Sindrom pascapensiun

Revisi sejak 30 Desember 2009 05.11 oleh Gombang (bicara | kontrib) (memindahkan Post power syndrome ke Sindrom pascapensiun: istilah Indonesia)

Jangan gunakan templat {{hapus:kelayakan}}!
Gunakan {{hapus|A7}} atau {{hapus|A9}} atau {{subst:tak layak}}.

'Post Power Syndrome'

Post power syndrome, atau dalam terjemahan bebasnya sindrom pasca pensiun, adalah gejala atau tanda-tanda yang memperlihatkan kondisi seseorang mengalami ketidaksiapan mental di dalam menghadapi kenyataan yang tengah dan bakal ia hadapi. Di mana, situasi dan kondisi ini terjadi, pada umumnya menimpa mereka orang-orang yang sebelumnya aktif dalam satu institusi sipil maupun militer dengan segala bentuk fasilitas dan kemampanannya. Kemudian, secara tiba-tiba saja dan seolah olah "dipaksakan", ia harus "rela" melepaskan kemapanan yang selama ini senantias melekat dan menjadi kebanggaan pada dirinya.

Sindrom ini tidak hanya berlaku pada mereka yang berpangkat tinggi saja, terhadap orang-orang yang berpangkat atau golongan rendahpun dapat terjadi hal demikian, terlebih lagi mengingat pada jabatan dan posisinya yang disandangnya. Hal ini, menurut Hery Santoso, seorang penulis, peneliti dan psiko-terapist, secara empiris semakin tinggi dan "enak" pangkat maupun jabatan yang di sandangnya akan memberikan kontribusi besar dalam menjadikan orang tersebut terjebak dalam sindrom ini.

Mereka yang tidak siap pada kondisi ini akan mengalami tanda-tanda emosional, yang bilamana tidak dapat terkendalikan bisa menggiringnya ke arah fobia --> depresi --> stress --> manusia gagal.

-Lihat Pula:-