Rhoma Irama

musisi dan pemeran laki-laki asal Indonesia
Revisi sejak 16 Desember 2024 23.52 oleh Muhammad Bambang Pacul (bicara | kontrib) (Film)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Raden Oma Irama atau yang lebih dikenal sebagai Rhoma Irama (lahir 11 Desember 1946) adalah seorang penyanyi, musikus, penulis lagu, produser dan aktor Indonesia berdarah Sunda. Beliau lahir tahun 1946, menjadikan Rhoma Irama sebagai penyanyi tertua di Indonesia.

Rhoma Irama
Rhoma Irama saat berceramah di Palembang, 2015
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Masa jabatan
1 Oktober 1997 – 1 Oktober 1999
PresidenSoeharto
B.J. Habibie
Grup parlemenFraksi Golkar
Daerah pemilihanJakarta I
Informasi pribadi
Lahir
Raden Irama

11 Desember 1946 (umur 78)
Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Partai politikPPP[1]
Partai Islam Damai Aman (2015–2018)
Suami/istri
Anak5, termasuk Debby Irama, Vicky Irama, dan Ridho Rhoma
Pekerjaan
Tanda tangan
Situs webrhomairama.info
Karier musik
Nama lainRaja Dangdut & pendakwah
GenreDangdut
Instrumen
Tahun aktif1958–sekarang
Label
Artis terkait
IMDB: nm1172350 Facebook: RI.rhomairama X: rhoma_official Instagram: rhoma_official Youtube: UCTgu78pYt2h1N87lHwT0Vpw Musicbrainz: 52b05083-8e51-44bb-be29-704db4de1aac Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mulai akhir 1960-an, ia memulai karir musiknya sebagai Rhoma Irama sebagai bagian dari band pop Orkes Melayu Purnama, merintis beberapa elemen musik dangdut. Dia kemudian membentuk bandnya Soneta Group, mencapai banyak kesuksesan musik dengan gaya dangdut inovatif yang menggabungkan pengaruh Barat, Melayu, dan Bollywood.

Dari akhir 1970-an, ia mulai berubah menjadi gaya yang lebih berorientasi Islam, memimpin budaya musik populer yang saleh[2]. Selama puncak ketenarannya di tahun 1970-an, ia dijuluki "Raja Dangdut" dengan Grup Soneta-nya.[3]

Ia juga membangun karirnya di industri film. Ia juga aktif di arena politik, dengan riwayat bergabung dengan kampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Karier

sunting

Karier bermusik

sunting

Awal kariernya di dunia hiburan, ketika mulai dikenal sebagian bintang film kanak-kanak. Djendral Kantjil, sekitar tahun 1958. Kariernya di musik dimulai sejak ia usia 11 tahun, Rhoma sudah menjadi penyanyi, gitaris, pimpinan dan musisi ternama setelah jatuh bangun ia menjadi penyanyi, gitaris ritme dan pimpinan dalam mendirikan band musik, mulai membentuk band Tornado bersama kakaknya Benny Muharam menjadi penyanyi, gitaris utama dan tiga orang tahun 1959. Rhoma dan Benny penyanyi duet itu adalah Everly Brothers, dua penyanyi Inggris bersaudara yang kembar. Rhoma dan Benny adalah penyanyi duet dan twin dari gaya Everly Brothers di Tornado. Kemudian ia menjadi gitaris utama, penyanyi dan pimpinannya yang menggantikan posisi kakaknya Benny Muharam yang sudah keluar ketika Tornado memutuskan untuk dibubarkan saja. Tornado menjadi membentuk Gayhand saja tahun 1963. Selain penyanyi, Rhoma juga pernah terjun di dunia akting. Ia menjadi pemeran pembantu dengan penyanyi dan bermain gitar melodi bersama Gayhand dalam dua film Madju Tak Gentar dan Langkah-Langkah di Persimpangan pada tahun 1965. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film-film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. "Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tetapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, "Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock". Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda.

Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. "Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma," begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.

Karier akting

sunting

Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, "Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Karier politik

sunting

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Pendidikan

sunting

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. "Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.

Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan kurang lebih 1000 buah lagu dan bermain di lebih 20 film.

Pada tanggal 11 Desember 2007, Rhoma merayakan ulang tahunnya yang ke 61 yang juga merupakan perayaan ultah pertama kali sejak dari orok, sekaligus pertanda peluncuran website pribadinya, rajadangdut.com.[4]

Instrumen dalam bermusik

sunting

Sepanjang lebih dari 50 tahun kariernya, ia terkenal sebagai penyanyi yang sering sekali bergonta-ganti gitar, dan hebatnya gitar yang ia pakai bukanlah gitar sembarangan. Ketika musik Rock N' Roll dan Dangdut masih dianggap kampungan baik karena lagu-lagunya, gaya penyanyinya, maupun instrumen alat musiknya pada tahun 60-an dan 70-an, Rhoma Irama justru melawan anggapan tersebut yang ditandai dengan revolusi musik Dangdut. Revolusi yang tidak hanya mencakup irama Dangdut dan gaya bermusiknya, tapi juga instrumen yang digunakan terutama gitar.

Sepanjang kariernya Rhoma hanya menggunakan 4 merk gitar saja yaitu Gibson, Fender, Rickenbaker dan Steinberger

Gibson Es-330

sunting

Gitar ini digunakan pertama kali Rhoma Irama dipakai Gibson Es-330 di Tornado saat membentuk awal kariernya, sekitar tahun 1959 sampai 1963.

Gibson Les Paul Standard

sunting

Setelah mendirikan Gayhand Rhoma Irama beralih ke Gibson Les Paul Standard yang berwarna gold top di Gayhand pada album Volume 1 (1965), Volume 2 (1966), Volume 3 (1967)

Fender Telecaster Deluxe

sunting

Gitar ini digunakan Rhoma Irama di saat berambut gondrong, sekitar tahun 1970-an.

Fender Stratocaster CBS

sunting

Setelah mendirikan soneta Rhoma Irama beralih ke Fender Stratocaster era CBS yang berwarna natural wood ditempeli Stiker SONETA pada body depannya.

Rickenbacker 481

sunting

Sebuah gitar yang langka, dipakai oleh Rhoma Irama untuk membawakan lagu "Laailahaillallah" dalam film Raja Dangdut.

Fender Stratocaster Anniversary 25th

sunting

Gitar Stratocaster Anniversary ini merupakan gitar yang banyak mencetak lagu-lagu hit Rhoma Irama bersama Soneta.

Fender Stratocaster CBS White

sunting

Gitar ini digunakan Rhoma Irama, dan banyak terlihat dalam film Camelia, Perjuangan dan Doa, dan Melody Cinta.

Fender Stratocaster CBS Red

sunting

Konon Merupakan gitar andalan Rhoma Irama saat show pada akhir 1980 an. gitar ini pun dibawa ketika live di Kuala Lumpur pada tahun 1985. Gitar ini juga menjadi cover album Stop.

Steinberger GM1T

sunting

Gitar yang didapatkan dengan penuh perjuangan oleh Rhoma Irama dan sebagai Trademark dari Raja Dangdut

Setelah Fender dan beberapa gitar merk lain, Rhoma lantas beralih ke Steinberger, sebuah gitar headless yang dibelinya di Hong Kong pada 1980, saat ia menjalani sebuah syuting film. Kala itu ia melihat gitar ini menggantung di sebuah etalase toko musik bernama Tom Lee Music Shop. Ia tertarik dan ingin membelinya, namun si penjual tidak melepasnya lantaran itu hanya prototype dan tidak dijual. Namun Rhoma tidak patah arang, selama tiga hari berturut-turut ia kembali mendatangi toko itu. Dan di hari ketiga, saat si penjual sedang membaca majalah Asiaweek dia langsung terkejut melihat ada Rhoma Irama yang dinobatkan sebagai ‘Southeast Asia Superstar’ oleh majalah tersebut.

”Ini kamu?!” tanya penjual gitar sambil menunjuk foto saya di dalam majalah,” kenang Rhoma. Saya jawab, “Iya.”

“Wah…kalau gitu saya harus telepon Ned Steinberger sekarang. Halo Tuan Steinberger, ini ada Southeast Asia Superstar minta gitar sampel yang ada di toko…” Hahaha…dan saya langsung dikasih dengan harga sekitar 20 jutaan rupiah waktu itu. Sampai sekarang gitar itu masih saya pake. Dan sekarang saya udah punya tiga gitar Steinberger; 2 warna hitam dan 1 warna putih. Saya juga pernah beli sepasang yang seri Spirit tapi kurang enak. Kalau yang sekarang saya pake enak banget, fretnya 24 lebih panjang dari Fender, necknya juga lebih kecil dan pas buat tangan saya. Dari segi sound juga lebih cocok,” [1] Diarsipkan 2017-05-19 di Wayback Machine.

Gitar ini pun sering di modifikasi oleh Rhoma Irama. Awalnya memiliki satu pick up dan kini menjadi 2 pick up sehingga mirip dengan Steinberger GM2 series adapula gitar Steinberger yang dimodif menggunakan Pick Guard putih dan kini menjadi hitam

Steinberger GP2S "Aswad"

sunting

Merupakan Steinberger ke 2 Rhoma Irama yang digunakan ketika Steinberger GM1T yang masih satu pick up soundnya kurang cocok. Gitar ini diberi nama Aswad di Film Menggapai Matahari. Gitar ini pun pernah di pakai menjadi Rythm di klip Judi dan Haram setelah Steinberger GM1T selesai diperbaiki.

Steinberger Custom Rhoma Irama

sunting

Merupakan Gitar Steinberger ke 3 yang digunakan Rhoma Irama. Memiliki konfigurasi pick up Single coil. Gitar ini digunakan pada Klip Setan pasti kalah di film Tabir Biru. Gitar ini buatan Pak De Yanto (teknisi khusus gitar Rhoma Irama) yang brandnya tertulis "Rhoma Irama" di bagian atas body gitar.

Soneta Record "SR" Guitar

sunting

Merupakan gitar custom yang dijadikan properti oleh Rhoma Irama. Gitar ini tak pernah dipakai live karena memang kapasitas gitar ini hanya sebagai assessoris.

Steinberger GU-7 Deluxe

sunting

Gitar ini gitar yang dipakai pada tahun 2000-an. Steinberger ini buatan Korea "Music Yo" Steinberger ini merupakan gitar Steinberger ke 4 Rhoma Irama. Gitar ini pun sudah tidak dipakai.

Steinberger GM2S

sunting

Steinberger yang menjadi teman Steinberger Hitam saat manggung. Gitar ini sempat di warna full putih.

Steinberger GM4T Koa Rose Limited Edition.

sunting

Steinberger yang baru dipinang tahun 2019, Gitar limited edition buatan tahun 1989 ini merupakan gitar langka, Body nya berbahan kayu koa (yang biasanya kayu Alder) dan neck nya berbahan graphite. Gitar tipe ini produksinya hanya satu tahun saja, yaitu sejak 1989-1990.

konfigurasi pickupnya 2 single coil dan 1 humbucker, originalnya hanya ada 2 knob. (milik pak haji sudah di modifikasi 3 knob dan 1 toggle switch).

Bridge gitarnya pun tipe TransTrem.

Efek Maxon MB Series

sunting

Pada awal karier Rhoma Irama sering menggunakan efek jenis booster merk Maxon keluaran jepang. Efek ini dikenal dengan nama "Booster tempel" karena cara memakainya ditempelkan langsung ke Ouput Jack gitar. Efek ini memiliki sound yang sangat khas ketika di pasang ke Stratocaster. Efek ini pernah digunakan untuk Steinberger GP2S.

Kontroversi

sunting
Berkas:Rhomadangusdur.jpg
Rhoma Irama bersama Gus Dur sedang membahas masalah Inul Daratista terkait goyang erotisnya tahun 2003.
  • Pada tahun 2003, Rhoma kembali menjadi sorotan media karena mengkritik Inul Daratista, penyanyi dangdut yang sedang naik daun karena mengandalkan gaya tarinya yang dianggap mesum. Rhoma dengan mengatas-namakan organisasi PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), menentang peredaran album Goyang Inul yang dirilis Blackboard pada akhir Mei 2003. Pada saat itu Rhoma Irama kemudian dikecam sebagai seorang munafik oleh pendukung Inul.
  • Juga pada tahun 2003, Rhoma dalam sebuah pengerebekan, tertangkap basah sedang berduaan di apartemen Angel Lelga, sekitar jam 11-4 pagi. Pengerebekan ini banyak ditayangkan media infotainment, dan menjadi permulaan turunnya pamor raja dangdut ini. Kejadian ini disanggah Rhoma dengan berdalih bahwa ia hanya memberikan nasihat dan petuah agar menghindarkan Angel Lelga dari jurang kenistaan, setelah beberapa waktu kemudian Rhoma mengakui bahwa ia sebenarnya telah menikah dengan Angel Lelga.
  • Pada November 2005, tayangan Kabar-kabari memberitakan Rhoma Irama mengatakan GIGI adalah band frustasi dan tidak kreatif. Komentar tersebut berhubungan dengan kesuksesan album rohani Raihlah Kemenangan yang dirilis GIGI. Menurut Rhoma, album yang sepenuhnya berisi lagu aransemen ulang itu mengesankan kelompok musik tersebut sebagai band yang frustasi dan tidak kreatif. Berita ini kemudian disanggah oleh Rhoma. (Sebenarnya berita ini sudah diralat, setelah Rhoma Irama mengirimkan protes ke meja redaksi RCTI dan manajemen acara infotaintment KABAR-KABARI. Berita ini beredar karena kesalahan narator dalam menanggapi berita tentang pernyataan Rhoma Irama. Dan Rhoma Irama sendiri dengan band GIGI tidak ada masalah dan "santai" saja.[5]
  • Pada Januari 2006, kembali Rhoma di hadapan anggota DPR mengeluarkan pernyataan menentang aksi panggung Inul, dalam dengar pendapat pembahasan RUU Antipornografi antara DPR dan kalangan artis.
  • Pada Juli 2012, dalam sebuah ceramah di sebuah masjid di Jakarta, Rhoma Irama dikecam atas ceramah yang mengandung isu SARA, berkaitan dengan Pemilukada DKI Jakarta putaran ke-2 yang sedang hangat dibicarakan pada waktu itu. Panitia Pengawas Pemilu memeriksa Rhoma atas pernyataan kontroversial yang menuai kecaman di media massa dan internet, namun kemudian dinyatakan tidak bersalah.
  • Pada akhir tahun 2012, publik dikejutkan dengan pernyataan bahwa Rhoma Irama siap maju sebagai calon presiden 2014. Ia mengaku dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shihab, bahwa ia maju atas dorongan berbagai ulama, dan juga "anak bangsa, khususnya Umat Islam". Walaupun beberapa parpol sempat melirik Rhoma Irama sebagai calon presiden, berbagai kecaman terus bermunculan di media internet akibat pandangan politik yang menyinggung SARA.[6]

Pasangan hidup

sunting
  • Rhoma menikahi Titiek pada 11 Januari 1965, seorang wanita Nasrani yang menjadi muslim setelah dinikahinya, yang kemudian tanpa dikaruniai anak. Rhoma akhirnya bercerai dengan Titiek pada tahun 1971.
  • Setelah bercerai dari Titiek, Rhoma menikahi Veronica pada 1971, juga seorang wanita Nasrani yang menjadi muslim setelah dinikahinya, yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby Verama Sari (18 Desember 1971), Fikri Rhoma Irama (30 September 1976), dan Romy (26). Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985.
  • Sebelum bercerai, sekitar setahun sebelumnya, Rhoma menikahi Ricca Rachim, juga seorang wanita Nasrani yang kemudian menjadi muslim setelah dinikahinya — lawan mainnya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri. Rhoma mempunyai anak kandung dari wanita bernama Marwah Ali yang menikah dengan Rhoma pada tahun 1986 yaitu Ridho.[7][8]
  • Pada tanggal 2 Agustus 2005, Rhoma mengumumkan telah menikahi artis sinetron Angel Lelga secara siri pada 6 Maret 2003, namun hari itu juga ia menceraikannya.
  • Veronica sempat menikah kembali (1991) kemudian sang suami yang seorang pejabat meninggal, Veronica sendiri meninggal tepat pada Tahun Baru 2006 dengan mengalami berbagai penyakit, anak-anaknya mengakui pada pers selama Veronica sakit Rhoma Irama lah yang menanggung semua biaya perawatan hingga ke Singapura mengingat Veronica bukan lagi artis yang produktif dan telah menjadi janda karena suaminya telah meninggal. Keluarga mencatat bahwa Rhoma tetap berperan dalam keluarga tersebut.
  • Pada saat Rhoma Irama digerebek oleh wartawan di Apartemen bersama Angel Lelga sebenarnya keduanya telah menikah secara siri, otak di balik pengerebekan tersebut adalah Yati Octavia dan suaminya Pangky Suwito yang juga tinggal di Apartemen Semanggi dan turut hadir bersama wartawan pada saat pengebrekan.[9]

Pendidikan

sunting

Diskografi

sunting

Album (Pop)

sunting
  • Volume 1 [Tornado] (1962)
  • Volume 1 [Gayhand] (1965)
  • Volume 2 [Gayhand] (1966)
  • Volume 3 [Gayhand] (1967)
  • Djangan Kau Marah [The Galaxies] (1967)
  • Di Rumah Sadja [Zaenal Combo] (1967)
  • Sip Sipan Bedue [Zaenal Combo] (1967)
  • Djangan Dekati Aku [Zaenal Combo] (1968)
  • Biarkan Aku Pergi [Zaenal Combo] (1968)
  • Aneka Lagu² Pop Vol. 1 [The Galaxies/Zaenal Combo] (1968)

Album (Melayu)

sunting
  • Pelita Hidup [OM. Candraleka] (1967)
  • Djangan Putus Asa [OM. Purnama] (1968)
  • Ke Bina Ria [OM. Purnama] (1968)
  • Aku Saudaramu [OM. Purnama] (1969)
  • Kepasar Minggu [OM. Purnama] (1969)
  • Malam Cemerlang [OM. Purnama] (1970)
  • Malam Gembira [OM. Purnama] (1970)
  • Usah Diganggu [OM. Purnama] (1970)
  • Cukup Satu [OM. Purnama] (1972)
  • Melodi Cintaku [OM. Purnama] (1973)
  • Kisah Dibulan Juni [OM. Purnama] (1973)
  • Pendekar Melayu [Zaenal Combo] (1971)
  • Di Dalam Bemo [OM. Pancaran Muda] (1971)
  • Django [OM. Prahasta] (1971)
  • Sayonara/Anak Pertama [El Sitara] (1972)
  • In Dan Dip [El Sitara] (1972)
  • Tukang Ramal [El Sitara] (1972)
  • Bertamu [OM. Sagita] (1972)
  • 1 Antara 2 [OM. Sagita] (1972)

Album (Dangdut)

sunting
  • Ratu dan Radja (1972)
  • Pemburu (1973)
  • Risalah Penyanyi (1973)
  • Janda Kembang (1973)
  • Tiada Lagi (1973)
  • Dangdut (1974)
  • Berbulan Madu (1974)
  • Joget (1974)
  • Berpacaran (1974)
  • Ke Monas (1974)
  • Gelandangan (1975)

Album (Volume)

sunting
  • Soneta Vol. 1 - Begadang (1975)
  • Soneta Vol. 2 - Penasaran (1975)
  • Soneta Vol. 3 - Rupiah (1975)
  • Soneta Vol. 4 - Darah Muda (1976)
  • Soneta Vol. 5 - Musik (1976)
  • Soneta Vol. 6 - 135.000.000 (1976)
  • Soneta Vol. 7 - Santai (1977)
  • Soneta Vol. 8 - Hak Azazi (1978)
  • Soneta Vol. 9 - Begadang 2 (1978)
  • Soneta Vol. 10 - Sahabat (1979)
  • Soneta Vol. 11 - Indonesia (1981)
  • Soneta Vol. 12 - Renungan Dalam Nada (1982)
  • Soneta Vol. 13 - Emansipasi Wanita (1984)
  • Soneta Vol. 14 - Judi (1988)
  • Soneta Vol. 15 - Gali Lobang Tutup Lobang (1989)
  • Soneta Vol. 16 - Bujangan (1994)

Movie Soundtrack

sunting
  • Oma Irama Penasaran (1976)
  • Gitar Tua Oma Irama (1977)
  • Darah Muda (1977)
  • Begadang (1978)
  • Berkelana I (1978)
  • Berkelana II [Piano] (1978)
  • Raja Dangdut (1979)
  • Cinta Segitiga [Lain Kepala Lain Hati] (1979)
  • Camelia (1979)
  • Perjuangan dan Doa (1980)
  • Melodi Cinta (1980)
  • Badai di Awal Bahagia (1981)
  • Sebuah Pengorbanan (1982)
  • Satria Bergitar (1983)
  • Cinta Kembar (1984)
  • Pengabdian (1984)
  • Kemilau Cinta di Langit Jingga (1985)
  • Menggapai Matahari I (1986)
  • Menggapai Matahari II (1987)
  • Nada-Nada Rindu [Riza Umami] (1987)
  • Bunga Desa (1988)
  • Jaka Swara (1990)
  • Nada dan Dakwah (1991)
  • Tabir Biru (1993)
  • Sajadah Ka'bah (2011)

Album (Special)

sunting
  • Sekar Catur [OGSS. Bhinneka Tunggal Ika] (1971)
  • Idih Papa Genit [Debby Irama] (1976)
  • Remaja dan Bulan [Naviri] (1977)
  • Cok Kaligacok [Debby Irama] (1977)
  • Tak Berdaya (1980)
  • Ya Jamilah [OG. Alfata] (1983)
  • Bul Bul [OG. Alfata] (1983)
  • Anak Yang Malang (1986)
  • Nada-Nada Rindu [Elvy Sukaesih] (1988)
  • Renungkan [Kharisma/Sagita] (1988)
  • Sahar Talail [OG. Al Badr] (1988)
  • Kabar dan Dosa [Kharisma/Sagita] (1989)
  • Purnama (1993)
  • Sifana (1994)
  • Gulali (1995)
  • Partai Idaman (2015)

Mini Album

sunting
  • Lebaran / Takbiran (1984)
  • Tiga Bencana / 5 Milyar [OG. Al Badr] (1989)
  • Salawat Nabi (1991)
  • Puja / Wahai Pesona (1997)
  • Azza / Gala Gala (2010)
  • Virus Corona / Corona Virus (2020)

Album (Assosiated)

sunting
  • Parade 111 Bintang Gemerlap [All PAMMI] (2006)
  • Eist.. [Fairuz] (2017)

Single

sunting
  • Pemilu (1982)
  • Persaingan (1986)
  • Kehilangan Tongkat (1993)
  • Rana Duka (1994)
  • Stress (1995)
  • Viva Dangdut (1996)
  • Reformasi (1998)
  • Kampung Dangdut (2006)
  • Rabbana (2018)
  • Akhlak (2019)
  • Mahiteli (2021)
  • Rela (2021)
  • Cinta Dalam Khayalan (2022)

Album [Single+Remake]

sunting
  • Haji [1988] (1991)
  • Mirasantika (1997)
  • Euforia (1999)
  • Jana Jana (2008)
  • Boxset Special 50 Tahun Soneta (2020)

Remake [Album]

sunting
  • 17 Soundtrack Naviri [Modern / Laaillahailallah] (1989)
  • Haram 90 (1990)
  • Stop [JMFI 1991] (1991)
  • Syahdu 2001 (2001)
  • Asmara [Terajana '03] (2003)
  • Virus Corona / Rabbana [Anissa Rahman] (2020)

Remake [Single]

sunting
  • Haram [Asean Pop Singer Festival] (1981)
  • Baca [Derita Tiada Akhir '95] (1995)
  • Kurang Garam [Risalah Penyanyi '14] (2014)
  • Tulus Hati Luhur Budi [Rita Sugiarto] (2020)
  • Dosa Yang Menghantui [Anissa Rahman] (2021)
  • Andai Kau Tahu/Laa Illaha Ilallah [Ungu] (2022)
  • Pementasan Soneta 82 [Std Tambak Sari Surabaya] (1983)
  • Live Soneta Show [Std Negara Kuala Lumpur] (1985)
  • Live Show Soneta [Std Negara Kuala Lumpur] (1992)
  • Live at Syncronize Fest 2018 (2019)

Filmografi

sunting

Sebagai aktor

sunting
Tahun Judul Peran Catatan
1965 Madju Tak Gentar
Langkah-Langkah di Persimpangan
1975 Krisis X
1976 Oma Irama Penasaran Oma
1977 Gitar Tua Oma Irama
Darah Muda Rhoma
1978 Rhoma Irama Berkelana I Rhoma/Budi
Rhoma Irama Berkelana II
Begadang Rhoma
Raja Dangdut
1979 Cinta Segitiga
Camelia
1980 Melodi Cinta Rhoma Irama Rhoma Irama
Perjuangan & Doa
1981 Badai di Awal Bahagia Rhoma
1982 Sebuah Pengorbanan
1983 Satria Bergitar
1984 Pengabdian
Cinta Kembar Rhoma Irama
1985 Kemilau Cinta di Langit Jingga
1986 Menggapai Matahari
Menggapai Matahari II
1987 Nada-Nada Rindu Rhoma/Zulfikar
1988 Bunga Desa Rhoma
1990 Jaka Swara Jaka Swara
1991 Nada & Dakwah Rhoma
1993 Tabir Biru
2010 Dawai 2 Asmara
2011 Sajadah Ka'bah

Sebagai pembuat film

sunting
Tahun Judul Dikreditkan sebagai Catatan
Komponis Penulis Produser
1977 Gitar Tua Oma Irama Ya Cerita Tidak
Darah Muda Ya Tidak Tidak
1978 Rhoma Irama Berkelana I Ya Cerita Tidak
Rhoma Irama Berkelana II Ya Cerita Tidak
Begadang Ya Cerita Tidak
Raja Dangdut Ya Cerita dan skenario Tidak
1979 Cinta Segitiga Tidak Cerita Tidak
Camelia Ya Cerita dan skenario Tidak
1980 Melodi Cinta Rhoma Irama Tidak Cerita dan skenario Ya
Perjuangan & Doa Ya Cerita dan skenario Ya
1981 Badai di Awal Bahagia Ya Cerita Tidak
1982 Sebuah Pengorbanan Ya Cerita dan skenario Ya
1983 Satria Bergitar Ya Cerita Tidak
1984 Pengabdian Ya Cerita dan skenario Tidak
Cinta Kembar Tidak Tidak Ya
1985 Kemilau Cinta di Langit Jingga Ya Tidak Tidak
1986 Menggapai Matahari Ya Tidak Tidak
Menggapai Matahari II Ya Tidak Tidak
1987 Nada-Nada Rindu Ya Skenario Tidak
1988 Bunga Desa Ya Tidak Tidak
1990 Jaka Swara Ya Skenario Tidak
2010 Dawai 2 Asmara Ya Tidak Produser eksekutif
2011 Sajadah Ka'bah Tidak Cerita Produser eksekutif Juga sebagai sutradara

Sinetron

sunting

Prestasi dan pengakuan

sunting
  • Tahun 1971, juara 1 lomba menyanyi tingkat ASEAN di Singapura.
  • Dekade 70-an, Rhoma banyak mendapatkan penghargaan puluhan Piringan Emas atau yang disebut Golden Record atas kesuksesan penjualan Kaset-kasetnya.
  • Agustus 1985, majalah Asia Week edisi XVI menempatkan Rhoma Irama sebagai Raja Musik Asia Tenggara, setelah memuat liputan pertunjukan Soneta Group di Kuala Lumpur.
  • Tahun 1992, Rhoma mendapatkan pengakuan oleh dunia musik Amerika, saat majalah Entertainment edisi Februari tahun tersebut mencantumkannya sebagai The Indonesian Rocker.
  • Akhir April tahun 1994, Rhoma Irama menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Mr. Tanaka dari Life Record Jepang di Tokyo. Sebanyak 200 buah judul lagunya akan direkam ke dalam bahasa Inggris dan Jepang, untuk diedarkan di pasar Internasional. Rencananya lagu-lagu tersebut akan dibuat dalam bentuk laser disc (LD) dan compact disc (CD).
  • Legenda Dangdut Indonesia, Anugerah Dangdut Indonesia tahun 1997
  • Pengaransemen Musik Terbaik lagu Euforia, TPI Awards tahun 2000
  • Special Legend of Music, Anugerah Music Indonesia RCTI tahun 2002.
  • 16 November 2007 Rhoma menerima penghargaan sebagai “The South East Asia Superstar Legend” di Singapura.
  • Bersama Elvie Sukaesih mendapatkan penghargaan dari Museum Dunia Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Raja dan Ratu Dangdut Indonesia.
  • 23 Desember 2007 Rhoma menerima Lifetime Achievement Award pada penyelenggaran perdana Anugerah Musik Indonesia (AMI) Dangdut Awards.
  • Album Begadang masuk dalam 150 Album terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stones.
  • Diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008
  • Rhoma telah menciptakan 1000 lebih lagu Dangdut, sekaligus memperoleh predikat pencipta lagu Dangdut terlaris.
  • Tahun 2009, Presiden SBY menganugerahkan penghargaan kepada Rhoma Irama sebagai Seniman Indonesia Terbaik.
  • Rhoma Irama meraih penghargaan dari Musium Rekor Indonesia / MURI, sebagai Penyanyi Legenda.
  • Mendapatkan gelar Profesor Honoris Causa dalam bidang musik yang diterimanya dari dua universitas berbeda, yaitu dari Northern California Global University dan dari American University of Hawaii, keduanya dari Amerika.
  • Nama Rhoma Irama diabadikan sebagai nama piala untuk 6 kategori permainan instrumen musik Dangdut.
  • Berdasarkan hasil survei yang diadakan oleh Reform Institute 2008, menempatkan Rhoma di atas penyanyi maupun grup-grup musik seperti: Ungu, Peterpan, Iwan Fals, maupun Dewa 19.
  • The South East Asia Superstar Legend di Singapura
  • Lifetime Achievement Awards 2011, SCTV.[10]
  • Lifetime Achievement Awards 2014, MNCTV Dangdut Awards 2014.[11]
  • Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM, 2014.[12]
  • Muslim Choice Awards, 2018.
  • Legenda Dangdut Paling Mantul, Anugerah Dangdut Indonesia 2019.

Penghargaan dan nominasi

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-19. Diakses tanggal 2022-09-04. 
  2. ^ Maribeth Erb, Priyambudi Sulistiyanto (2009). Deepening Democracy in Indonesia?: Direct Elections for Local Leaders (Pilkada). Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. p.219.
  3. ^ "Rhoma Irama". Diarsipkan dari versi asli tanggal February 17, 2010. Diakses tanggal February 27, 2010. 
  4. ^ Rayakan Ultah, Rhoma Irama Luncurkan Website, diakses 13 Desember 2007
  5. ^ "Gigi Sesalkan Komentar Rhoma Irama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-04. Diakses tanggal 2006-02-21. 
  6. ^ "Rhoma Irama Didaulat Jadi Capres 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-26. Diakses tanggal 2013-02-18. 
  7. ^ "Ridho Rhoma, Magnet Sang Pangeran Dangdut". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-04. Diakses tanggal 2010-09-17. 
  8. ^ Indonesia, PT Rilis Multimedia. "Inilah Istri-Istri Rhoma Irama, Ibunya Ridho Cantik..." RILIS.ID. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-03. Diakses tanggal 2017-08-03. 
  9. ^ "Menyibak Kelambu Pornografi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2007-05-21. 
  10. ^ "Penghargaan Rhoma Irama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-12. Diakses tanggal 2021-03-05. 
  11. ^ "Malam penganugerahan MNCTV Dangdut Awards 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-23. Diakses tanggal 2014-12-23. 
  12. ^ "Penghargaan Hak Cipta". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-08. Diakses tanggal 2015-02-01. 

Pranala luar

sunting