Yok Koeswoyo
Koesroyo bin Koeswoyo atau lebih dikenal dengan nama Yok Koeswoyo (lahir 3 September 1943) adalah seorang personel pemain bass sekaligus vokalis pendukung (backing vocal) grup musik Koes Plus yang sebelumnya bernama Koes Bersaudara, ia juga berperan mengarang beberapa lagu dan menjadi vokalis utamanya ketika masih aktif. Yok adalah satu-satunya personel asli dan pendiri grup musik Koes Bersaudara sekaligus Koes Plus yang masih hidup saat ini, karenanya ia mendapat julukan The Last Man Standing-nya Koes Bersaudara sekaligus Koes Plus.
Yok Koeswoyo | |
---|---|
Lahir | Koesroyo 3 September 1943 Tuban, Masa Pendudukan Jepang |
Nama lain | Yok Koeswoyo |
Pekerjaan | Penyanyi, Gitaris, Bassist, Arranger |
Suami/istri | Maria Sonya Tulaar (meninggal 1973) Michelle Beguin |
Anak | Sari Yok Koeswoyo Angga Koeswoyo (alm) |
Orang tua | Raden Koeswoyo dan Rr. Atmini |
Karier musik | |
Tahun aktif | 1958–sekarang |
Label | Remaco, Dimita Moulding Company. Ltd |
Mantan anggota | Koes Plus Koes Bersaudara |
Masa Kecil
suntingYok Koeswoyo adalah anak ketujuh dan putra bungsu dari sembilan bersaudara keturunan pasangan Raden Koeswoyo (10 Oktober 1895 – 6 Agustus 2000) dan Rr. Atmini (16 September 1900 – 3 Desember 1969) asal Tuban. Berikut adalah urutan kakak-beradik keluarga Koeswoyo.
- Tituk (perempuan) (15 Mei 1930), meninggal sewaktu bayi.
- Koesdjono (Djon alias John Koeswoyo) (5 Agustus 1932 – 2 Desember 2022).
- Koesdini (Dien ~ perempuan) (7 Oktober 1934).
- Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo) (19 Januari 1936 – 27 Maret 1987).
- Koesnomo (Nom alias Nomo Koeswoyo) (21 Januari 1938 – 15 Maret 2023).
- Koesyono (Yon alias Yon Koeswoyo) (27 September 1940 – 5 Januari 2018).
- Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo) (3 September 1943).
- Koestami (Miyi ~ perempuan) (6 Januari 1945).
- Koesmiani (Ninuk ~ perempuan) (16 Januari 1947).
Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ke 7 keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada zaman penjajahan Belanda saat itu.
Masa kecil Yok dilalui di Tuban bersama saudara-saudaranya. Tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi Sang ayah berkarier hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementrian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
Pada masa kecil Yok cukup nakal, meski tidak senakal abangnya Nomo yang pernah dipukul hingga pingsan oleh ayah mereka. Kenakalan Yok yang paling besar adalah pernah memukul kepala Nomo dengan kayu kaso sewaktu bertengkar dengan abangnya itu. Pendidikan terakhir Yok adalah sekolah Menengah di SMA Triguna Jakarta. Ia tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena memilih dunia musik sebagai hidupnya mengikuti saudara-saudaranya.
Karier
suntingKoes Bersaudara
suntingYok Koeswoyo mulai aktif bermusik sejak awal dibentuknya grup musik bersama saudara kandungnya keluarga Koeswoyo yakni : John Koeswoyo pada bass/kontrabas (bass betot/double bass), Tonny Koeswoyo pada gitar utama (melodi/lead - mantan gitaris utama sekaligus pimpinan dan pendiri dua grup Gita Remaja 1952-1955, Teenage's voice/Irama Remaja 1955-1958), Nomo Koeswoyo pada drum sedangkan Yon Koeswoyo dan Yok Koeswoyo pada vokal dan gitar ritme/ritem (pengiring/rhythm). Ada pula anggota dari luar keluarga Koeswoyo yang bernama Jan Mintaraga sebagai gitaris dan Tommy Darmo sebagai gitaris juga awalnya. Pada mulanya mereka menamakan grup ini Kus Brothers pada tahun 1958. Sebetulnya inspirasi duet Yon dan Yok itu adalah Kalin Twins, dua penyanyi Amerika bersaudara yang kembar. Namun dalam perkembangannya grup ini meniru pola Everly Brothers di Amerika, karena menggunakan 2 penyanyi kakak beradik yakni Yon dan Yok. Mereka merekam video klip Dara Manisku. Pada malam sebelum keberangkatan mereka ke Jakarta, para personel Koes Bersaudara menginap di Hotel Savoy Homann, Bandung produser mereka, Jack Lesmana, di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Saat mereka semua tertidur, tiba-tiba rumah keluarga Koeswoyo dirampok dan barang-barang, termasuk 3 gitar, bass betot dan drum milik Tonny, John, Nomo, Yon, Yok dan sebuah buku dan televisi, sudah digondol perampok. Para bersaudara kemudian dibangunkan oleh pembantu rumah. Tonny kemudian diikuti John, Nomo, Yon dan Yok untuk mengancam dengan para perampok itu, lalu bergegas ke rumah keluarga dengan membawa radio mereka. Sesampainya mereka disana, ternyata pemilik rumah sudah disandera. Para perampok yang bersenjatakan celurit dan pistol itu berbalik mengejar Tonny, John, Nomo, Yon dan Yok. Begitu mereka keluar, 5 saudara mereka berteriak sambil menahan pintu depan dari luar, yang sedang dicelurit oleh perampok; perampok itu juga memecahkan kaca di dekat pintu. Setelah para perampok itu pergi, Tonny, John, Nomo, Yon dan Yok sama-sama heran mengapa mereka begitu berani menghajar perampok tersebut. Mereka merekam album pertama pada tahun 1962. Setelah Jan Mintaraga dan Tommy Darmo mengundurkan diri, grup ini berganti nama menjadi Kus Bersaudara pada tahun 1963. Dalam formasi yang baru ini, Yok didaulat memegang alat musik gitar utama sedangkan John memegang alat musik gitar ritme menggantikan peran Jan dan bass dimainkan oleh Tonny sekaligus tetap sebagai backing vocal mendampingi suara Yon.
Beberapa waktu kemudian, kakak tertua mereka John Koeswoyo pun mengundurkan diri, sehingga menyisakan 4 personel kakak beradik yang dipimpin oleh Tonny Koeswoyo. Grup ini kemudian kembali mengganti namanya menjadi Koes Bersaudara. Dalam formasi yang baru ini, Yok berganti posisi menjadi bassis menggantikan peran John sekaligus tetap sebagai backing vocal selain dua orang itu Tonny kembali memegang alat musik gitar utama dan Yon memegang alat musik gitar ritme dan penyanyi. Grup ini meraih kesuksesan dalam beberapa album rekaman berikutnya selama beberapa tahun sebelum dipenjarakan oleh rezim Orde Lama Soekarno di Penjara Glodok pada tanggal 29 Juni 1965. Mereka dianggap memainkan lagu-lagu ngak-ngik-ngok (kebarat-baratan) yang terlarang masa itu. Mereka akhirnya dibebaskan pada tanggal 29 September 1965 (tepat sehari sebelum pecahnya Gerakan 30 September PKI). Selepas itu karier bermusik mereka kembali berjalan.
Dalam pengakuan Yok Koeswoyo di depan publik acara Kick Andy yang ditayangkan Metro TV (pada Kamis, 11 Desember 2008), terungkap sebuah fakta yang selama ini dirahasiakan. Bahwa sebenarnya mereka dimasukkan penjara pada masa itu sebagai bagian untuk menjadikan Koes Bersaudara sebagai intelijen tandingan (counter intelligence) di Malaysia. Saat itu, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. “Zaman dulu ada KOTI (Komando Operasi Tertinggi). Kami direkrut oleh dia-dia, komandannya Kolonel Koesno dari Angkatan Laut. Dibikin seolah-olah pemerintah yang ada tidak senang sama kami, lalu kami ditangkap. Dalam rangka ditangkap inilah kami nanti secara diam-diam keluar dan eksodus ke Malaysia. Di sana kami dipakai sebagai counter intelligence. Namun, pas keluar dari penjara pada tanggal 29 September, meletus G30SPKI,” cerita Yok.
Keluar dari Koes Bersaudara
suntingMeski meraih kesuksesan dalam bermusik, tetapi kehidupan anggota grup ini tetap dalam kesulitan ekonomi. Nomo Koeswoyo berinisiatif meninggalkan posisinya sebagai penabuh drum pada tahun 1969. Ia memilih berusaha sampingan di luar bidang musik sebagai pedagang untuk menghidupi keluarganya. Nomo disuruh memilih untuk fokus pada musik di Koes Bersaudara atau keluar. Nomo bersikap lebih pragmatis dan memiliki prinsip yang berbeda dengan sang kakak, karena saat itu ia telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak. Posisi drummer yang ditinggalkan Nomo Koeswoyo kemudian digantikan oleh Kasmuri (dikenal dengan panggilan Murry) yang berasal dari Surabaya. Murry adalah mantan pemain gitar melodi dan penabuh drum dari grup band Patas. Murry direkomendasikan oleh Yon kepada Tonny lewat temannya yaitu Tommy Darmo. Saat itu, Tommy Darmo hendak melamar menjadi drummer, tetapi permainan drumnya tak sesuai keinginan Tonny. Karena belum menemukan pemain drum yang pas, Tonny kemudian meminta tolong kepada Dimas Wahab (lahir 3 Maret 1946; bassist Phillon, Medenaz dan The Pro's sekaligus ayah tiga personel Bragi yakni Reza Ario Bima, Reinaldi Hutomo dan Rendi Khrisna) seorang pemain bass sahabat lamanya Dimas yang bernama Totok Adji Rachman atau biasa dikenal dengan nama Totok AR (3 September 1946 - 4 Mei 2017) yang merupakan mantan gitaris pertama dan penyanyi utama sekaligus pendiri dan pimpinan dari grup musik Phillon. Totok ternyata juga merekomendasikan Murry kepada Tonny. Yon pun kemudian meminta tolong Tommy Darmo untuk membawa Murry ke tempat mereka, karena Tommy kenal Murry sejak dari Surabaya.
Yok Koeswoyo sempat memprotes keras terhadap keputusan abangnya Tonny yang mengeluarkan Nomo dari band yang dipimpinnya. Ia pun memilih ikut mengundurkan diri sebagai wujud solidaritas terhadap kakak laki-laki ketiganya tersebut. Yok tak mau bergabung dengan band baru dengan orang luar di luar dinasti Koeswoyo.[1] Solidaritas kepada abangnya tersebut bahkan dilakukan dengan cara yang cukup tegas. Mereka tidak mengizinkan alat musik (milik keluarga Koeswoyo) yakni bass miliknya dan drum yang ditinggalkan Nomo untuk dimainkan oleh para pemain pengganti di luar keluarga Koeswoyo. Mereka mengatakan agar band dibubarkan saja. Lebih jauh, Yok dan abangnya Nomo bahkan sempat hampir menghajar Tommy Darmo dan Dimas Wahab yang dikira membawa Murry dan Totok AR.[2] Namun, Tonny tetap bersikukuh meneruskan kiprahnya bermusik dengan Yon. Posisi Yok sebagai pemain bass digantikan oleh bassist lain yang berasal dari luar keluarga Koeswoyo yakni Totok Adji Rachman (kawan lamanya Dimas Wahab). Tonny dikenalkan kepada Totok AR lewat temannya yang bernama Dimas Wahab. Tonny pun akhirnya mengubah nama band barunya menjadi Koes Plus. Mereka menghasilkan album pertama, Koes Plus Volume I yang dirilis pada tahun 1969.
Bergabung dalam Koes Plus
suntingYok akhirnya berubah pikiran dan bersedia bergabung dengan grup band Koes Plus menggantikan posisi Totok Adji Rahman sebagai bassist pada tahun 1970. Sejak itu, Yok tetap berada dalam grup Koes Plus yang di kemudian hari berhasil meraih kesuksesan menjadi salah satu grup legendaris di Indonesia. Bahkan Koes Plus seolah menjadi raja dalam dunia musik tanah air pada era 1970-an. Koes Plus melahirkan lebih dari 100 album dan sebagian besar menjadi lagu-lagu hits yang melegenda hingga saat ini.
Nama Koes Plus mulai dielu-elukan khalayak setelah tampil membawakan lagu "Derita" serta "Manis Dan Sayang" dalam acara Jambore Band di Istora Senayan November 1970. Saat itu Yok bersama Koes Plus tampil bersama band Panbers dan beberapa band sohor lainnya. Sejak itu popularitas Koes Plus seolah tak terbendung, menggelegar, dan merajai industri musik Indonesia. Terlebih setelah Koes Plus berpindah ke label Remaco yang dipimpin Eugene Timothy. Koes Plus akhirnya menjadi mesin hits yang terus dipacu tiada henti oleh Remaco. Dalam catatan pada tahun 1974 Koes Plus merilis sekitar 24 album yang berarti setiap sebulan sekali Koes Plus merilis 2 album.
Periode 1970-an seolah menjadi era mereka. Lagu-lagu mereka hits di tangga lagu Indonesia, dinyanyikan semua umur, seperti "Bujangan", "Muda-Mudi", "Kembali ke Jakarta", dan lainnya. Mereka juga menjadi bintang iklan beberapa produk: minuman ringan F&N, mobil Toyota Kijang, sampul buku tulis dan lain-lain. Bahkan grup ini berhasil merilis lebih dari 100 album berbagai jenis aliran musik seperti Pop, Dangdut, Melayu, Keroncong, Jawa, Folksong, Rock, Bosanova, Qasidah, Rohani Natal, Pop Anak-Anak dan aliran musik lainnya. Lagu-lagu mereka banyak yang menjadi hits yang melegenda sepanjang masa hingga saat ini.[3]
Dalam Grup Koes Plus, selain menjadi bassist dan backing vocal Yok juga ikut menciptakan lagu dan bernyanyi. Beberapa lagu yang dinyanyikannya di antaranya adalah "Kolam Susu", "Why Do You Love Me", "Tul Jaenak", Nusantara 3, Nusantara 5, Nusantara 8 dan lain-lain. Suara Yok sangat tinggi, banyak lagu yang dinyanyikannya kerap menggunakan nada-nada yang cukup tinggi, seperti pada lagu "Jemu" dan "Da Da Da" dan lain-lain. Yok punya suara yang paling rendah dan paling tinggi dalam Koes Plus. Ia tak pernah masuk pada suara pals tatkala lagu menuju ke nada tinggi.
Membantu No Koes
suntingMeski secara resmi Yok tergabung dengan Koes Plus, tetapi kedekatan Yok dengan abangnya Nomo tidak surut karena persaingan di antara kedua band papan atas saat itu. Yok beberapa kali membantu group No Koes sebagai pemain bass untuk mengisi beberapa lagu group No Koes. Bahkan ia juga kerap menyumbangkan lagu ciptaannya untuk abangnya Nomo. Lagu Yok dinyanyikan dengan baik dalam album-album No Koes. Kedekatannya dengan Nomo juga berlanjut dengan rekaman album anaknya Sari Yok Koeswoyo yang direkam di studio Lieman milik Nomo.
Blo’on Group
suntingDi sela kevakuman Koes Plus pada periode tahun 1970-an, Yok sempat menjadi pemain gitar utama untuk mendirikan sebuah band bernama Blo'on Group . Lagu-lagu mereka umummya bernuansa jenaka. Grup yang diasuh oleh Yok ini beranggotakan Nadjib Oesman (eks pemain keyboard band Cockpit), Jimmy (rhythm guitar), Imam (drum), Agus (bass) dan Doel Kamdi (S.Kamdi) seorang pelawak anggota Trio Ceking sebagai vokalisnya. Grup ini sempat merekam beberapa albumnya di Yukawi Record dengan sponsor langsung dari Nomo Koeswoyo. Album pertama bergenre lagu Pop Indonesia. Sedangkan album kedua seri Pop Jenaka antara lain lagunya Pelawak Tua, Tukang Sate dan lain-lain.
Reuni Koes Bersaudara
suntingTahun 1976-1977, terjadi penurunan dalam pencapaian target pemasaran album-album Koes Plus. Produser rekaman Remaco tempat mereka bernaung yang bernama Eugene Timothy menyarankan untuk mencoba menghidupkan lagi Koes Bersaudara. Juga atas desakan keluarga yang sangat berharap dualisme band keluarga Koeswoyo yakni Koes Plus pimpinan Tonny Koeswoyo dan band No Koes yang dimotori Nomo Koeswoyo dapat diakhiri dengan persatuan kembali. Begitu pula adanya usulan penggemar Koes Bersaudara yang masih mengingat masa kejayaan group itu pada era 1960-an. Usulan tersebut akhirnya diterima oleh Tonny Koeswoyo dan ia pun mengumpulkan ketiga adiknya untuk memulai era baru Koes Bersaudara.
Awal tahun 1977, Tonny Koeswoyo akhirnya bersedia menghidupkan kembali group musik Koes Bersaudara yang telah dikuburnya sejak tahun 1969. Ia memanggil kembali adiknya Nomo untuk kembali bersatu sebagai sebuah grup musik bersama adiknya Yon dan Yok. Keempat Koeswoyo bersaudara ini pun bertemu dan menyetujuinya. Kemunculan mereka ditandai lagu Kembali yang direkam di album Koes Bersaudara Seri Perdana tahun 1977. Lagu tersebut menjadi hits pada masa itu bahkan menjadi salah satu lagu pamungkas yang melegenda hingga kini. Yok pun menyumbangkan sebuah lagunya berjudul Tertunda, yang mengisyaratkan keharuannya akan reuni bersama ini. Kebersatuan mereka ini juga mendapat dukungan penuh dari keluarga besar Koeswoyo. Ayah mereka, Koeswoyo Sr. ikut menyumbangkan lagu berjudul Demi Cinta. Begitu pula abang tertua mereka John Koeswoyo berkontribusi dengan sebuah lagu berjudul Haru dan Bahagia yang digarapnya bersama adiknya Yon. Nomo pun turut menggubah sebuah lagu berjudul Ayah yang mengungkapkan rasa hormatnya pada sang ayah yang berperan besar dalam menyatukan mereka.
Kesuksesan album ini kemudian diikuti 4 buah album berikutnya hingga tahun 1978. Dalam reuni ini, seluruh personel ikut menyumbangkan lagu dan sebagian menyanyikan sendiri lagu-lagu ciptaannya. Koes Bersaudara mulai era ini mencirikan setiap personelnya membuat lagu dan umumnya menyayikan sendiri lagu ciptaannya. Namun album-album berikutnya tak begitu sukses di pasaran. Popularitas grup Koes Plus yang sudah begitu kuat pada era 1970-an tak bisa diimbangi oleh kembalinya Koes Bersaudara yang pernah populer pada era 1960-an. Grup ini akhirnya bubar secara tak resmi, Yok bersama abangnya Tonny dan Yon, serta Murry kembali mengusung Grup Koes Plus.
Tahun 1979-1980, Koes Bersaudara mencoba kembali bersatu dengan melempar 2 buah album. Dukungan keluarga bahkan terlihat dengan adanya sumbangan beberapa lagu dari adik bungsu mereka yakni Ninoek Koeswoyo. Namun penjualan album-album ini tak begitu sukses di pasaran. Grup ini pun kembali vakum selama beberapa tahun kemudian. Yok bersama kedua abangnya kembali kepada grup Koes Plus, sedangkan Nomo berkarier sebagai penyanyi solo dan kembali menekuni bisnisnya yang cukup sukses di kala itu.
Pada tahun 1986, Yok bersama ketiga abangnya kembali bersatu dalam band Koes Bersaudara. Mereka mampu mengeluarkan 6 buah album pada tahun 1987. Grup ini sempat meraih kesuksesan dengan lagu "Kau Datang Lagi" pada album yang sama yang direkam tahun 1987. Namun kebersamaan itu tak berlangsung lama. Karena pada tahun 1987 itu pula, sang kakak Tonny Koeswoyo meninggal dunia karena penyakit kanker usus yang dideritanya. Sepeninggal Tonny, Koes Bersaudara masih sempat mengeluarkan 8 buah album pada tahun 1988 dan 2 buah album pada tahun 2000.
Sebelum meninggalnya Tonny, Koes Bersaudara sempat merilis album “Dia Permata Hatiku” dan tampil bersama 2 junior mereka yang menjadi penyanyi cilik populer masa itu yakni keponakannya Chicha Koeswoyo dan anaknya Sari Yok Koeswoyo di acara Selekta Pop Artis Safari TVRI.
Koes Plus pasca meninggalnya Tonny Koeswoyo
suntingYok Koeswoyo masih sempat mengikuti perjalanan karier bermusik Koes Plus pasca wafatnya Tonny Koeswoyo pada tahun 1987 hingga tahun 1997. Beberapa album telah mereka selesaikan dengan beberapa kali perubahan pada formasi anggota Koes Plus. Di penghujung tahun 1997, Yok memutuskan untuk beristirahat dari dunia musik, secara informal ia tidak lagi melibatkan dirinya dalam band Koes Plus. Meski demikian ia tidak meninggalkan sama sekali dunia musik yang telah ditekuninya sejak tahun 1962. Kadang-kadang hadir di pentas-pentas musik nostalgia bersama Koes Plus dengan berbagai formasi atau Koes Bersaudara pasca wafatnya Tonny Koeswoyo.
Kepioniran Yok dalam Bermusik
suntingSalah satu lagu ciptaan Yok yang melegenda hingga saat ini adalah Kolam Susu yang mengisahkan kekayaan tanah air Indonesia. Karena lagu tersebut dan beberapa lagu seri Nusantara ciptaannya, Yok paling banyak mendapatkan penghargaan berupa piring emas dan piala. Lagu-lagu ciptaan Yok juga banyak didaur ulang oleh penyanyi pada era berikutnya. Misalnya Lagu Pop Jawa Tul Jaenak sempat dipopulerkan kembali oleh Group Lawak terkenal era 1970-80-an Bagio CS dan Didi Kempot pada tahun 1990-an. Ia juga kerap menciptakan lagu untuk Koes Plus yang menggunakan bahasa Inggris seperti How Much I Love You, Tears are Falling, We Love Each Other, dll. Salah satu lagu berbahasa Inggris ciptaannya sempat populer di Australia berjudul Why Do You Love Me Juga sebuah lagu berbahasa Prancis berjudul Vivre Heureux pada tahun 1978.
Permainan bass Yok pun banyak mendapat pujian. Di antaranya adalah dari Alex & Yakub (Kembar Groups) menyebut bahwa gembong Koes Plus sesungguhnya adalah Yok Koeswoyo. “Dialah yang menciptakan beat dalam Koes Plus selama ini.”[4]
Kehidupan pribadi dan sosial
suntingPada masa mudanya ia sempat berpacaran dengan seorang wanita bernama Cori Louise, tetapi tak berlanjut. Yok menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Maria Sonya Tulaar, seorang wanita asal Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara. Wanita ini sempat dipuja oleh Yok dalam album Koes Plus vol.V dengan lagu “Sonya”. Dari pernikahan beda agama ini ia memperoleh 2 orang anak. Anak sulungnya bernama Sari Louise Herning Hapsari (Sari Yok Koeswoyo) yang mengikuti jejaknya sebagai penyanyi dan aktris. Nama Louise diberikannya sebagai kenangan atas nama bekas pacarnya. Anak keduanya bernama Alm. Rangga Panji (Angga Koeswoyo) yang sempat menjadi pemain gitar dari grup band Junior (Koes Plus Junior). Maria Sonya Tulaar meninggal pada hari Rabu tanggal 26 Desember 1973 karena kecelakaan lalu lintas pada saat mereka baru pulang berlibur pasca merayakan Natal. Kesedihan atas kehilangan istrinya ini sempat ia torehkan dalam sebuah lagu yang berjudul "Maria". Lagu ini seolah menjadi penutup dari lagu berjudul Sonya yang pernah dirilisnya bersama Koes Plus pada tahun 1971.
Sepeninggal Maria, Yok kemudian menikah lagi dengan seorang wanita Prancis yang bernama Michelle Beguin. Pernikahan kedua ini tidak memperoleh anak. Sang istri berkomitmen untuk lebih fokus merawat dan membesarkan anak-anak Yok sebagai anak kandungnya sendiri.
Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, Yok pun kerap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membantu perekonomian keluarga abang tertuanya Jon yang banyak berjasa pada permulaan berkecimpungnya mereka dalam dunia musik. Setelah mengundurkan diri dari band Koes Plus pada paruh kedua dekade 1990-an, Yok kini lebih banyak beristirahat. Ia juga menekuni kehidupan sebagai petani di Banten. Namun sesekali ia masih tampil bersama abangnya dalam pertunjukan show legendaris Koes Plus ataupun Koes Bersaudara.
Filmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Peran | Keterangan |
---|---|---|---|
1972 | Bing Slamet Setan Djalanan | Sebagai Koes Plus | |
1973 | Ambisi | ||
2024 | Koesroyo: The Last Man Standing | Yok Koeswoyo | Dokumenter Biografi |
Instrumen
suntingReferensi
sunting- ^ https://nadatjerita.wordpress.com/tag/sejarah-koes-plus/
- ^ http://seleb.tempo.co/read/news/2010/06/20/001256795/legenda-50-tahun-koes-plus-wawancara-yon-koeswoyo[pranala nonaktif permanen]
- ^ http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html
- ^ http://www.newsmusik.co/index.php/legend/item/1398-cerita-tentang-koes-plus/1398-cerita-tentang-koes-plus?start=25[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Sisa Laskar Koes Bersaudara Diarsipkan 2008-05-06 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Kumpulan album Koes Plus dan Koes Bersaudara Diarsipkan 2012-11-28 di Wayback Machine.
- (Indonesia) “Kisah dari Hati Koes Plus, Tonggak Industri Musik Indonesia” penulis: Ais Suhana, Cetakan I April 2014
- (Indonesia) “Biografi Koes Plus “Dheg Dheg Plas” penulis: Denny Sakrie, 2012