Oda Nobunaga

Daimyo Jepang yang hidup dari zaman Sengoku sampai ke zaman Azuchi-Momoyama

Oda Nobunaga (織田 信長)23 Juni 1534 - 21 Juni 1582) adalah seorang daimyo Jepang pada zaman Sengoku.

Oda Nobunaga
23 Juni 1534 - 21 Juni 1582

Lukisan koleksi kuil Chōkōji, kota Toyota, Prefektur Aichi
Zaman Sengoku
Tanggal lahir 23 Juni 1534
Tahun wafat 21 Juni 1582
Penggantian nama Kichihōji(nama kecil), Saburō
Nama anumerta Sōkenindenzōdaijōkokuippontaigansōgi
Julukan Raja Iblis surga keenam, setan merah, si bodoh
Majikan Ashikaga Yoshiaki
Klan Oda, Taira, Fujiwara, Imbe
Orangtua Oda Nobuhide (ayah), Dota Gozen (ibu)
Kakak adik Nobuhiro (kakak tiri), Nobunaga, Nobuyuki, Nobukane, Nobuharu, Nobutoki, Nobuoki, Hidetaka, Hidenari, Nobuteru, Nagamasa, Nagatoshi, Oinu no kata (perempuan), Oichi no kata (adik perempuan).
Istri Putri Nō (istri sah), Ikoma Kitsuno, Onabe no kata
Keturunan Nobutada, Nobuo (Nobukatsu), Nobutaka, Hidekatsu, Katsunaga, Nobuhide, Nobutaka, Nobuyoshi, Nobusada, Nobuyoshi, Nagatsugu, Nobumasa, Putri Toku, Putri Fuyu, Hideko, Putri Ei, Hōon-in, Sannomaru dono, dan lain-lain (lihat teks)

Biografi singkat

Oda Nobunaga adalah daimyo zaman Sengoku yang menguasai provinsi Owari. Lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adik kandungnya Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran melawan klan Imagawa dan klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan menempati jabatan di ibu kota Kyoto.

Kekuatan penentang Nobunaga seperti klan Takeda, klan Asakura, pendukung kuil Enryakuji dan kuil Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki.

Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (楽市楽座, rakuichi rakuza) dan melakukan survei wilayah. Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan seppuku dalam peristiwa yang dinamakan Insiden Honnōji.

Nobunaga terkenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang tidak memiliki asal-usul keturunan yang jelas. Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru.

Nobunaga ditakuti akibat tindakannya sering yang dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan Raja Iblis.

Perjalanan hidup

Masa muda

Nobunaga dilahirkan di Istana Shobata pada tahun 1534 sebagai putra ketiga daimyo zaman Sengoku provinsi Owari yang bernama Oda Nobuhide. Pendapat lain mengatakan Nobunaga dilahirkan di Istana Nagoya. Ibunya bernama Dota Gozen yang merupakan istri sah Nobuhide, sehingga Nobunaga berhak menjadi pewaris kekuasaan sang ayah.

Nobunaga diangkat menjadi penguasa Istana Nagoya sewaktu masih berusia 2 tahun. Sejak kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan "si bodoh dari Owari" dari orang-orang di sekelilingnya. Nama julukan ini diketahui dari cerita tentang Nobunaga yang tertarik pada senapan seperti tertulis dalam catatan sejarah masuknya senjata api ke Jepang melalui kota pelabuhan Tanegashima.

Nobunaga sejak masih muda memperlihatkan sifat genius dan tindakan gagah berani. Tindakan yang sangat mengejutkan sang ayah juga sering dilakukan oleh Nobunaga, seperti menggunakan api untuk melepas sekelompok kuda di Istana Kiyosu. Ketika masih merupakan pewaris kekuasaan ayahnya, Nobunaga dari luar terlihat sangat melindungi para pengikutnya. Di lain sisi, Nobunaga sangat berhati-hati terhadap para pengikut walaupun tidak diperlihatkan secara terang-terangan.

Pada waktu Toda Yasumitsu dari Mikawa membelot dari klan Imagawa ke klan Oda, Matsudaira Takechiyo berhasil diselamatkan dari penyanderaan pihak musuh. Nobunaga sering melewatkan masa kecil bersama Matsudaira Takechiyo (nantinya dikenal sebagai Tokugawa Ieyasu) sehingga terjalin persahabatan yang erat di antara keduanya.

Pada tahun 1546, Nobunaga menyebut dirinya sebagai Oda Kazusanosuke (Oda Nobunaga) setelah diresmikan sebagai orang dewasa pada usia 13 tahun di Istana Furuwatari. Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (katoku) setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada upacara pemakaman ayahnya, Nobunaga melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dengan melemparkan abu dupa ke altar. Ada pendapat yang mengatakan cerita ini merupakan hasil karangan orang beberapa tahun kemudian.

Pada tahun 1553, sesepuh klan Oda bernama Hirate Masahide memilih mati seppuku sebagai bentuk protesnya terhadap kelakuan Nobunaga. Kematian Masahide sangat disesali Nobunaga yang lalu meminta bantuan pendeta bernama Takugen untuk membuka gunung dan mendirikan tempat beristirahat arwah Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama kuil Masahide.

Pada tahun 1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah. Pertempuran sengit melawan musuh lama Saitō Dōsan dari provinsi Mino akhirnya bisa diselesaikan secara damai. Nobunaga kemudian menikah dengan putri Saito Dōsan yang bernama Nōhime.

Pertemuan Nobunaga dengan bapak mertua Saito Dōsan dilakukan di kuil Shōtoku yang terletak di Gunung Koya. Ada cerita yang mengatakan, kualitas kepemimpinan yang sebenarnya dari Oda Nobunaga mulai terlihat pada pertemuan ini, sekaligus reputasi jelek Nobunaga sebagai anak bodoh mulai terhapus.

Pada bulan April 1556, sang bapak mertua Saitō Dōsan tewas akibat kalah bertempur dengan putra pewarisnya sendiri Saitō Yoshitatsu. Pasukan Dōsan sebetulnya sudah dibantu bala bantuan yang dikirim Nobunaga, tapi kabarnya sudah terlambat untuk bisa menolong Saitō Dōsan.

Klan Oda dan perselisihan keluarga

Pada tanggal 24 Agustus 1556, Nobunaga memadamkan pemberontakan yang dipimpin adik kandungnya sendiri Oda Nobuyuki, Hayashi Hidesada, Hayashi Michitomo, dan Shibata Katsuie dalam Pertempuran Inō. Oda Nobuyuki sudah terkurung di dalam Istana Suemori yang dikepung pasukan Nobunaga ketika sang ibu (Dota Gozen) datang untuk menengahi pertempuran di antara kedua putranya. Dota Gozen lalu meminta Nobunaga untuk mengampuni Nobuyuki.

Pada tahun berikutnya (1557), Nobuyuki kembali menyusun rencana pemberontakan. Nobunaga yang mendengar rencana ini dari laporan rahasia Shibata Katsuie berpura-pura sakit dan menjebak Nobuyuki untuk datang menjenguknya ke Istana Kiyosu. Nobuyuki dihabisi sewaktu datang ke Istana Kiyosu.

Pada saat itu, Shiba Yoshimune dari klan Shiba menduduki jabatan Kanrei. Kekuatan klan Shiba sebagai penjaga provinsi Owari sebenarnya sudah mulai melemah, sehingga klan Imagawa dari provinsi Suruga, klan Mizuno dan klan Matsudaira dari provinsi Mikawa bermaksud menyerang provinsi Owari.

Sementara itu perselisihan juga terjadi di dalam klan Oda yang terdiri dari banyak keluarga (faksi). Klan Oda pada prakteknya sudah mengabdi selama tiga generasi untuk keluarga Oda Yamato-no-kami. Oda Nobutomo memimpin keluarga Oda Yamato-no-kami yang menjabat shugodai untuk distrik Shimoyon, provinsi Owari. Nobunaga bukan merupakan garis keturunan utama klan Oda, sehingga Oda Nobutomo berniat menghabisi keluarga Nobunaga yang dianggap mempunyai potensi sebagai ancaman.

Pada saat itu, Oda Nobutomo menjadikan penjaga provinsi Owari yang bernama Shiba Yoshimune sebagai boneka untuk mempertahankan kekuasaan. Walaupun hal ini lazim dilakukan shugodai pada zaman itu, Yoshimune tidak menyukai perlakukan Nobutomo sehingga hubungan di antara keduanya menjadi tegang. Di tengah panasnya hubungan dengan Yoshimune, Nobutomo menyusun rencana pembunuhan atas Nobunaga. Yoshimune membocorkan rencana pembunuhan ini kepada Nobunaga, sehingga Nobunaga mempunyai alasan untuk menyerang Nobutomo.

Nobutomo sangat marah kepada Yoshimune mengetahui rencananya pembunuhan yang disusunnya terbongkar. Putra Yoshimune yang bernama Shiba Yoshikane kemudian diincar oleh Nobutomo. Yoshikane kemudian dibunuh oleh Nobutomo ketika sedang lengah menangkap ikan di sungai ditemani para pengawalnya. Anggota keluarga Yoshikane (seperti adik Yoshikane yang kemudian dikenal sebagai Mōri Hideyori dan Tsugawa Yoshifuyu) kemudian meminta pertolongan Nobunaga untuk melarikan diri ke tempat yang jauh karena takut diamuk Nobutomo.

Peristiwa pembunuhan Shiba Yoshikane merupakan kesempatan bagi Nobunaga untuk memburu dan membunuh komplotan pembunuh Yoshikane dari keluarga Oda Kiyosu yang sudah lama merupakan ganjalan bagi Nobunaga. Oda Nobutomo berhasil dihabisi oleh paman Nobunaga yang bernama Oda Nobumitsu (penguasa Istana Mamoriyama). Dengan tewasnya Nobutomo, Nobunaga berhasil menamatkan sejarah keluarga Oda Kiyosu yang merupakan garis keturunan utama klan Oda, sehingga keluarga Oda Nobunaga yang bukan garis keturunan utama klan Oda dapat menjadi pemimpin klan.

Nobunaga berhasil menaklukkan penguasa Istana Inuyama bernama Oda Nobukiyo yang sebenarnya masih satu keluarga. Setelah itu, Nobunaga menganggap perlu untuk menyingkirkan Oda Nobuyasu yang merupakan garis utama keturunan klan Oda sekaligus penjaga wilayah Shimoyon-gun. Oda Nobuyasu merupakan anggota keluarga Oda Kiyosu yang merupakan musuh besar Nobunaga. Nobunaga berhasil mengalahkan Oda Nobuyasu dan mengusirnya dalam Pertempuran Ukino. Pada tahun 1559, keluarga Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan di provinsi Owari.

Pengusiran klan Shiba

Kesempatan tewasnya Shiba Yoshikane yang merupakan boneka klan Oda digunakan Nobunaga untuk berdamai dengan para daimyo di wilayah tetangga. Nobunaga berhasil menjalin persekutuan dengan klan Shiba, klan Kira (penjaga wilayah Mikawa) dan klan Imagawa (penjaga wilayah Suruga).

Keadaan berlangsung tenang selama beberapa waktu sampai terbongkarnya komplotan yang berencana membunuh Nobunaga. Komplotan terdiri dari klan Ishibashi yang masih keluarga dengan Shiba Yoshikane (pemimpin klan Shiba) dan klan Kira yang masih ada hubungan keluarga dengan Ashikaga. Keluarga shogun Ashikaga masih merupakan garis utama keturunan klan Shiba. Yoshikane sewaktu diusir ke Kyoto meminta tempat perlindungan kepada keluarga shogun Ashikaga. Kekuasaan provinsi Owari akhirnya benar-benar berada di tangan Nobunaga setelah habisnya klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu.

Pertempuran Okehazama

 
Lokasi pertempuran Okehazama di kota Toyoaki, Prefektur Aichi

Pada tahun berikutnya (1560), penjaga wilayah Suruga yang bernama Imagawa Yoshimoto memimpin pasukan besar-besaran yang dikabarkan terdiri dari 20.000 sampai 40.000 prajurit untuk menyerang Owari. Imagawa Yoshimoto merupakan musuh Nobunaga karena masih satu keluarga dengan klan Kira yang merupakan garis luar keturunan Keluarga shogun Ashikaga. Klan Matsudaira dari Mikawa yang berada di front depan berhasil menaklukkan benteng-benteng pihak Nobunaga.

Pertempuran bakal tidak seimbang karena jumlah pasukan klan Oda hanya sedikit, tapi di tengah kepanikan para pengikutnya, Nobunaga tetap tenang. Di tengah malam, Nobunaga tiba-tiba bangkit menarikan tarian Kōwaka-mai dan menyanyikan lagu Atsumori. Setelah puas menari dan menyanyi, Nobunaga pergi berdoa ke kuil Atsuta-jingū dengan hanya ditemani beberapa orang pengikutnya yang menunggang kuda. Sebagai pengalih perhatian, sejumlah prajurit diperintahkan untuk tinggal di tempat, sementara Nobunaga memimpin pasukan yang cuma terdiri dari 2.000 prajurit untuk menyerang pasukan Imagawa yang sedang dimabuk kemenangan. Peristiwa ini dikenal dengan Pertempuran Okehazama.

Nobunaga langsung mengincar Imagawa Yoshimoto untuk dibunuh, karena pasukan Nobunaga pasti kalah jika berhadapan langsung dengan pasukan Imagawa yang berjumlah sepuluh kali lipat. Imagawa Yoshimoto sangat terkejut dan tidak mengantisipasi serangan mendadak pihak Nobunaga. Pengawal berkuda Nobunaga yang bernama Hattori Koheita dan Mōri Shinsuke akhirnya berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto. Sisa-sisa pasukan Imagawa yang sudah kehilangan pemimpin lalu pulang melarikan diri ke Suruga. Kemenangan dalam Pertempuran Okehazama membuat nama Oda Nobunaga menjadi terkenal di seluruh Jepang. Pada saat itu Nobunaga masih berusia 26 tahun.

Seusai Pertempuran Okehazama, klan Imagawa menjadi kehilangan kendali atas klan Matsudaira yang kemudian berhasil melepaskan diri dari keluarga Imagawa. Pada tahun 1562 dengan perjanjian Persekutuan Kiyosu, Nobunaga bersekutu dengan Matsudaira Motoyasu (kemudian dikenal sebagai Tokugawa Ieyasu) dari provinsi Mikawa. Kedua belah pihak bermaksud untuk menghantam klan Imagawa dari belakang.

Penaklukan Mino

Penaklukan Saitō Tatsuoki dari provinsi Mino merupakan tujuan berikut Nobunaga. Pada tahun 1564, Nobunaga menjalin aliansi dengan Azai Nagamasa dari Ōmi utara untuk menjepit posisi klan Saitō. Berdasarkan perjanjian ini, adik perempuan Nobunaga yang bernama Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa.

Pada tahun 1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tōkichirō (Hashiba Hideyoshi)) untuk membangun Istana Sunomata yang akan digunakan sebagai batu loncatan penyerangan ke Mino.

Nobunaga berhasil menaklukkan pasukan Saitō Tatsuoki berkat bantuan klan Takenaka, Kelompok Tiga Orang dari Mino bagian barat (西美濃三人衆, nishimino no sannin shu) (pasukan dari klan Inaba, klan Ujiie, dan klan Andō), klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori. Dengan ditaklukkan provinsi Mino pada tahun 1567, Nobunaga berhasil menjadi daimyo dua provinsi sekaligus di usia 33 tahun.

Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari provinsi Mino, karena pada saat itu menguasai Mino sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Nama bekas pusat kekuasaan klan Toki dan klan Saitō di Inoguchi diganti namanya oleh Nobunaga menjadi Gifu. Aksara kanji "Gi" untuk kota Gifu diambil dari nama Gunung Gi (Qi dalam bahasa Tiongkok) yang merupakan tempat berdirinya Dinasti Zhou. Nobunaga konon bermaksud menggunakan kesempatan ini sebagai titik awal pendirian dinasti Nobunaga.

Pada tahun itu juga (1567), Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan ambisinya menguasai seluruh Jepang. Nobunaga mulai menggunakan stempel (inkan) bertuliskan Tenka Fubu (天下布武, di bawah langit, menguasai dengan kekuatan bersenjata) atau penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan bersenjata.

Pada saat itu, provinsi Kai dan Shinano yang bertetangga dengan Mino dikuasai daimyo yang bernama Takeda Shingen. Nobunaga berusaha menunjukkan sikap bersahabat dengan Takeda Shingen, antara lain berusaha mengawinkan putra pewarisnya yang bernama Oda Nobutada dengan anggota keluarga Takeda Shingen.

Bertugas di Kyoto

Pada masa sebelum tahun 1565, klan Miyoshi adalah bawahan (shitsuji) dari klan Hosokawa yang secara turun temurun telah menjabat kanrei di wilayah Kinai. Kelompok Tiga Orang Miyoshi (三好三人衆, miyoshi san nin shū) dan Matsunaga Hisahide adalah shogun berpengaruh dari klan Miyoshi yang mengabdi kepada shogun ke-14 Ashikaga Yoshihide yang dijadikan boneka oleh klan Miyoshi.

Ashikaga Yoshiteru (shogun ke-13) bertentangan klan Miyoshi sewaktu berusaha memperkuat pemerintah Bakufu sehingga akhirnya dibunuh oleh Kelompok Tiga Orang Miyoshi dan Matsunaga Hisahide. Nyawa adik Ashikaga Yoshiteru yang bernama Ashikaga Yoshiaki juga diincar, sehingga Yoshiaki harus menyelamatkan diri ke provinsi Echizen yang dikuasai klan Asakura. Pada saat itu, penguasa Echizen yang bernama Asakura Yoshikage ternyata tidak memperlihatkan sikap mau memburu klan Miyoshi.

Pada bulan Juli 1568, dengan mengabaikan rasa takutnya Yoshiaki berusaha untuk mendekati Nobunaga yang sudah menjadi penguasa Mino. Pada bulan September tahun yang sama, permintaan bantuan Ashikaga Yoshiaki disambut Nobunaga yang kebetulan mempunyai ambisi untuk menguasai Jepang. Nobunaga lalu menerima Ashikaga Yoshiaki sebagai shogun ke-15 dengan maksud untuk memanfaatkannya sebagai pembuka jalan untuk menguasai Kyoto.

Usaha Nobunaga untuk menaklukkan Kyoto berhasil dihentikan di provinsi Ōmi oleh klan Rokkaku pimpinan Rokkaku Yoshikata yang tidak mengakui Yoshiaki sebagai shogun. Nobunaga lalu melakukan serangan mendadak yang dapat mengusir seluruh anggota klan Rokkaku. Pada akhirnya, penguasa Kyoto yang terdiri dari Miyoshi Yoshitsugu dan Mastunaga Hisahide berhasil ditaklukkan Nobunaga. Ambisi Nobunaga menguasai Kyoto bisa tercapai setelah kaburnya Kelompok Tiga Orang Miyoshi ke provinsi Awa.

Berkat bantuan Nobunaga, Ashikaga Yoshiaki berhasil menduduki jabatan shogun ke-15 Keshogunan Ashikaga. Kekuasaan shogun lalu dibatasi agar Nobunaga bisa memerintah seluruh Jepang sesuai kemauannya sendiri. Pemimpin militer daerah seperti Uesugi Kenshin juga mematuhi kekuasaan pemerintah Bakufu pimpinan Nobunaga.

Nobunaga memaksa Yoshiaki untuk mematuhi denchū okite gokajū (殿中掟五箇条) yang membuat Yoshiaki praktis seperti boneka yang dikendalikan Nobunaga. Ashikaga Yoshiaki secara diam-diam membentuk koalisi anti Nobunaga dibantu para daimyo yang tidak senang kepada Nobunaga.

Dalam usaha menaklukkan Kyoto, Nobunaga pernah memberi dana pengeluaran militer sebanyak 20.000 kan kepada kota Sakai dengan permintaan agar tunduk kepada Nobunaga. Perkumpulan pedagang kota Sakai (堺会合衆, sakai egoshū) yang melawan Nobunaga justru meminta bantuan pada Kelompok Tiga Orang Miyoshi. Pada tahun 1569, kota Sakai dipaksa menyerah setelah diserang pasukan Nobunaga.

Mulai sekitar tahun 1567, Nobunaga juga berusaha menaklukkan provinsi Ise. Provinsi Ise akhirnya berhasil dikuasai Nobunaga dengan bantuan kedua putranya yang dipersembahkan kepada keluarga klan yang berpengaruh di Ise. Pada tahun 1568, Nobunaga memaksa klan Kambe untuk menyerah dengan imbalan putra Nobunaga yang bernama Oda Nobutaka yang dikirim untuk dijadikan penerus keturunan dan kekuasaan klan Kambe. Pada tahun 1569, Nobunaga juga berhasil menundukkan klan Kitabatake penguasa provinsi Ise. Putra kedua Nobunaga yang bernama Oda Nobuo (Oda Nobukatsu) dijadikan sebagai penerus keturunan Kitabatake.

Koalisi anti Nobunaga

Pada bulan April 1570, Nobunaga bersama Tokugawa Ieyasu memimpin pasukan untuk menyerang Asakura Yoshikage di provinsi Echizen. Istana milik Asakura satu demi satu berhasil ditaklukkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa. Pasukan sedang dalam iring-iringan menuju Kanegasaki ketika secara tiba-tiba Azai Nagamasa (sekutu Nobunaga dari Ōmi utara) berkhianat dan menyerang pasukan Oda-Tokugawa dari belakang. Nobunaga sudah dalam posisi terjepit ketika Kinoshita Hideyoshi meminta diberi kesempatan bertempur di bagian paling belakang dibantu Tokugawa Ieyasu agar Nobunaga mempunyai kesempatan untuk kabur. Pada akhirnya, Nobunaga bisa kembali ke Kyoto. Peristiwa ini disebut (Jalan Lolos Kanegasaki (金ヶ崎の退き口, kanegasaki nukiguchi)).

Keshogunan Muromachi sedang dibangun kembali oleh Ashikaga Yoshiaki yang merupakan penerus Keluarga shogun Ashikaga. Yoshiaki diam-diam mengumpulkan kekuatan karena sudah merasa tidak tahan lagi dijadikan boneka secara terus menerus oleh Nobunaga. Yoshiaki berhasil membentuk koalisi anti Nobunaga yang terdiri dari para daimyo seperti Takeda Shingen, Asakura Yoshikage, Azai Nagamasa, kelompok tiga orang Miyoshi dan kekuatan bersenjata dari kuil-kuil seperti kuil Ishiyama Honganji dan kuil Enryakuji. Kekuatan yang dipaksa tunduk kepada Nobunaga seperti Miyoshi Yoshitsugu dan Matsunaga Hisahide juga dipanggil untuk ikut bergabung dan mengangkat senjata melawan Nobunaga.

Pada bulan Juni 1570, pasukan Tokugawa Ieyasu yang tergabung bersama pasukan Nobunaga terlibat pertempuran dengan pasukan gabungan Azai-Asakura yang anti Nobunaga. Pertempuran terjadi di tepi sungai Anegawa (provinsi Ōmi) yang nantinya dikenal sebagai Pertempuran Sungai Anegawa.

Pertempuran berlangsung sengit dengan kerugian besar di kedua belah pihak. Pihak Azai dengan Isono Kazumasa yang berada di front paling depan sudah kehilangan 13 lapis pasukan dari 15 lapis pasukan yang ada. Tokugawa Ieyasu yang berhadapan dengan Kelompok Tiga Orang dari Mino juga terlibat pertempuran sengit, tapi pada akhirnya pasukan Nobunaga berhasil mengalahkan pasukan gabungan Azai-Asakura. Pada pertempuran berikutnya di Sakamoto (Ōmi), pasukan Nobunaga menderita kekalahan pahit dari pasukan gabungan kuil Enryakuji-Asakura-Azai. Mori Yoshinari dan adik Nobunaga yang bernama Oda Nobuharu tewas terbunuh.

Pada bulan September 1571, Oda Nobunaga mengeluarkan perintah untuk membakar kuil Enryakuji yang memakan korban tewas sebanyak 4.000 orang. Korban tewas sebagian besar terdiri dari wanita dan anak-anak, termasuk pendeta kepala kuil Enryakuji yang ikut tewas terbunuh. Takeda Shingen dalam pernyataan yang mengecam keras tindakan Nobunaga mengatakan Nobunaga sudah berubah menjadi Raja Iblis. Aristokrat bernama Yamashina Toki dalam pernyataan yang menyesalkan tindakan Nobunaga mengatakan (Nobunaga) sudah menghancurkan ajaran agama Buddha.

Pada tahun 1572, Takeda Shingen dari provinsi Kai memutuskan untuk menyerang Kyoto sebagai jawaban atas permintaan bantuan Ashikaga Yoshiaki. Pasukan berjumlah 27.000 prajurit yang dipimpin Shingen berhasil menaklukkan wilayah kekuasaan keluarga Tokugawa.

Nobunaga sedang membasmi Azai Nagamasa dan Asakura Yoshikage di Ōmi utara ketika mendengar kabar penyerangan Takeda Shingen. Nobunaga segera kembali ke Gifu setelah menyerahkan pimpinan pasukan kepada Kinoshita Hideyoshi. Nobunaga kemudian mengirim pasukan bantuan untuk membantu Tokugawa Ieyasu, tapi jumlah pasukan yang dikirim tidak cukup. Pasukan gabungan Azai-Asakura tidak mungkin ditundukkan pasukan bantuan Nobunaga yang hanya terdiri dari 3.000 prajurit.

Pasukan Takeda akhirnya berhasil mengalahkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa dalam pertempuran yang disebut Pertempuran Mikatagahara. Pasukan Takeda kemudian terus memperkuat posisi di wilayah kekuasaan Tokugawa.

Pada musim dingin tahun yang sama (1572), secara tiba-tiba Asakura Yoshikage memutuskan aliansi dengan Takeda Shingen sehingga pasukan Nobunaga yang dipusatkan di Ōmi utara bisa ditarik mundur dan bergabung dengan pasukan yang disiapkan untuk menghadapi pasukan Takeda.

Kekuatan pasukan gabungan Oda-Tokugawa sudah berada jauh di atas pasukan Takeda, apalagi ditambah pasukan yang baru kembali dari Ōmi utara. Pasukan Takeda yang menghadapi pasukan gabungan Nobunaga hanya dapat maju pelan-pelan. Takeda Shingen mengirimkan surat kepada Yoshikage sambil terus bergerak maju sedikit demi sedikit di dalam wilayah Tokugawa. Pada bulan Mei 1573, Takeda Shingen tutup usia karena sakit di tengah ambisinya yang hanya tinggal sedikit lagi tercapai. Pasukan Takeda membubarkan diri pulang ke provinsi Kai yang menandai tamatnya koalisi anti Nobunaga.

Di bulan Juli 1573, pasukan Nobunaga yang sedang berada di atas angin terlibat bentrokan senjata sebanyak dua kali dengan pasukan Ashikaga. Ashikaga Yoshiaki berhasil diusir dari Kyoto yang menandai tamatnya Keshogunan Muromachi.

Di bulan Agustus, Nobunaga berhasil menghancurkan pasukan Asakura Yoshikage dalam Pertempuran Ichijōdani.

Di bulan September, Azai Nagamasa juga tewas akibat penyerangan pasukan Nobunaga. Dalam peristiwa ini, adik perempuan Nobunaga yang bernama Oichi no kata yang diperistri Azai Nagamasa berhasil diselamatkan. Kelompok Tiga Orang Miyoshi juga tewas dalam peristiwa ini.

Pada bulan November, Miyoshi Yoshitsugu dari Kawachi dipaksa pasukan Sakuma Nobumori untuk melakukan bunuh diri. Matsunaga Hisahide selanjutnya juga dipaksa menyerah. Tidak sampai setengah tahun setelah Takeda Shingen wafat, sebagian besar daimyo yang tergabung dalam koalisi anti Nobunaga tamat riwayatnya.

Penyerangan kelompok Ikkō

Pada tahun 1574, kelompok Ikkō Ise Nagashima dikepung pasukan Nobunaga dari darat dan laut hingga tidak berdaya akibat terputusnya jalur perbekalan. Pertempuran berlangsung sengit, Oda Nobunaga sampai menderita luka-luka tertembak. Pada akhirnya kelompok Ikkō menanggapi peringatan untuk menyerah. Selain itu, Nobunaga juga berpura-pura memberi izin kepada kelompok Ikki untuk menyerahkan diri. Kelompok Ikki sedang berkumpul untuk menyerahkan diri ketika Nobunaga melakukan serangan mendadak. Nobunaga lalu membakar hidup-hidup semua pengikut kelompok Ikki yang sudah menyerah. Pada peristiwa ini sejumlah 20.000 orang tewas.

Kelompok Ikki kabarnya sebagai besar adalah orang tua, wanita dan anak-anak yang tidak pernah ikut berperang. Penjelasan yang dapat dipercaya mengatakan Nobunaga melakukan pembunuhan massal sebagai balasan atas kerugian besar yang diderita Nobunaga dalam pertempuran dengan kelompok Ikki Nagashima. Pengikut Nobunaga yang terpercaya dan anggota keluarga Nobunaga juga tewas dalam jumlah besar, sehingga Nobunaga merasa dendam terhadap kelompok Ikki. Kelompok Ikko Nagashima memang bisa diberantas sampai ke akar-akarnya berkat pembunuhan massal yang dilakukan Nobunaga.

Pertempuran Nagashino

Pada tahun 1575, pewaris kekuasaan Takeda Shingen yang bernama Takeda Katsuyori menjadikan menantu Ieyasu yang bernama Okudaira Nobumasa sebagai sasaran balas dendam terhadap Tokugawa Ieyasu. Istana Nagashino yang merupakan tempat kediaman Nobumasa diserang oleh pasukan Takeda Katsuyori yang terdiri dari 15.000 prajurit.

Permintaan bantuan dari Ieyasu untuk membantu Okudaira Nobumasa ditanggapi oleh Nobunaga. Pasukan Takeda yang hanya terdiri dari 15.000 prajurit berhasil dihancurkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa yang terdiri dari 30.000 prajurit Oda dan 5.000 prajurit Tokugawa. Peristiwa ini dikenal sebagai Pertempuran Nagashino. Di dalam pertempuran ini, korban tewas di pihak pasukan Takeda dikabarkan mencapai lebih dari 10.000 prajurit.

Nobunaga kabarnya menggunakan strategi membagi pasukan senapan menjadi tiga lapis prajurit untuk menghindari kemungkinan prajurit tewas sewaktu mengisi peluru. Ketika prajurit lapis pertama telah selesai menembak dan berjongkok untuk mengisi peluru, prajurit lapis kedua mendapat giliran untuk menembak dan seterusnya. Beberapa pendapat justru menyangsikan strategi berperang seperti ini pernah digunakan oleh pasukan Nobunaga.

Dalam pertempuran ini, Nobunaga memuji Okudaira Nobumasa yang berhasil mempertahankan Istana Nagashino dengan segelintir prajurit melawan pasukan Takeda yang berjumlah lebih banyak.

Pada tahun yang sama (1575), Nobunaga menunjuk Shibata Katsuie sebagai panglima gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang terbentuk setelah hancurnya klan Asakura. Pembantaian massal pasukan Ikko Ikki merupakan hasil pekerjaan pasukan Katsuie yang dikirim ke Echizen. Korban tewas diakibatkan pasukan Katsuie dikabarkan mencapai puluhan ribu orang yang tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Atas kejadian tersebut, pengikut Nobunaga yang bernama Murai Sadakatsu menulis surat tentang peristiwa mengerikan di Echizen Fuchū yang penuh mayat bergelimpangan sampai kelihatan tiada tempat kosong. Dalam tulisannya yang masih tersisa dalam bentuk litografi, Maeda Toshiie yang pada waktu itu merupakan bawahan Nobunaga juga menulis tentang sekitar 1.000 orang tawanan yang disalib, direbus, atau dibakar hidup-hidup.

Pembangunan Istana Azuchi

Pada tahun 1576, Nobunaga memulai pembangunan Istana Azuchi di pinggir Danau Biwa yang terletak di provinsi Ōmi. Pembangunan Istana Azuchi yang terlihat mewah dan mencolok berhasil diselesaikan pada tahun 1579. Istana dikabarkan terdiri dari 5 lantai dan 7 lapis atap, sedangkan bagian dalam menara utama menggunakan model atrium. Dalam surat yang dikirimkan ke negeri asalnya, seorang misionaris Yesuit memuji Istana Azuchi sebagai istana mewah yang di Eropa saja tidak ada.

Nobunaga pindah ke Istana Azuchi yang baru selesai dibangun setelah mewariskan Istana Gifu kepada putra pewarisnya Oda Nobutada. Istana Azuchi kemudian dijadikan pusat kekuasaan oleh Oda Nobunaga yang sedang berusaha untuk mempersatukan Jepang.

Pada tahun 1576, Nobunaga menyerang kuil Ishiyama Honganji. Pasukan Nobunaga yang terdiri dari 3.000 prajurit sempat terdesak, tapi akhirnya dapat mengalahkan pihak musuh yang terdiri dari 15.000 prajurit dalam Pertempuran Tennōji.

Para pendeta kuil Ishiyama sudah berhasil dikepung oleh pasukan Nobunaga, tapi kemudian terjadi pertempuran di laut sekitar muara sungai Kitsugawa antara pasukan Nobunaga melawan kapal-kapal pasukan laut Mōri yang sedang mengangkut perbekalan menuju kuil Ishiyama. Peristiwa ini dikenal sebagai Pertempuran Kitsugawa.

Pasukan laut Mōri yang berada di pihak pendeta kuil Ishiyama berhasil menenggelamkan kapal-kapal pasukan Nobunaga dengan serangan api. Akibat kekalahan ini, pasukan Nobunaga yang sudah berhasil mengepung kuil Ishiyama terpaksa ditarik mundur.

Nobunaga lalu memerintahkan Kuki Yoshitaka untuk membuat kapal dari besi baja yang tidak mudah dimakan api saat terjadi kebakaran. Pada tahun 1578, kapal-kapal Nobunaga berhasil menghabisi pasukan laut Mōri saat pecah pertempuran laut yang kedua kali.

Peran Panglima Daerah

Pada tahun 1577, ketika Nobunaga menyerang Ise, pasukan Suzuki Magoichi berhasil memaksa kelompok Saikashū untuk menyerah. Pada tahun yang sama, panglima Nobunaga yang bernama Hashiba Hideyoshi juga memulai serbuan ke daerah Chūgoku. Keberhasilan Nobunaga tidak lepas dari peran panglima militer yang tersebar di berbagai daerah:

Nobunaga pernah berhubungan baik dengan Uesugi Kenshin, tapi akhirnya harus berselisih soal hak penguasaan daerah seperti Noto (sekarang daerah semenanjung Prefektur Ishikawa). Pertempuran Sungai Tetori pecah akibat pertentangan antara Nobunaga dan Kenshin. Pasukan Shibata Katsuie dapat ditaklukkan dengan mudah oleh pasukan Uesugi Kenshin yang merupakan musuh terkuat Nobunaga setelah wafatnya Takeda Shingen.

Kesempatan ini lalu dimanfaatkan Matsunaga Hisahide untuk kembali memimpin pemberontakan di Yamato. Nobunaga yang menyadari kekuasaannya dalam bahaya segera mengirim pasukan ke Yamato untuk membunuh Hisahide. Pada bulan Maret 1578, Uesugi Kenshin yang sedang dalam perjalanan menaklukkan Kyoto meninggal karena sakit.

Pada tahun 1579, pasukan Hashiba Hideyoshi berhasil menaklukkan Ukita Naoie dan menguasai provinsi Bizen. Hatano Hideharu dari Tamba juga dipaksa menyerah oleh pasukan Akechi Mitsuhide. Nobunaga langsung menghukum mati Hatano Hideharu, padahal Hideharu baru mau menyerah setelah dibujuk dengan bersusah payah oleh Mitsuhide. Peristiwa ini nantinya menjadi sumber masalah bagi Nobunaga. Ada cerita yang mengatakan perbuatan Nobunaga menyebabkan terbunuhnya ibu kandung Akechi Mitsuhide yang dijadikan sandera oleh pihak Hatano Hideharu.

Sementara itu, putra Nobunaga (Kitabatake Nobuo atau Oda Nobuo) yang menjadi penguasa provinsi Ise mengambil keputusan sendiri untuk menyerang provinsi Iga dengan alasan samurai pengikutnya diganggu para prajurit lokal sewaktu membangun Istana Dejiro. Kekalahan besar diderita pasukan Nobuo setelah prajurit lokal dari Ise melakukan serangan balasan. Kekalahan Nobuo diketahui Nobunaga yang memarahi habis-habisan putra keduanya. Prajurit lokal dari provinsi Iga kemudian dinyatakan sebagai musuh Nobunaga. Peristiwa ini disebut Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian pertama.

Di tahun yang sama (1579), pasukan Nobunaga berhasil memadamkan pemberontakan di Kinai yang dipimpin Besso Nagaharu dan Araki Murashige.

Masih di tahun yang sama, Nobunaga juga memerintahkan istri sah dari sahabat terdekatnya Tokugawa Ieyasu yang bernama Tsukiyama dono untuk melakukan seppuku. Tsukiyama dono adalah ibu dari putra pewaris Ieyasu yang bernama Tokugawa Nobuyasu. Menurut pendapat yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, Nobuyasu dituduh melakukan tindakan brutal sehingga ibunya harus bertanggung jawab. Ada juga kemungkinan pasangan ibu-anak (Tsukiyama dono dan Nobuyasu) dituduh bersekongkol menjalin hubungan rahasia dengan Takeda Katsuyori sehingga pantas dihukum mati.

Peristiwa ini menyebabkan perselisihan di kalangan kelompok pengikut Tokugawa yang terbagi menjadi kelompok pro dan kelompok anti Nobunaga. Pada akhirnya Tokugawa Ieyasu memutuskan untuk tidak menyelamatkan nyawa istri dan putra pewarisnya.

Pada bulan April 1580, Nobunaga berhasil berdamai dengan pihak kuil Ishiyama Honganji. Masalah kuil Ishiyama Honganji dan pendeta Kennyo yang merupakan ganjalan bagi Nobunaga bisa diselesaikan dengan damai berkat keputusan kaisar Ōgimachi yang syaratnya menguntungkan pihak kuil Ishiyama Honganji. Sesuai dengan syarat perdamaian, kuil Ishiyama Honganji harus meninggalkan Osaka . Pada bulan Agustus tahun yang sama (1580), Nobunaga secara tiba-tiba mengusir pengikutnya seperti Sakuma Nobumori, Hayashi Hidesada, Andō Morinari dan Niwa Ujikatsu.

Pada tahun 1581, Istana Tottori di Inaba yang dikuasai oleh Mōri Terumoto dipaksa menyerah oleh pasukan Hashiba Hideyoshi yang kemudian bergerak maju untuk menyerang Bizen.

Pada tahun yang sama, Oda Nobuo kembali memimpin pasukan sebanyak 60.000 prajurit untuk membalas kekalahan dari prajurit lokal di Ise. Pembunuhan massal kemudian terjadi di Iga, semua orang yang disangka ninja tewas dibantai termasuk wanita dan anak-anak kecil. Korban tewas mencapai lebih dari 10.000 orang. Semua orang dikabarkan lenyap dari provinsi Iga, semua barang-barang juga lenyap dan provinsi Iga hancur. Peristiwa ini dinamakan Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian kedua.

Kehancuran klan Oda

Pada bulan Maret 1582, pasukan Oda Nobutada menyerang wilayah Takeda dan secara berturut-turut berhasil menaklukan provinsi Shinano dan Suruga. Takeda Katsuyori berhasil dikejar sampai Gunung Tenmoku di provinsi Kai dan terpaksa bunuh diri yang menandai musnahnya klan Takeda.

Setelah klan Takeda dari Kai bisa ditaklukkan, Nobunaga memerintahkan untuk mengumpulkan dan menghukum mati semua pengikut klan Takeda beserta keluarga dan pembantu yang dianggap akan membalas kematian tuannya. Peristiwa ini dikenal sebagai Perburuan Takeda.

Dalam peristiwa ini, perintah Nobunaga untuk membantai seluruh klan Takeda dengan alasan bagaimanapun juga tidak dapat diterima Tokugawa Ieyasu dan sebagian menteri dari pihak Nobunaga. Walaupun harus bertaruh nyawa, Ieyasu dan para menteri memutuskan untuk menyembunyikan sisa-sisa pengikut Takeda. Seorang tokoh di zaman Edo yang bernama Takeda Yukari merupakan keturunan dari sisa-sisa pengikut Takeda yang berhasil diselamatkan dari pembunuhan massal.

Sementara itu, pasukan Shibata Katsuie bertempur dengan putra pewaris Uesugi Kenshin yang bernama Uesugi Kagekatsu, tapi terpaksa mundur setelah hampir merebut Noto dan Etchū.

Pada saat yang bersamaan, pasukan yang dipimpin putra Nobunaga Kambe Nobutaka dan menteri Niwa Nagahide sedang dalam persiapan berangkat ke Shikoku untuk menyerbu Chōsokabe Motochika.

Ada pendapat yang mengatakan Akechi Mitsuhide kuatir dengan masa depan sebagai pengikut Nobunaga karena tidak diberi bagian dalam rencana penyerbuan ke Shikoku. Mitushide merasa nasibnya sebentar lagi mirip dengan nasib Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada yang diusir oleh Nobunaga.

Pendapat lain mengatakan Akechi Mitsuhide merasa dirinya sudah tidak berguna, karena tidak lagi diserahi tugas memimpin pasukan oleh Nobunaga. Mitsuhide juga merasa dipermalukan oleh Nobunaga, karena rencana pernikahan putri salah seorang pengikutnya yang bernama Saitō Toshimitsu menjadi gagal. Pernikahan ini sebenarnya diatur oleh Mitsuhide sesuai strategi pendekatan terhadap Chōsokabe Motochika yang diperintahkan Nobunaga.

Nobunaga mengirim Takigawa Kazumasa ke provinsi Kōzuke untuk meredam kekuatan daimyo Hōjō Ujimasa yang berpenghasilan 2.400.000 koku, ketika Ujimasa sedang bertempur melawan Uesugi Kagekatsu dan Takeda Katsuyori. Sebagai strategi untuk menekan kekuatan Hōjō Ujimasa dengan cara mengepungnya, Nobunaga juga mengirim Kawajiri Hidetaka ke provinsi Kai dan Mori Nagayoshi ke provinsi Shinano. Berkat strategi pengepungan oleh pengikut Nobunaga yang membatasi ruang gerak Hōjō Ujimasa, Nobunaga tidak perlu mengangkat senjata melawan Hōjō Ujimasa.

Insiden Honnoji

Pada tanggal 15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu berkunjung ke Istana Azuchi untuk mengucapkan terima kasih kepada Nobunaga atas penambahan Suruga ke dalam wilayah kekuasaannya. Nobunaga menugaskan Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah yang mengurus segala keperluan Ieyasu selama berada di Istana Azuchi mulai tanggal 15 Mei-17 Mei 1582.

Di tengah kunjungan Ieyasu di Istana Azuchi, Nobunaga menerima utusan yang dikirim Hashiba Hideyoshi yang meminta tambahan pasukan dari Nobunaga. Posisi Hideyoshi yang sedang bertempur merebut Istana Takamatsu di Bitchū dalam keadaan sulit, karena jumlah pasukan Mōri berada di atas jumlah pasukan Hideyoshi.

Nobunaga menanggapi permintaan bantuan Hideyoshi. Mitsuhide dibebaskan dari tugasnya sebagai tuan rumah bagi Ieyasu dan diperintahkan memimpin pasukan bantuan untuk Hideyoshi. Dalam jurnal militer Akechi Mitsuhide ditulis tentang Nobunaga yang tidak merasa puas dengan pelayanan Mitsuhide sewaktu menangani kunjungan Ieyasu. Nobunaga menyuruh anak laki-laki peliharaannya yang bernama Mori Ranmaru untuk memukul kepala Mitsuhide.

Nobunaga berangkat ke Kyoto pada tanggal 29 Mei 1582 dengan tujuan mempersiapkan pasukan yang dikirim untuk menyerang pasukan Mōri. Nobunaga menginap di kuil Honnōji, Kyoto. Akechi Mitsuhide yang sedang dalam perjalanan memimpin pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah dan secara tiba-tiba muncul di Kyoto untuk melakukan serangan mendadak terhadap kuil Honnoji. Pada tanggal 2 Juni 1582, Nobunaga terpaksa melakukan bunuh diri, tapi kabarnya jenazah Nobunaga tidak pernah ditemukan. Peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Honnōji.

Kepribadian

Nobunaga menggemari barang-barang yang berasal dari Barat. Pada tahun 1581, Nobunaga pernah menyelenggarakan parade pasukan kavaleri dengan mengundang kaisar Ōgimachi. Pada waktu itu, Nobunaga hadir mengenakan mantel dari kain beludru dan topi gaya Barat.

Pada masa tuanya, Nobunaga dikabarkan selalu mengenakan baju zirah ala Barat sewaktu tampil dalam pertempuran. Nobunaga sangat berminat pada pelayan berkulit hitam dari misionaris Yesuit Alessandro Valignano. Nobunaga lalu menjadikan pelayan berkulit hitam yang diberi nama Yasuke sebagai penasehat pribadi.

Nobunaga konon bisa segera mengerti kegunaan dari barang-barang yang dihadiahkan misionaris Yesuit seperti bola dunia, jam, dan peta. Pada waktu itu orang Jepang masih belum mengetahui bumi itu bulat. Para pengikut Nobunaga walaupun sudah dijelaskan berkali-kali tidak juga bisa bisa paham, tapi Nobunaga kabarnya bisa langsung mengerti dan menganggapnya sebagai sesuatu yang masuk akal.

Nobunaga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Nobunaga sudah menggunakan senapan model Arquebus, padahal pada masa itu senapan masih merupakan barang yang tidak umum. Nobunaga terkenal dengan tindakan yang sering dinilai kejam, tapi misionaris Portugis bernama Luis Frois menganggap Nobunaga sebagai orang biasa-biasa saja.

Nobunaga kabarnya begitu tampan sewaktu masih remaja, sehingga sering disangka sebagai wanita. Nobunaga juga punya selera fedofilia seperti lazimnya para shogun zaman Sengoku. Nobunaga punya hubungan khusus dengan banyak bocah laki-laki seperti Maeda Toshiie, Hori Hidemasa, dan Mori Ranmaru. Tokoh terkenal seperti Maeda Toshiie dan Hori Hidemasa sewaktu kecil adalah peliharaan Nobunaga, sedangkan Mori Ranmaru adalah anak laki-laki peliharaan Nobunaga yang terakhir. Nobunaga adalah pemimpin yang sangat berkuasa, tapi dibandingkan dengan besarnya kekuasaan Nobunaga, jumlah istri yang dimiliki sangatlah sedikit walaupun dikaruniai banyak keturunan.

Nobunaga benci dengan seni pertunjukan Noh tapi menyenangi Igo dan seni menyanyi dan menari yang disebut Kōwakamai. Salah satu lagu Kōwakamai yang digemari Nobunaga berjudul Atsumori, terutama lirik yang berbunyi Ningen gojunen, keten no uchi o kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka (「人間五十年 下天のうちをくらぶれば 夢幻の如くなり ひとたび生を享け 滅せぬもののあるべきか」, umur manusia hanya lima puluh tahun, di dunia fana ini, hidup ini seperti mimpi, sekali dilahirkan, adakah orang yang tidak mati).

Nobunaga dikabarkan sangat sering menyanyikan lagu ini sambil menari, mungkin karena liriknya kena di hati, tapi mungkin juga cocok dengan prinsip hidupnya. Nobunaga sangat menggemari olah raga Sumo sehingga sering sekali menggelar pertandingan Sumo yang dihadiri kaisar dan kalangan atas istana. Nobunaga menyenangi seni bela diri dan beraneka macam olah raga, seperti berenang, berburu memakai burung rajawali, menunggang kuda dan seni memanah kyūdo.

Lukisan potret

Lukisan potret Nobunaga disimpan di kuil Chōkōji, kota Toyota, Prefektur Aichi. [[Lukisan potret Nobunaga oleh pelukis Eropa yang disimpan di gudang kuil Sampoji, kota Tendo, Prefektur Fukui http://www.ikedaya.com/ikedatown/castlepre/k.html ]] ikut habis terbakar akibat serangan udara dalam Perang Dunia II, padahal dalam lukisan potret tersebut Nobunaga digambarkan sangat mirip dengan aslinya.

Kebijakan

Tenka Fubu

Pada abad pertengahan, rakyat Jepang terdiri dari kelas bangsawan, kelas pendeta, dan kelas samurai. Stempel Nobunaga bertuliskan "Tenka Fubu" (penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan militer) yang sering diartikan sebagai ambisi Nobunaga untuk mendirikan pemerintahan militer oleh kelas samurai dengan menghapus kelas bangsawan dan kelas pendeta. Ambisi Nobunaga menghancurkan kelas pendeta terlihat dari kebijakannya menghancurkan Pemberontakan Ikko Ikki dan Perang Ishiyama yang dilancarkan terhadap kuil Honganji dan pendeta Kennyo. Keshogunan Muromachi yang berada dibawah kendali Nobunaga juga mengeluarkan peraturan pertanahan di Kyoto yang menempatkan kompleks rumah tinggal kelas bangsawan di lokasi khusus agar lebih mudah diawasi.

Kegiatan beragama

Walaupun menyatakan dirinya sebagai penganut sekte Hokke, Nobunaga dianggap tidak punya penghormatan sama sekali terhadap agama Buddha akibat perintahnya yang dinilai kejam dalam penyelesaian masalah Ikko Ikki dan pembantaian massal di kuil Enryakuji. Nobunaga juga dikabarkan menggunakan patung batu dewa pelindung anak dalam agama Buddha dan batu nisan sebagai tembok batu di Istana Azuchi.

Pihak yang pembela Nobunaga menyangkal Nobunaga tidak religius dengan menunjuk pada bukti langit-langit menara utama Istana Azuchi yang dipenuhi hiasan gambar para tokoh dalam agama Budha, Taoisme dan Konfusianisme. Pendapat lain mengatakan Nobunaga hanya menginginkan pemerintahan militer yang sekuler. Nobunaga juga tidak pernah melarang kegiatan beragama seperti Jōdo Shinshū dan kuil Enryakuji.

Kebijakan terhadap istana

Nobunaga tidak menempati jabatan di istana setelah mengundurkan diri dari jabatan Udaijin di bulan April 1578. Pengunduran diri Nobunaga sering dikatakan berkaitan dengan wafatnya Uesugi Kenshin di usia 49 tahun pada bulan Maret 1578.

Ada pendapat yang mengatakan Nobunaga sudah mempunyai kekuasaan yang cukup hingga tidak lagi memerlukan bantuan dari istana, apalagi saingan Nobunaga sudah tidak ada lagi. Musuh-musuh besar Nobunaga seperti Uesugi Kenshin, kekuatan militer dari kuil Honganji dan klan ternama seperti klan Takeda, Mōri dan Ōtomo semuanya sudah habis.

Di daerah Kanto, Nobunaga berusaha menjalin persekutuan dengan Gohōjō yang menguasai wilayah bernilai 2.400.000 koku. Pemimpin klan juga dikirimi wanita untuk dijadikan istri.

Nobunaga ikut membantu dalam soal keuangan dan turut campur dalam pengambilan keputusan di istana. Kaisar hanya berperan sebagai boneka Nobunaga, hingga pada puncaknya Nobunaga meminta kaisar Ōgimachi untuk mengundurkan diri. Kaisar Ōgimachi adalah kaisar yang sudah berpengalaman dan tidak mudah mengikuti setiap perkataan Nobunaga. Nobunaga sebaliknya masih menuruti perintah kaisar setiap kali kaisar tidak sependapat dengan Nobunaga yang ingin selalu menyerang musuh kuatnya di berbagai tempat.

Pendapat lain mengatakan pameran kekuatan Nobunaga dalam bentuk parade pasukan kavaleri di tahun 1581 diadakan dengan tujuan mengancam kaisar Ōgimachi. Pendapat yang membela Nobunaga mengatakan parade pasukan tidak dilakukan dengan tujuan mengancam kaisar.

Kaisar Ōgimachi bermaksud berkompromi dengan Nobunaga dengan cara memberikan gelar-gelar seperti Seitaishogun, Dajō Daijin, dan Kampaku, kecuali gelar Kan-i yang tidak sempat diterima Nobunaga. Ada pendapat yang mengatakan Nobunaga lebih dulu tewas dalam Insiden Honnōji sehingga tidak sempat menerima gelar Kan-i. Pendapat lain mengatakan ada kemungkinan kalangan istana merupakan dalang Insiden Honnōji karena kuatir dengan Nobunaga yang semakin bebas menjalankan politik Tenka Fubu setelah wafatnya Uesugi Kenshin.

Kebijakan perdagangan

Nobunaga menjalankan politik pasar bebas (楽市・楽座, rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan sistem kartel dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu, sehingga peredaran barang dan perekonomian berkembang dengan pesat. Nobunaga juga melakukan survei wilayah dan memindahkan tempat kediaman pengikutnya di kota sekeliling istana.

Penghapusan sistem kartel hanya berlaku di daerah-daerah yang bisa dibebaskan dari kartel. Distribusi barang dikuatirkan lumpuh jika sistem kartel dihapus di seluruh daerah. Sistem kartel seperti di Kyoto tetap dipertahankan mengingat anggota kartel berpengaruh di bidang politik.

Kebijakan kepegawaian

Nobunaga lebih menghargai kemampuan daripada asal-usul keluarga. Pengikut Nobunaga yang kemudian menjadi sukses seperti Takigawa Kazumasu dan Akechi Mitsuhide adalah bekas ronin. Kinoshita Tōkichirō juga berasal dari prajurit berjalan kaki (Ashigaru). Para menteri dari klan yang sudah mengabdi dari generasi ke generasi, seperti Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada sebaliknya justru diusir oleh Nobunaga.

Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada bukannya tidak berprestasi, tapi Nobunaga lebih menghargai hasil pekerjaan Shibata Katsuie yang merupakan pengikut sekaligus panglima pasukan dari wilayah Hokuriku. Nobumori dan Hidesada memang pernah diizinkan untuk terus mengikuti Nobunaga, tapi ketika mencoba berperan aktif justru dikenakan tindakan disiplin berupa pemecatan.

Upacara minum teh yang sedang populer pada saat itu digunakan Nobunaga sebagai sarana berpolitik dan bisnis dengan kalangan pengikutnya. Para pengikut Nobunaga juga sebaliknya menjadi sangat menghargai tradisi upacara minum teh. Nobunaga menggunakan perangkat minum teh berharga tinggi dari provinsi penghasil keramik terbaik sebagai imbalan pengganti uang tunai. Takigawa Kazumasu yang memiliki wilayah Kanto kabarnya sangat kecewa karena tidak diberi imbalan berupa perangkat minum teh Shukōkonasu. Imbalan yang diterima dari Nobunaga justru penambahan wilayah kekuasaan berupa provinsi Ueno dan gelar penguasa daerah Kanto.

Kepemimpinan

  • Nobunaga mempunyai kemampuan untuk memimpin para pengikut yang terdiri dari kalangan yang sudah sangat terpilih, tapi sering dikatakan tidak berusaha untuk mengerti sifat orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pendapat lain mengatakan para pengikut sering tidak mendapat penjelasan dari Nobunaga tentang maksud kebijakan politik yang sedang diambil.
  • Nobunaga sangat mengawasi gerak-gerik para daimyo. Nobunaga sering mengirim berbagai macam barang berharga untuk Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen yang dianggap sebagai ancaman terbesar dengan maksud untuk menjalin hubungan persahabatan.

Silsilah

Asal-usul

Pendapat yang melihat hubungan antara klan Oda (disebut juga klan Taira atau klan Fujiwara) dan kuil Shintō Tsurugi di Prefektur Fukui mengatakan asal-usul klan Oda adalah klan Imbe (disebut juga klan Imibe) yang merupakan kelas bangsawan sejak zaman kuno. Klan Oda berasal dari Echizen tapi kemudian pindah ke Owari. Klan Asakura merupakan saingan klan Oda. Kakek Nobunaga bernama Oda Nobusada yang merupakan penguasa Istana Furuwatari.

Adik dan kakak
Adik perempuan
Anak laki-laki

Sanak keluarga

Garis keturunan Oda Nobusada
Garis keturunan Oda Nobuyuki
Garis keturunan Oda Nobuharu
Garis keturunan Oda Nobumitsu
Garis keturunan Oda Nobuyasu
Garis keturunan lain
Anak perempuan
Anak cucu

Pengikut

Lokasi makam

Lokasi yang dinyatakan sebagai makam Oda Nobunaga tersebar di banyak tempat, antara lain:

 
Nobunaga Kōbyō di kuil Honnoji
  • Nobunaga Kōbyō di kuil Honnoji, distrik Nakagyō, Kyoto
  • Oda Nobunaga Kōhonbyō di kuil Rendaizan Amidaji
    • Batu nisan Nobunaga terletak di kuil ini. Pendeta kepala dikabarkan menguburkan Oda Nobunaga setelah Insiden Honnoji.
  • Lokasi makam di Gunung Koya kuil Oku-no-in
    • Gorintō (batu nisan lima susun) Oda Nobunaga yang dilupakan orang sejak zaman Meiji ditemukan pada tahun 1970.
  • Kuil Sōken-in yang terletak di dalam kompleks kuil Daitokuji, distrik Kita, Kyoto
    • Toyotomi Hideyoshi dikabarkan membangun kuil Sōken-in untuk Oda Nobunaga di kuil ini pada peringatan setahun meninggalnya Nobunaga. Pada waktu itu dibuat dua buah patung kayu sebagai pengganti jenazah Oda Nobunaga yang tidak pernah diketemukan, satu buah patung untuk dikremasi dan satu buah patung untuk disimpan di dalam kuil Sōken-in.
  • Oda Nobunaga Kōhonbyō di situs bekas Istana Azuchi (wilayah Sannomaru).
  • Makam Oda Nobunaga di kuil Zuiryūji di Gunung Takaoka, kota Takaoka, Prefektur Toyama
  • Makam Oda Nobunaga di kuil Sōfukuji, kota Gifu, Prefektur Gifu. Onabe-no-kata (istri lain Nobunaga) mengirimkan barang-barang peninggalan dan ihai (papan kayu nama almarhum) milik Nobunaga untuk disimpan di kuil ini.

Kesusastraan dan budaya

Pengikut Nobunaga bernama Ōta Gyūichi menulis buku catatan resmi tentang Oda Nobunaga yang berjudul Nobunaga kōki.

Perjalanan hidup Oda Nobunaga dan tokoh-tokoh yang berada di sekitarnya merupakan bahan cerita yang tidak ada habisnya ditulis kembali dalam bentuk novel fiksi sejarah, manga, video game, dan Taiga drama yang ditayangkan saluran televisi NHK.

Pranala luar