibrahim
    • Abdalla T. Juma
    • Maritha J. Kotze
    • Godfrey Lema
    • Jason H. Moore
    • Holly Mortensen
    • Thomas B. Nyambo
    • Sabah A. Omar
    • Kweli Powell
    • Gideon S. Pretorius
    • Michael W. Smith
    • Mahamadou A. Thera
    • Charles Wambebe
    • James L. Weber
    • Scott M. Williams
  195. ^ Templeton, Alan R. (2005). "Haplotype Trees and Modern Human Origins". American Journal of Physical Anthropology. 128 (Supplement 41: Yearbook of Physical Anthropology): 33–59. doi:10.1002/ajpa.20351. ISSN 0002-9483. PMID 16369961. 
  196. ^ Peter B. deMenocal, (2016) "Climate Shocks" (Scientific American Vol 25, No 4)
  197. ^ Wolpoff, Milford H.; Hawks, John; Caspari, Rachel (May 2000). "Multiregional, Not Multiple Origins" (PDF). American Journal of Physical Anthropology. 112 (1): 129–136. doi:10.1002/(SICI)1096-8644(200005)112:1<129::AID-AJPA11>3.0.CO;2-K. hdl:2027.42/34270 . ISSN 0002-9483. PMID 10766948. 
  198. ^ Wolpoff MH, Spuhler JN, Smith FH, Radovcic J, Pope G, Frayer DW, Eckhardt R, Clark G (August 12, 1988). "Modern Human Origins". Science. 241 (4867): 772–774. Bibcode:1988Sci...241..772W. doi:10.1126/science.3136545. ISSN 0036-8075. PMID 3136545. 
  199. ^ Owen, James (July 18, 2007). "Modern Humans Came Out of Africa, 'Definitive' Study Says". National Geographic News. Washington, DC: National Geographic Society. Diakses tanggal May 14, 2011. 
  200. ^ Stringer, Chris B.; Andrews, Peter (March 11, 1988). "Genetic and fossil evidence for the origin of modern humans". Science. 239 (4845): 1263–1268. Bibcode:1988Sci...239.1263S. doi:10.1126/science.3125610. ISSN 0036-8075. PMID 3125610. 
  201. ^ Webster 2010, hlm. 53.
  202. ^ Ramachandran et al. 2010, hlm. 606.
  203. ^ Cann, Rebecca L.; Stoneking, Mark; Wilson, Allan C. (January 1, 1987). "Mitochondrial DNA and human evolution". Nature. 325 (6099): 31–36. Bibcode:1987Natur.325...31C. doi:10.1038/325031a0. ISSN 0028-0836. PMID 3025745. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 13, 2010. Diakses tanggal April 21, 2015. 
  204. ^ Gill, Victoria (May 1, 2009). "Africa's genetic secrets unlocked". BBC News. London: BBC. Diakses tanggal June 8, 2011. 
  205. ^ Leakey 1994, hlm. 87–89.
  206. ^ Jorde, Lynn B.; Bamshad, Michael; Rogers, Alan R. (February 1998). "Using mitochondrial and nuclear DNA markers to reconstruct human evolution". BioEssays. 20 (2): 126–136. doi:10.1002/(SICI)1521-1878(199802)20:2<126::AID-BIES5>3.0.CO;2-R. ISSN 0265-9247. PMID 9631658. 
  207. ^ Wall, Jeffrey D.; Lohmueller, Kirk E.; Plagnol, Vincent (August 2009). "Detecting Ancient Admixture and Estimating Demographic Parameters in Multiple Human Populations". Molecular Biology and Evolution. 26 (8): 1823–1827. doi:10.1093/molbev/msp096. ISSN 0737-4038. PMC 2734152 . PMID 19420049. 
  208. ^ Huertha Sanchez, Emilia et al. (2014), "Altitude adaptation in Tibetans caused by introgression of Denisovan-like DNA" (Nature Vol 512, August 14, 2014)
  209. ^ "Artificial intelligence applied to the genome identifies an unknown human ancestor". ScienceDaily. Diakses tanggal January 17, 2019. 
  210. ^ a b c Lahr, Marta Mirazón; Petraglia, Mike; Stokes, Stephen; et al. "Searching for traces of the Southern Dispersal". Leverhulme Centre for Human Evolutionary Studies. Cambridge: University of Cambridge. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 10, 2012. Diakses tanggal April 21, 2015. 
  211. ^ Simpson, Colin. DNA evidence suggests the whole world is a little bit Arab. The National. 16, June 2020. Archived at The Wayback Machine
  212. ^ Fernandes V, Alshamali F, Alves M, et al. The Arabian cradle: mitochondrial relicts of the first steps along the southern route out of Africa. Am J Hum Genet. 2012;90(2):347–355. doi:10.1016/j.ajhg.2011.12.010
  213. ^ Macaulay, Vincent; Hill, Catherine; Achilli, Alessandro; et al. (May 13, 2005). "Single, Rapid Coastal Settlement of Asia Revealed by Analysis of Complete Mitochondrial Genomes" (PDF). Science. 308 (5724): 1034–1036. Bibcode:2005Sci...308.1034M. doi:10.1126/science.1109792. ISSN 0036-8075. PMID 15890885. 
  214. ^ a b Oppenheimer, Stephen (2012), "Out of Eden: The Peopling of the World" (Robinson; New Ed edition (March 1, 2012))
  215. ^ Posth C, Renaud G, Mittnik M, Drucker DG, Rougier H, Cupillard C, et al. (2016). "Pleistocene Mitochondrial Genomes Suggest a Single Major Dispersal of Non-Africans and a Late Glacial Population Turnover in Europe". Current Biology. 26 (6): 827–833. doi:10.1016/j.cub.2016.01.037 . PMID 26853362. 
  216. ^ Karmin M, Saag L, Vicente M, Wilson Sayres MA, Järve M, Talas UG, et al. (April 2015). "A recent bottleneck of Y chromosome diversity coincides with a global change in culture". Genome Research. 25 (4): 459–66. doi:10.1101/gr.186684.114. PMC 4381518 . PMID 25770088. 
  217. ^ Haber M, Jones AL, Connell BA, Arciero E, Yang H, Thomas MG, et al. (August 2019). "A Rare Deep-Rooting D0 African Y-Chromosomal Haplogroup and Its Implications for the Expansion of Modern Humans Out of Africa". Genetics. 212 (4): 1421–1428. doi:10.1534/genetics.119.302368. PMC 6707464 . PMID 31196864. 
  218. ^ a b Ko, Kwang Hyun (2016). "Origins of human intelligence: The chain of tool-making and brain evolution" (PDF). Anthropological Notebooks. 22 (1): 5–22. 
  219. ^ Jabr, Ferris (July 18, 2012). "Does Thinking Really Hard Burn More Calories?". Scientific American. ISSN 0036-8733. Diakses tanggal May 3, 2015. 
  220. ^ Gibbons, Ann (May 29, 1998). "Solving the Brain's Energy Crisis". Science. 280 (5368): 1345–1347. doi:10.1126/science.280.5368.1345. ISSN 0036-8075. PMID 9634409. 
  221. ^ Robinson 2008, hlm. 398.
  222. ^ Harmand, Sonia; Lewis, Jason E.; Feibel, Craig S.; Lepre, Christopher J.; Prat, Sandrine; Lenoble, Arnaud; Boës, Xavier; Quinn, Rhonda L.; Brenet, Michel (May 20, 2015). "3.3-million-year-old stone tools from Lomekwi 3, West Turkana, Kenya". Nature. 521 (7552): 310–315. Bibcode:2015Natur.521..310H. doi:10.1038/nature14464. ISSN 0028-0836. PMID 25993961. 
  223. ^ Semaw, Sileshi; Rogers, Michael J.; Quade, Jay; Renne, Paul R.; Butler, Robert F.; Dominguez-Rodrigo, Manuel; Stout, Dietrich; Hart, William S.; Pickering, Travis; Simpson, Scott W. (August 1, 2003). "2.6-Million-year-old stone tools and associated bones from OGS-6 and OGS-7, Gona, Afar, Ethiopia". Journal of Human Evolution. 45 (2): 169–177. doi:10.1016/S0047-2484(03)00093-9. ISSN 0047-2484. PMID 14529651. 
  224. ^ a b c Freeman & Herron 2007, hlm. 786–788.
  225. ^ Ward, Carol V.; Tocheri, Matthew W.; Plavcan, J. Michael; et al. (January 7, 2014). "Early Pleistocene third metacarpal from Kenya and the evolution of modern human-like hand morphology". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 111 (1): 121–124. Bibcode:2014PNAS..111..121W. doi:10.1073/pnas.1316014110 . ISSN 0027-8424. PMC 3890866 . PMID 24344276. 
  226. ^ Diamond 1999, hlm. 39.
  227. ^ Bar-Yosef, Ofer (October 2002). "The Upper Paleolithic Revolution". Annual Review of Anthropology. 31: 363–393. doi:10.1146/annurev.anthro.31.040402.085416. ISSN 0084-6570. 
  228. ^ Henshilwood CS, d'Errico F, Yates R, et al. (2002). "Emergence of Modern Human Behavior: Middle Stone Age Engravings from South Africa". Science. 295 (5558): 1278–1280. Bibcode:2002Sci...295.1278H. doi:10.1126/science.1067575. PMID 11786608. 
  229. ^ Henshilwood, Christopher; Marean, Curtis (2003). "The Origin of Modern Human Behavior: Critique of the Models and Their Test Implications". Current Anthropology. 44 (5): 627–651. doi:10.1086/377665. PMID 14971366. 
  230. ^ Backwell, L.; d'Errico, F.; Wadley, L. (2008). "Middle Stone Age bone tools from the Howiesons Poort layers, Sibudu Cave, South Africa". Journal of Archaeological Science. 35 (6): 1566–1580. doi:10.1016/j.jas.2007.11.006. 
  231. ^ Nowell, April (October 2010). "Defining Behavioral Modernity in the Context of Neandertal and Anatomically Modern Human Populations". Annual Review of Anthropology. 39: 437–452. doi:10.1146/annurev.anthro.012809.105113. ISSN 0084-6570. 
  232. ^ d'Errico, Francesco; Stringer, Chris B. (April 12, 2011). "Evolution, revolution or saltation scenario for the emergence of modern cultures?". Philosophical Transactions of the Royal Society B. 366 (1567): 1060–1069. doi:10.1098/rstb.2010.0340. ISSN 0962-8436. PMC 3049097 . PMID 21357228. 
  233. ^ Chatterjee, Rhitu (March 15, 2018). "Scientists Are Amazed By Stone Age Tools They Dug Up In Kenya". NPR. Diakses tanggal March 15, 2018. 
  234. ^ Yong, Ed (March 15, 2018). "A Cultural Leap at the Dawn of Humanity – New finds from Kenya suggest that humans used long-distance trade networks, sophisticated tools, and symbolic pigments right from the dawn of our species". The Atlantic. Diakses tanggal March 15, 2018. 
  235. ^ Brooks AS, Yellen JE, Potts R, Behrensmeyer AK, Deino AL, Leslie DE, Ambrose SH, Ferguson JR, d'Errico F, Zipkin AM, Whittaker S, Post J, Veatch EG, Foecke K, Clark JB (2018). "Long-distance stone transport and pigment use in the earliest Middle Stone Age". Science. 360 (6384): 90–94. Bibcode:2018Sci...360...90B. doi:10.1126/science.aao2646 . PMID 29545508. 
  236. ^ Rasmussen, Morten; Guo, Xiaosen; Wang, Yong; Lohmueller, Kirk E.; Rasmussen, Simon; Albrechtsen, Anders; et al. (2011). "An Aboriginal Australian Genome Reveals Separate Human Dispersals into Asia". Science. 334 (6052): 94–98. Bibcode:2011Sci...334...94R. doi:10.1126/science.1211177. PMC 3991479 . PMID 21940856. 
  237. ^ Ambrose, Stanley H. (March 2, 2001). "Paleolithic Technology and Human Evolution". Science. 291 (5509): 1748–1753. Bibcode:2001Sci...291.1748A. doi:10.1126/science.1059487. ISSN 0036-8075. PMID 11249821. 
  238. ^ Mellars, P. (2010). "Neanderthal symbolism and ornament manufacture: The bursting of a bubble?". Proc Natl Acad Sci USA. 107 (47): 20147–20148. Bibcode:2010PNAS..10720147M. doi:10.1073/pnas.1014588107 . PMC 2996706 . PMID 21078972. 
  239. ^ Cochran & Harpending 2009.
  240. ^ Bender, Andrea (August 8, 2019). "The Role of Culture and Evolution for Human Cognition". Topics in Cognitive Science. 12 (4): 1403–1420. doi:10.1111/tops.12449 . ISSN 1756-8757. PMID 31392845. 
  241. ^ Medical Research Council (UK) (November 21, 2009). "Brain Disease 'Resistance Gene' evolves in Papua New Guinea community; could offer insights Into CJD". ScienceDaily. Rockville, MD. Diakses tanggal November 22, 2009. 
  242. ^ Mead S, Whitfield J, Poulter M, et al. (2009). "A Novel Protective Prion Protein Variant that Colocalizes with Kuru Exposure" (PDF). The New England Journal of Medicine. 361 (21): 2056–2065. doi:10.1056/NEJMoa0809716. PMID 19923577. 
    Full list of authors
    • Simon Mead
    • Jerome Whitfield
    • Mark Poulter
    • Paresh Shah
    • James Uphill
    • Tracy Campbell
    • Huda Al-Dujaily
    • Holger Hummerich
    • Jon Beck
    • Charles A. Mein
    • Claudio Verzilli
    • John Whittaker
    • Michael P. Alpers
    • John Collinge
  243. ^ Corbett, Stephen; Morin-Papunen, Laure (July 2013). "The Polycystic Ovary Syndrome and recent human evolution". Molecular and Cellular Endocrinology. 373 (1–2): 39–50. doi:10.1016/j.mce.2013.01.001. PMID 23352610. 
  244. ^ Diamond 1999.
  245. ^ Stanford, Allen & Antón 2009.
  246. ^ a b Wood, Bernard A.; Richmond, Brian G. (July 2000). "Human evolution: taxonomy and paleobiology". Journal of Anatomy. 197 (1): 19–60. doi:10.1046/j.1469-7580.2000.19710019.x. ISSN 1469-7580. PMC 1468107 . PMID 10999270. 
  247. ^ Ajit, Varki; Nelson, David L. (October 2007). "Genomic Comparisons of Humans and Chimpanzees" (PDF). Annual Review of Anthropology. 36: 191–209. doi:10.1146/annurev.anthro.36.081406.094339. ISSN 0084-6570. Diakses tanggal April 26, 2015. Sequence differences from the human genome were confirmed to be ∼1% in areas that can be precisely aligned, representing ∼35 million single base-pair differences. Some 45 million nucleotides of insertions and deletions unique to each lineage were also discovered, making the actual difference between the two genomes ∼4%. 
  248. ^ Dawkins 2004.
  249. ^ "Find Time of Divergence: Hominidae versus Hylobatidae". TimeTree. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-18. Diakses tanggal April 18, 2015. 
  250. ^ Ruvolo, Maryellen (October 1997). "Genetic Diversity in Hominoid Primates". Annual Review of Anthropology. 26: 515–540. doi:10.1146/annurev.anthro.26.1.515. ISSN 0084-6570. 
  251. ^ Ruvolo, Maryellen (March 1997). "Molecular Phylogeny of the Hominoids: Inferences from Multiple Independent DNA Sequence Data Sets". Molecular Biology and Evolution. 14 (3): 248–265. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a025761 . ISSN 0737-4038. PMID 9066793. 
  252. ^ Patterson, N; Richter, DJ; Gnerre, S; Lander, ES; Reich, D (2006). "Genetic evidence for complex speciation of humans and chimpanzees". Nature. 441 (7097): 1103–1108. Bibcode:2006Natur.441.1103P. doi:10.1038/nature04789. PMID 16710306. 
  253. ^ Begun, David R. (October 2010). "Miocene Hominids and the Origins of the African Apes and Humans". Annual Review of Anthropology. 39: 67–84. doi:10.1146/annurev.anthro.012809.105047. ISSN 0084-6570. 
  254. ^ Wood 2009, hlm. 17–27.
  255. ^ Mitchell, Alanna (January 30, 2012). "DNA Turning Human Story Into a Tell-All". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal February 13, 2012. 
  256. ^ Wood, Bernard A. (December 1996). "Human evolution". BioEssays. 18 (12): 945–954. doi:10.1002/bies.950181204. ISSN 0265-9247. PMID 8976151. 
  257. ^ Huxley, T. (1890). "The Aryan Question and Pre-Historic Man". Collected Essays: Volume VII, Man's Place in Nature. 
  258. ^ Andy Coghlan (March 15, 2018). "Our ancestors mated with the mystery 'Denisovan' people – twice". New Scientist. 
  259. ^ a b Wei-Haas, Maya (August 22, 2018). "Ancient Girl's Parents Were Two Different Human Species – Born 90,000 years ago, the child is the first direct evidence of interbreeding among Neanderthals and their cousins the Denisovans". National Geographic. Diakses tanggal August 22, 2018. 
  260. ^ Cell Press (March 28, 2016). "A world map of Neanderthal and Denisovan ancestry in modern humans". ScienceDaily. 
  261. ^ Sankararaman S, Mallick S, Patterson N, Reich D (28 March 2016). "The Combined Landscape of Denisovan and Neanderthal Ancestry in Present-Day Humans". Current Biology. 26 (9): 1241–1247. doi:10.1016/j.cub.2016.03.037. PMC 4864120 . PMID 27032491. 
  262. ^ "Human-Neandertal Comparisons". the Neandertal Genome. American Association for the Advancement of Science. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-28. 
  263. ^ Dannemann, M; Andrés, AM; Kelso, J (2016). "Introgression of Neandertal- and Denisovan-like Haplotypes Contributes to Adaptive Variation in Human Toll-like Receptors". Am J Hum Genet. 98 (1): 22–33. doi:10.1016/j.ajhg.2015.11.015. PMC 4716682 . PMID 26748514. 
  264. ^ Gittelman, Rachel M.; Schraiber, Joshua G.; Vernot, Benjamin; Mikacenic, Carmen; Wurfel, Mark M.; Akey, Joshua M. (2016). "Archaic Hominin Admixture Facilitated Adaptation to Out-of-Africa Environments". Current Biology. 26 (24): 3375–3382. doi:10.1016/j.cub.2016.10.041. PMC 6764441 . PMID 27839976. 

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting