Putri Juliane dari Saxe-Coburg-Saalfeld

Revisi sejak 28 Desember 2024 05.44 oleh Naoko Evelyn (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Putri Juliane dari Saxe-Coburg-Saalfeld (23 September 1781 – 12 Agustus 1860), dikenal juga sebagai Adipati Agung Anna Feodorovna dari Rusia (bahasa Rusia: Анна Фёдоровна), adalah seorang putri asal Jerman dari keluarga adipati Sachsen-Coburg-Saalfeld (setelah tahun 1826, berubah menjadi Sachsen-Coburg-Saalfeld) yang menjadi istri Konstantin Pavlovich dari Rusia.

Putri Juliane dari Saxe-Coburg-Saalfeld
Grand Duchess Anna Feodorovna of Russia
Juliane (1796).[1]
Kelahiran(1781-09-23)23 September 1781
Coburg, Thuringia, Sachsen-Coburg-Saalfeld
Kematian12 Agustus 1860(1860-08-12) (umur 78)
Elfenau, dekat Bern, Swiss
Pemakaman
Pasangan
(m. 1796; dibatalkan 1820)
Anak-anak tidak sahEduard Edgar Schmidt-Löwe
Louise Hilda Aglaë d'Aubert
Nama lengkap
Juliane Henriette Ulrike
Wangsa
AyahFrancis, Adipati Saxe-Coburg-Saalfeld
IbuCountess Augusta Reuss dari Ebersdorf

Keluarga

sunting

Juliane adalah anak ketiga dari Francis, Adipati Saxe-Coburg-Saalfeld, dan Countess Augusta Reuss dari Ebersdorf. Nama Juliane diambil untuk menghormati nenek buyutnya, Ratu Juliane Marie dari Denmark, yang merupakan saudara perempuan nenek dari pihak ayahnya, Putri Sophie Antoinette dari Brunswick-Wolfenbüttel.

Adiknya yang paling terkenal adalah Raja Leopold I dari Belgia, sementara Ratu Victoria dari Inggris adalah keponakannya. Selain itu, Raja Ferdinand II dari Portugal, Pangeran Albert (suami Ratu Victoria), dan Raja Leopold II dari Belgia juga merupakan keponakan Juliane.

Adipati Agung di Rusia

sunting

Rencana Pernikahan

sunting

Permaisuri Yekaterina II dari Rusia mulai mencari calon istri yang cocok untuk cucu keduanya, Grand Duke Konstantin Pavlovich setelah pernikahan cucu tertuanya, Aleksandr I dari Rusia dengan Louise dari Baden pada tahun 1793. Sang Permaisuri dengan bangga menyebut Konstantin sebagai pasangan yang diidamkan banyak wanita bangsawan di Eropa, karena dia adalah pewaris takhta kedua Kekaisaran Rusia.

Tawaran pernikahan pertama datang dari istana Napoli. Raja Ferdinando I dan Ratu Maria Carolina mengusulkan salah satu putri mereka untuk menikah dengan Konstantin, tapi Catherine langsung menolak.

Pada tahun 1795, Catherine mengirim jenderalnya, Andrei Budberg, dalam misi rahasia ke berbagai istana di Eropa untuk mencari pengantin bagi Konstantin. Budberg membawa daftar panjang kandidat, tapi dalam perjalanan ia jatuh sakit dan harus tinggal di Coburg. Dokter istana, Baron Stockmar, yang merawatnya, menyarankan agar Budberg mempertimbangkan putri-putri Adipati Francis dari Saxe-Coburg-Saalfeld. Budberg menulis ke Saint Petersburg bahwa ia telah menemukan kandidat sempurna tanpa perlu melanjutkan perjalanan.

Setelah mempertimbangkan, Catherine setuju. Duchess Augusta, ibu Juliane, sangat senang mendengar salah satu putrinya akan menjadi grand duchess di Rusia. Pernikahan dengan dinasti kekaisaran Rusia jelas membawa keuntungan besar bagi wilayah kecil seperti Saxe-Coburg-Saalfeld. Tapi tidak semua orang berpandangan sama. Misalnya, penulis Charles-François-Philibert Masson menulis dalam bukunya, Secrets Memoirs of the court of Saint-Petersburg, bahwa peran mempelai wanita dari Jerman di istana Rusia seperti

korban muda yang dikirim Jerman sebagai penghormatan ke Rusia, seperti Yunani mengirim gadis-gadis mereka ke Minotaur...

Kehidupan di Rusia

sunting
 
Anna Feodorovna daru Rusia, awal 1800-an

Juliane, bersama ibunya dan dua kakaknya, Sophie dan Antoinette, pergi ke Saint Petersburg atas permintaan Catherine. Setelah bertemu untuk pertama kalinya, Catherine menulis, "Duchess Saxe-Coburg sangat cantik dan pantas dihormati, dan putri-putrinya juga menawan. Sayangnya, pengantin pria kami hanya dapat memilih satu. Akan bagus kalau kami bisa mempertahankan semuanya, tapi tampaknya pengantin pria akan memberikan apel itu ke si bungsu. Juliane memang pilihan terbaik."

Namun, tidak semua orang setuju dengan ini. Dalam memoarnya, Pangeran Adam Czartoryski menulis bahwa Konstantin diperintahkan untuk menikahi salah satu putri itu, meskipun dia sendiri tampaknya enggan. Bahkan, Konstantin pernah berkata soal pilihannya, "Kalau memang harus begitu, aku akan menikahi si monyet kecil itu; dia memang menari dengan anggun."[2]

Pada 2 Februari 1796, Juliane yang baru berusia 14 tahun dibaptis dalam upacara Ortodoks Rusia dan mengambil nama Anna Feodorovna.[3] Beberapa minggu kemudian, pada 26 Februari, dia menikah dengan Konstantin. Pernikahan ini membuat Saxe-Coburg menjadi pusat dinasti Eropa, terutama setelah saudara Anna, Leopold I, menikah dengan Putri Charlotte dari Wales. Hubungan dengan Kekaisaran Rusia juga membuat wilayah itu relatif aman selama Perang Napoleon.[4]

Namun, secara pribadi, pernikahan ini sangat tidak bahagia. Konstantin, yang dikenal kasar dan sangat fokus pada karir militernya, sering membuat Anna menderita. Di istana Rusia, Anna menjadi dekat dengan Grand Duchess Elizabeth, istri Alexander, saudara Konstantin. Elizabeth sering menjadi penengah saat pasangan ini bertengkar.[5]

Pada tahun 1799, Anna meninggalkan Rusia untuk alasan kesehatan dan enggan kembali. Ia tinggal di Coburg bersama keluarganya, meskipun mereka kurang mendukung karena khawatir dengan reputasi keluarga mereka. Pada bulan Oktober 1799, pernikahan para Adipati Agung Alexandra dan Elena dirayakan. Anna dipaksa hadir untuk hadir.

Kabur dari Rusia

sunting

Pada 1801, setelah pembunuhan Kaisar Pavel I, Anna melihat kesempatan untuk meninggalkan Rusia. Dengan izin Kaisar baru, Alexander I, dan suaminya, Anna pergi ke Coburg bersama ibunya untuk pemulihan. Begitu tiba, dia menolak kembali ke Rusia. Anna tidak pernah kembali ke Rusia dan menjalani sisa hidupnya di luar istana yang dulu membuatnya sengsara.

Kehidupan setelah berpisah

sunting
 
Anna Fyodorovna. Potret oleh Franz Xaver Winterhalter, 1848.

Tidak lama setelah kembali ke Coburg, Anna langsung memulai negosiasi untuk bercerai dari suaminya. Konstantin, dalam surat balasannya, menulis:

Kamu menulis bahwa aku mengizinkanmu pergi ke negeri asing karena kita memang tidak cocok, dan karena aku tidak bisa memberikan cinta yang kamu butuhkan. Tapi, dengan rendah hati aku memintamu untuk tenang demi mempertimbangkan kehidupan kita bersama, meski semua fakta ini sudah tertulis, dan bahwa di luar alasan ini, kamu tidak punya alasan lain.

Namun, sampai tahun 1803, permintaan cerai Anna tetap ditolak. Janda Permaisuri Maria Fyodorovna, ibu Konstantin, khawatir kalau setelah resmi bercerai, Konstantin dapat menikah lagi secara morganatik (perkawinan beda status sosial). Selain itu, perceraian resmi juga dianggap dapat merusak reputasi Anna sebagai Grand Duchess.

Awalnya, Anna takut tindakannya akan dipandang buruk oleh para bangsawan di Eropa. Tapi ternyata, mereka justru bersimpati kepada Anna. Meski masih terikat secara hukum dengan Konstantin, Anna yang merindukan kehangatan sebuah keluarga akhirnya menemukan pelipur lara lewat hubungan-hubungan rahasia.

Pada tanggal 28 Oktober 1808, Anna melahirkan seorang anak haram, Eduard Edgar Schmidt-Löwe. Ayah dari anak ini mungkin adalah Jules Gabriel Émile de Seigneux seorang bangsawan Swiss dan perwira kecil di tentara Prusia. Namun, de Seigneux ternyata sama mengontrolnya seperti suaminya dan hubungan itu pun berakhir.[6]

Pada 18 Februari 1818, Eduard diangkat menjadi bangsawan oleh pamannya, Ernst I, Adipati Sachsen-Coburg dan Gotha. Dia diberi nama marga von Löwenfels sesuai dekrit resmi.

Kemudian, Anna pindah ke Bern, Swiss, dan pada tahun 1812, dia melahirkan seorang anak perempuan di luar nikah, bernama Louise Hilda Aglaë d'Aubert. Ayah dari anak ini adalah Rodolphe Abraham de Schiferli, seorang ahli bedah Swiss sekaligus profesor, yang juga menjadi pelayan utama Anna dari tahun 1812 hingga 1837. Dialah yang merawat Anna selama kehamilan pertamanya.[6]

Namun, karena Schiferli sudah menikah, kelahiran Louise harus ditutupi untuk menghindari skandal baru dalam hidup Anna. Bayi itu akhirnya diadopsi oleh Jean François Joseph d'Aubert, seorang pengungsi asal Prancis. Meski hubungan asmara mereka berakhir, Schiferli tetap menjaga hubungan dekat dan penuh kasih dengan Anna hingga akhir hayatnya.[7]

Dua tahun kemudian, pada 1814, saat invasi Prancis oleh pasukan Rusia, Kaisar Alexander I berusaha mendamaikan Anna dengan Konstantin. Adipati Konstantin, yang ditemani oleh saudara laki-laki Anna, Leopold, mencoba meyakinkan Anna untuk kembali bersamanya. Namun, Anna dengan tegas menolak.

Di tahun yang sama, Anna membeli sebuah tanah di tepi Sungai Aare dan memberinya nama Elfenau. Di tempat ini, dia menghabiskan sisa hidupnya. Sebagai pecinta musik, Anna menjadikan rumahnya sebagai pusat kegiatan musik, baik untuk masyarakat lokal maupun internasional. Elfenau juga menjadi tempat berkumpul para diplomat dari berbagai negara yang singgah di Bern.[8]

Akhirnya, pada 20 Maret 1820, setelah 19 tahun berpisah, pernikahan Anna dan Konstantin resmi dibatalkan lewat manifesto Kaisar Alexander I. Dua bulan kemudian, Konstantin menikah secara morganatik dengan selingkuhannya, Countess Joanna Grudzińska, dan meninggal pada 27 Juni 1831. Anna bertahan hidup 29 tahun lebih lama dari mantan suaminya.

Pada tahun 1835, putra Anna, Eduard, menikahi sepupunya, Bertha von Schauenstein, yang merupakan anak di luar nikah dari Ernst I, Adipati Saxe-Coburg dan Gotha. Pernikahan ini menjadi salah satu dari sedikit momen bahagia di tahun-tahun terakhir hidup Anna. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Dia kehilangan hampir semua orang yang dicintainya: orang tuanya, saudara perempuannya Sophie dan Antoinette, putrinya Louise (yang meninggal di usia 25 pada tahun 1837), mantan kekasihnya yang kini menjadi sahabat baik, Rodolphe de Schiferli (hanya beberapa minggu setelah kematian Louise), pelindungnya Kaisar Alexander I, dan sahabat masa kecilnya, Permaisuri Elizabeth.

Anna menulis bahwa Elfenau telah berubah menjadi Rumah Berkabung.

Anna Fyodorovna meninggal di Elfenau pada tahun 1860 di usia 78 tahun. Di atas makamnya, hanya ada lempengan marmer sederhana bertuliskan "Julia-Anna", dengan tanggal lahir dan wafatnya (1781–1860). Tidak ada petunjuk lain yang mengisyaratkan bahwa ia pernah menjadi Putri Saxe-Coburg atau Grand Duchess Rusia. Lewat lima anak Eduard, Anna memiliki banyak keturunan hingga kini.

Keponakan ipar Anna, Putri Alexandrine dari Baden menulis:

Ucapan belasungkawa harus universal, karena Bibi sangat dicintai dan dihormati, karena banyak terlibat dalam kegiatan amal dan berpihak pada orang miskin dan kurang mampu.

Bibliografi

sunting
  • Alville (Alix von Wattenwyl), Elfenau. Die Geschichte eines bernischen Landsitzes und seiner Bewohner, Bern 1959.
  • Alville, Des cours princières aux demeures helvétiques, Lausanne 1962
  • Erika Bestenreiner,Die Frauen aus dem Hause Coburg. Munich: Piper 2008, ISBN 3-492-04905-2

Referensi

sunting
  1. ^ "Princess Juliane Henrietta Ulrica, later Grand Duchess Constantine of Russia (1781-1860) c.1830-70 | Royal Collection Trust". www.rct.uk. Diakses tanggal June 25, 2023. 
  2. ^ Potts, Professor D. M.; Potts, W. T. W. (2011-10-21). Queen Victoria's Gene: Haemophilia and the Royal Family (dalam bahasa Inggris). The History Press. ISBN 978-0-7524-7196-9. 
  3. ^ Alexander Jordis-Lohausen: Mitteleuropa 1658-2008- die Chronik einer Familie, GRIN Verlag, 2009, p. 58.
  4. ^ AdreßHandbuch des Herzogthums Sachsen-Coburg und Gotha, Meusel, 1854, p. 13.
  5. ^ "CoburgerFrauen -Ehrenburg-". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-30. Diakses tanggal 2010-02-04. 
  6. ^ a b Hall, Coryne (2020-02-15). Queen Victoria and The Romanovs: Sixty Years of Mutual Distrust (dalam bahasa Inggris). Amberley Publishing Limited. ISBN 978-1-4456-9504-4. 
  7. ^ Ivan Grezin: Grand Duchess Anna Fyodorovna: in search of simple happiness in the middle of the big policy[1] On-line translation to English (retrieved 10 September 2012
  8. ^ Karl Viktor von Bonstetten, Doris Walser-Wilhelm, Antje Kolde: Bonstettiana, Band 10; Band 1805-1811, Wallstein Verlag, 2003, p. 629.