Museum Ne' Gandeng

museum di Indonesia

Museum Ne' Gandeng adalah museum yang terletak di Lembang Palangi, Kecamatan Balusu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.[1] Nama Museum Ne' Gandeng berasal dari nama salah satu tokoh masyarakat Toraja yang bernama Ne' Gandeng.[2] Museum Ne' Gandeng terdiri dari beberapa bangunan yang menerapkan gaya arsitektur Tongkonan.[3] Koleksi Museum Ne' Gandeng berupa batu menhir, patung Ne’ Gandeng, patung kerbau, dan gong belang.[2] Selain koleksi benda-benda bersejarah, Museum Ne' Gandeng juga memiliki pondok-pondok yang berbentuk rumah adat Toraja.[4] Museum Ne' Gandeng menjadi tempat wisata dan tempat upacara adat bagi masyarakat Toraja.[1] Museum Ne' Gandeng berada dalam kepemilikan dan pengelolaan dari Keluarga Besar Ne' Gandeng. Pendirian Museum Ne' Gandeng bertujuan untuk memberitahukan dan menyebarkan pengetahuan tentang budaya Toraja kepada masyarakat umum.[5]

Museum Ne' Gandeng
Peta
Didirikan1971
LokasiDesa Palangi, Kecamatan Sa’dan Balusu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan
JenisMuseum
Situs webhttps://disbudpar.sulselprov.go.id/page/budaya/92/museum-ne-gandeng

Sejarah

Museum Ne’ Gandeng dibangun sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap leluhur Suku Toraja.[4] Nama dari Museum Ne' Gandeng diambil dari nama salah satu tokoh masyarakat Suku Toraja yaitu Ne' Gandeng. Ia adalah seorang tokoh masyarakat di Lembang Malakiri. Ne' Gandeng dikenal sebagai seorang wanita pekerja keras dan bijaksana selama menjadi hakim adat. Selain itu, ia juga terkenal gigih dalam melestarikan adat dan budaya Toraja. Sosok Ne' Gandeng tersebut memberikan inspirasi bagi pendirian Museum Ne' Gandeng. Pendirian Museum Ne' Gandeng bertujuan untuk memberitahukan dan menyebarkan pengetahuan tentang budaya Toraja kepada masyarakat umum. Museum Ne' Gandeng berada dalam kepemilikan dan pengelolaan dari Keluarga Besar Ne' Gandeng.[5] Seiring waktu, Museum Ne' Gandeng beralih fungsi dari sekadar bentuk penghormatan, menjadi tempat wisata dan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai acara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Toraja.[1] Selain itu, Museum Ne' Gandeng juga dapat dipergunakan oleh para warga Toraja yang ingin mengadakan acara pemakaman bagi anggota keluarganya yang telah meninggal.[4]

Lokasi

Museum Ne’ Gandeng berada di Desa Palangi, Kecamatan Sa’dan Balusu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dapat dicapai dengan melalui Jembatan Ne' Gandeng. Jembatan ini dibangun oleh Yayasan Keluarga Besar Ne' Gandeng.[1] Museum Ne' Gandeng dapat dicapai dari Kota Makassar dengan jarak tempuh sejauh 315 kilometer. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju ke Kecamatan Sa'dan Bulusu dan diteruskan lagi menuju ke Desa Palangi.[3] Selain itu, Museum Ne' Gandeng juga dapat dicapai melalui Rantepao dengan jarak tempuh sejauh 10 kilometer.[2]

Koleksi

Museum Ne' Gandeng terdiri dari beberapa bangunan dengan gaya arsitektur Tongkonan. Di bagian belakang museum terdapat sebuah taman yang luas dan beragam jenis pepohonan yang tersebar di dekat kompleks museum ini.[3] Di dalam Museum Ne' Gandeng terdapat beragam jenis batu menhir dengan berbagai ukuran yang berbeda-beda. Batu Menhir ini terkumpul dari hasil pelaksanaan upacara pemakaman yang sering dilakukan oleh masyarakat Toraja ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Di dalam Museum Ne' Gandeng juga terdapat patung Ne’ Gandeng, patung kerbau, dan gong belang.[2] Selain koleksi benda-benda bersejarah, Museum Ne' Gandeng juga memiliki pondok-pondok yang bentuknya menyerupai rumah adat Toraja yaitu Tongkonan.[4]

 
Tongkonan dan Alangsura` yang Berada di Museum Ne`Gandeng

Tongkonan dikenal sebagai rumah adat Tradisional suku Toraja adalah bangunan rumah adat, yang mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan dan proses perkembangan dan pertumbuhan pranata sosial Budaya Orang Toraja. Tongkonan sebagai rumah adat tradisional adalah rumah kediaman yang diberi fungsi, tugas dan kewajiban. Tugas kewajiban beserta fungsinya adalah dalam tugas pemerintahan, sosial dan budaya serta keagamaan. Tongkonan tersebut bukanlah milik perorangan, tetapi milik satu kelompok keluarga atau marga Tongkonan sifatnya dinamis dan demokratis oleh karena.

  • Tongkonan sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan adat.
  • Tongkonan sebagai pusat budaya.
  • Tongkonan sebagai pusat pembinaan keluarga dan pembinaan peraturan kekeluargaan dan gotong-royong
  • Tongkonan sebagai pusat dinamisator, motivato, mediator dan stabilisator sosial.

Sehubungan dengan tugas dan fungsi tersebut diatas, maka tongkonan mempunyai kewajiban sosial dan budaya yang juga bertingkat-tingkat dalam strata masyarakat maka dikenal beberapa jenis tongkonan yaitu: Tongkonan Layuk, Tongkonan Kaparenggesan, dan Tongkonan batu A`riri. Pasanagn serasi sebuah Tongkonan adalah Alangsura` ( Lumbung Padi).

 
Alungsura` Yang Berada Di Halaman Museum Ne`Gandeng

Alangsura` Bentuknay sama seperti rumah adat Toraja tetapi ruanganya hanya satu, ukuranya kecil, dan fungsinya sebagai tempat menyimpan padi dan barang-barang penting milik kleuarga. dan lantai bawahnya sebagai tempat pemimpin (Toparenge) mengatur acara upacara adat baik itu acara upacara rambu solo ataupun acara upacara rambu tuka`

Referensi

  1. ^ a b c d MEDIA, PT AKURAT SENTRA; www.akurat.co. "Pelajari Sejarah Tana Toraja di Museum Ne' Gandeng". akurat.co. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  2. ^ a b c d "Museum Ne' Gandeng Toraja, Destinasi Wisata Dalam Balutan Peninggalan Leluhur - Celebes". 2020-01-23. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  3. ^ a b c "Visiting Ne'Gandeng Museum in Tana Toraja Regency, South Sulawesi". www.tanatoraja.indonesia-tourism.com. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  4. ^ a b c d "Wisata Budaya di Tanah Para Raja Surgawi". www.rei.or.id. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  5. ^ a b Rusmiyati; et al. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 394. ISBN 978-979-8250-67-5.