Rokok klembak menyan

Revisi sejak 5 November 2024 03.48 oleh Wie146 (bicara | kontrib) (Wie146 memindahkan halaman Rokok Klembak ke Rokok klembak menyan: nama umum)

Rokok Klembak Menyan, atau dikenal juga dengan nama ‘rokok siong’ adalah rokok yang terbuat dari daun tembakau, akar klembak dan menyan yang dilinting atau digulung dengan kertas papier. Rokok ini populer di kalangan petani dan buruh di sekitar pesisir selatan Jawa Tengah, yang membentang dari Cilacap, Banyumas, Purwokerto, Purbalingga, Sumpiuh, Tambak, Gombong, Karanganyar, Kebumen sampai daerah Purworejo. Rokok ini populer karena harga yang relatif murah dan terjangkau untuk kalangan bawah. Selain itu diyakini oleh sebagian orang dapat digunakan sebagai obat mengatasi batuk, sembelit dan sebagai wangi-wangian. Saat ini, kondisi penjualan rokok jenis ini sudah stagnan dan cenderung menurun, karena hanya orang-orang yang sudah tua dan sepuh yang menghisap rokok ini. Orang-orang yang lebih muda lebih suka menghisap rokok putih dan rokok kretek yang lebih populer, sedangkan rokok klembak lebih banyak digunakan sebagai rokok sesaji untuk keperluan sesaji dalam upacara pengiriman doa seperti selamatan maupun perayaan hari besar seperti sedekah bumi maupun sedekah laut di daerah pedesaan.

Sejarah

Di daerah keresidenan Banyumas rokok klembak merupakan jenis rokok yang umum dihisap di kalangan masyarakat umum. Industri rokok klembak baru muncul pada tahun 1925 dengan berdirinya perusahan rokok klembak yang pertama di kota Gombong, yang pada waktu itu berada dalam wilayah kabupaten Karanganyar. Pada tahun 1928 muncul lagi perusahaan rokok klembak yang kedua dalam skala menengah, dan setelah tahun 1929, muncul lagi 3 perusahaan rokok klembak dalam skala kecil. Setelah itu di daerah Cilacap pada tahun 1928 mulai berdiri perusahaan rokok klembak yang pertama. Selanjutnya muncul beberapa industri rokok klembak yang berkembang di wilayah Keresidenan Banyumas. Berikut adalah tabel perkembangan rokok klembak di Keresidenan Banyumas dari tahun 1929 sampai tahun 1933.[1]

Tabel Perkembangan Perusahaan Rokok Klembak di Keresidenan Banyumas (1929-1933)
Kabupaten Pemilik Jenis Perusahaan Jumlah Perusahaan & Tahun
1929 1930 1931 1932 1933
Karanganyar Tionghoa Menengah 2 2 2 2 2
Karanganyar Tionghoa Kecil 3 3 4 5 6
Karanganyar Jawa Kecil 1 2
Banyumas Tionghoa Kecil 2 4 6 7
Banyumas Jawa Kecil 2 3 1
Cilacap Tionghoa Kecil 5 10 14 14 5
Cilacap Jawa Kecil 1 2 2 2 1
Purwokerto Tionghoa Kecil 6 8 4
Purbalingga Tionghoa Menengah 2 2 2
Purbalingga Tionghoa Kecil 2 5 7 6
Purbalingga Jawa Kecil 1 1
Banjarnegara Tionghoa Kecil 2 5 9 7
Jumlah Total Perusahaan 15 28 50 60 31

Sumber: Reijden, B. Van[2]

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kabupaten Karanganyar dan Purbalingga, menjadi sentra industri rokok klembak menyan di Keresidenan Banyumas. Untuk wilayah Banjarnegara pada tahun 1933, dari 7 perusahaan rokok klembak, ada enam buah yang mengalami kemunduran. Dan perusahaan-perusahaan skala kecil tersebut kemudian bergabung menjadi sebuah perseroan yang dikenal dengan nama Pat Kwa. Perusahaan kelas menengah di Gombong dan Banjarnegara menjual hasil produksinya di wilayah keresidenan Banyumas, sebagian lagi dijual di wilayah Yogyakarta dan Surakarta, di wilayah Kedu dan kabupaten Priangan Timur. Bahkan penjualannya sampai menjangkau pulau Sumatra, khususnya di Sumatera Selatan dan Lampung.

Wilayah Purworejo

Pada tahun 1970-an, desa Jono, Purworejo pernah memiliki sebuah perusahaan rokok yang besar dengan nama "PR Poncoroso". Diperkirakan hingga tahun 1980-an, perusahaan ini berhasil menyerap tenaga kerja hingga ratusan orang, dimana perusahaan mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 1990, perusahaan ini mengalami kebangkrutan dan menyebabkan ratusan karyawannya beralih beraktivitas dengan membuat kerajinan rokok klembak menyan sendiri dalam skala rumah tangga. Menurut catatan, kini terdapat 28 perajin kretek klembak menyan yang banyak dilakukan dalam skala rumahan. Dari perusahaan inilah cikal bakal industri rokok klembak menyan rumah tangga yang sampai hari ini masih eksis di desa Jono, Kecamatan Bayan, Purworejo. Bahkan dari desa ini, masih ada 4 industri rumahan yang masih bertahan sampai saat ini.[3][4]

Kota Gombong

Sejak tahun 1950-an, di kota Gombong muncul produksi dengan merk Sintren, Bangjo dan Togog yang dirintis oleh pasangan suami istri The Gie Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati). Pada waktu itu, pemasarannya bukan hanya sebatas di sepanjang pesisir selatan pulau Jawa namun merambah sampai ke pulau Sumatra, khususnya propinsi Jambi. Produk ini dijual dengan kemasan isi 6 batang dan 10 batang per bungkusnya. Produksinya amat disukai oleh penggemar rokok klembak menyan pada saat itu. Bahkan dalam perkembangannya perusahaan ini sempat menyerap hampir 1000 orang pekerja. Pelanggan rokok merk Sintren berada di kota Kebumen, Kroya, Purwokerto dan Gombong. Untuk pemasaran rokok merk Togog meliputi wilayah Jawa Tengah bagian tengah seperti: Purbalingga, Magelang hingga Wonosobo. Sedangkan merk Bangjo dipasarkan di Purwokerto, Sidareja, Majenang dan Ajibarang. Untuk pelanggan di wilayah luar pulau Jawa masih tetap berada di propinsi Jambi. Adapun perusahaan rokok klembak menyan yang juga berdiri di era 1950-an adalah PR. Nusa Harapan d.h Nam Hien, didirikan oleh Lie Ngiat Sie dengan merk dagang "Siluman", "Ballon", "Ballon Sutera" dan "Podo Seneng". Area pemasarannya mencakup Temanggung, Kebumen, Purwokerto, Tegal, Bandung, Pringsewu, Padang dan Medan. Berjaya pada era 1980-an dengan didirikan nya cabang pabrik di Kebumen dan Pringsewu Lampung.[5]

Skala dan Manfaat Ekonomi

Di daerah Purworejo dan sekitarnya, masih banyak industri rumahan rokok klembak menyan yang bertahan, diperkirakan jumlahnya sekitar puluhan yang berasal dari pecahan perusahaan rokok Poncoroso. Berikut daftar perusahaan rokok klembak menyan yang masih bertahan di kota Gombong, yang terdaftar pada Departemen Kementerian Perindustrian [6] yaitu: Perusahaan rokok Mirasa, rokok Nusa Harapan, rokok Shinta dan rokok Sintren

Meski mendapata tantangan dan diterjang berbagai jenis rokok baru dengan kemasan lebih modern, namun rokok siong ini masih bertahan meski dengan tingkat produksi sudah tidak seperti dulu lagi. Sebagai contoh perusahaan rokok Sintren menyerap hampir sekitar 150 pekerja. Rata-rata pekerja sudah berusia lanjut dengan kisaran umur antara 65-85 tahun. Jika memasuki ruang produksi rokok Sintren ini seperti kita mengunjungi Panti Jompo. Walau berusia lanjut, mereka tampak bersemangat. Bekerja sebagai tukang linting rokok ini sudah dijalankan puluhan tahun seusia berdirinya pabrik.[5]

Soal penghasilan, bekerja dengan sistem borongan. Untuk bekerja setengah hari mereka bisa melinting sekitar 800 batang. Yang jika dirata-rata bisa mendapatkan sekitar 16 ribu sampai 20 ribu rupiah tergantung banyaknya rokok yang dilinting. Karyawannya berasal dari berbagai desa di sekitar kota Gombong seperti: Jatinegara, Kalibeji, Sidoharum, Purbowangi, Sempor, Banjareja, Kuwaru, Serut, dan bahkan dari wilayah lain seperti Kuwarasan.[5]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Amen Budiman dan Ong Hok Ham, Hikayat Kretek, Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, 2016
  2. ^ Reijden, B. Van, Rapport Betreffende Eene Gehouden Enquete Naar De Arbeids-Toestanden In De Industrie Van Strootjes En Inheemsche Op Java, I-III, 1934-1936
  3. ^ "1 Desa 4 perajin rokok klembak Menyan di Desa Jono - Tribratanews". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-10-31. 
  4. ^ "Rokok Kretek Klembak Menyan, Kerajinan Kretek Khas dari Purworejo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-10-31. 
  5. ^ a b c "Gombong pertahankan rokok siong". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-10-31. 
  6. ^ Perusahaan rokok klembak menyan yang terdaftar di Kemenperin RI