Muhammad Ma'shum

Sufi Mujaddid Mursyid Naqsyabandiyah
Revisi sejak 9 November 2024 00.53 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (Masa muda)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Muhammad Ma'shum As-Sirhidi merupakan salah satu tokoh sufi dalam tarekat Naqsyabandiyah. Ia meneruskan paham sufi dari ayahnya yaitu Ahmad Sirhindi.

Muhammad Ma'shum
Kaligrafi Syekh Muhammad Ma'shum
NisbahMujaddid
KebangsaanIndia

Masa muda

sunting

Muhammad Ma’sum dilahirkan pada tahun 1007 H. ia dibimbing oleh ayahnya terutama mengenai pengetahuan khusus tentang auliya.[sumber mendukung?] Ia mulai menghapal Al-Qur'an sejak usia 6 tahun.[sumber mendukung?]

Muhammad Ma’sum berusaha mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan hati, syariat dan hakikat. Pada usia 17 tahun, ia diusulkan untuk menjadi auliya oleh kalangan sufi. Muhammad Al Masum sangat menjunjung kebenaran dalam semua keputusan-keputusan resmi (fatwa) juga mau menerima pembaharuan-pembaharuan dan memberi berbagai izin.[sumber mendukung?]

Beliau duduk diatas singgasana para pembimbing dalam Tarekat Naqsyabandi setelah Ayahnya meninggal dan waktu itu beliau berusia 26 Tahun. Setelahnya, beliaupun menjadi terkenal dimana-mana. Namanya akrab dilidah semua orang dan para raja mengetahui kebesaran seorang Muhammad Al Masum pada zamannya. Orang-orang yang selalu berkumpul mengelilingi beliau berasal dari berbagai penjuru dunia.[sumber mendukung?]

Muhammad Ma’sum adalah seorang ulama bagi kalangan sufi. Ia digelari oleh kalangan sufi sebagai Jubah Allah. Muhammad Ma’sum bagi kalangan sufi merupakan pembimbing yang menggabungkan antara syariat Islam dan kenyataan. Ia memperlihatkan perbedaan antara ketidakpedulian dan bimbingan sejati.[sumber mendukung?]

Karya tulis

sunting

Muhammad Ma'shum menulis beberapa karya tulis. Judul-judulnya antara lain Maktubat Ma'shum, Yuwaqyt Haramayn dan Mukasyafah al-Ghaybiyyah.[butuh rujukan]

Kematian

sunting

Muhammad Ma'shum meninggal pada tahun 1099 H atau 1688 M. Ia dimakamkan di kota Sirhindi, India.

Pranala luar

sunting