Riau
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatra dan beribukotakan Pekanbaru. Provinsi Riau di sebelah utara berbatasan dengan Kepulauan Riau dan Selat Melaka; di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala; di sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
Riau | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Tanggal | 9 Agustus 1957 (hari jadi) |
Ibu kota | Pekanbaru |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Rusli Zainal |
Luas | |
• Total | 89.150,15 km2 km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 5,308,702 jiwa (2.003) |
Demografi | |
• Agama | Islam (88%), Protestan (1%), Katolik (5%), Buddha (6%), Hindu (0,2%) |
• Bahasa | Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia |
Kode Kemendagri | 14 |
Kode BPS | 14 |
Lagu daerah | Lancang Kuning, Soleram, Langgam Melayu, Kutang Barendo, Lenggang Kangkung, Ayam Putih Pungguk, Hymne Melayu, Satelit Zapin, Zapin Laksmana Raja di Laut, Zapin Pantai Solop, Gulai Kokek Asam Durian, Tuanku Tambusai, |
Situs web | http://www.riau.go.id |
Arti lambang
Mata rantai tak terputus sejumlah 45 butir, membentuk tameng. Memberi arti persatuan dan kesatuan bangsa yang telah diprokalamasikan sejak tahun 1945. Di dalamnya berisi padi, kapas, gelombang laut, keris dan lancang kuning, jenis kapal layar yang khas daerah Riau. Padi kapas melambangkan kesejahteraan rakyat, lancang kuning mengandung arti semangat rakyat Riau dengan hasil laut yang melimpah. Gelombang 5 lapis melambangkan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Dan Keris Berhulu, kepala burung Serindit adalah kepahlawanan rakyat Riau berdasarkan kebijaksanaan dan kebenaran
Geografi
Luas wilayah Provinsi Riau adalah 111.228,65 kilometer persegi (luas sesudah pemekaran Provinsi Kepulauan Riau) yang terdiri dari pulau-pulau dan laut-laut. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai Laut Cina Selatan, terletak antara 1°15´ Lintang Selatan sampai 4°45´ Lintang Utara atau antara 100°03´-109°19´ Bujur Timur Greenwich dan 6°50´-1°45´ Bujur Barat Jakarta.
Daerah Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim hujan. Rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
Menurut catatan Stasiun Metereologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru menunjukkan optimum pada 27,6 ° Celsius dalam interval 23,4-33,4° Celsius. Kejadian kabut tercatat terjadi sebanyak 39 kali dan selama Agustus rata-rata mencapai 6 kali sebagai bulan terbanyak terjadinya kejadian.
Sumber daya alam
Riau kaya akan sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak dan gas bumi, emas, dll. maupun kekayaan hutan dan perkebunannya, belum lagi kekayaan sungai dan lautnya. Seiring otonomi daerah, kekayaan tersebut bertahap mulai disalurkan secara penuh ke daerah (tidak sepenuhnya diberikan ke pusat) lagi. Aturan baru dari pemerintahan reformasi, memberi batasan dan aturan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.
Kependudukan
Penduduk Riau berdasarkan hasil olahan SUPAS, Sensus Penduduk dan Proyeksi Susenas tahun 2007 sebesar 5.070.952 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 779.899 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Dumai sebesar 231.121 jiwa.
Suku Bangsa di Riau
Penduduk Provinsi Riau terdiri dari penduduk asli dan para pendatang yang bermacam-macam suku bangsanya. Mereka bermukim di wilayah perkotaan dan di pedesaan di seluruh pelosok Provinsi Riau. Adapun suku-suku yang terdapat di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :[1]
Suku Melayu merupakan penduduk asli Provinsi Riau dan merupakan suku mayoritas di provinsi ini. Terdapat di seluruh daerah Riau.
Pada umumnya ada di daerah Riau, terutama daerah transmigrasi dan daerah perkotaan. Penduduk Suku Jawa ada yang bekerja sebagai petani, pegawai negeri, anggota TNI, buruh dan sebagainya.
Penduduk Suku Minangkabau pada umumnya tinggal di Pekanbaru, Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan wilayah lainnya. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang, namun banyak juga yang menjadi pegawai negeri, anggota TNI, dll. Suku Minangkabau merupakan suku yang suka merantau.
Penduduk etnis Tionghoa pada umumnya tinggal di daerah pesisir Provinsi Riau seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis. Namun sekarang ini banyak juga yang tinggal di daerah perkotaan seperti Pekanbaru dan Dumai.
Masyarakat dari Suku Batak kebanyakan tinggal di daerah perkotaan. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai PNS, TNI, pedagang, dll
Banyak terdapat di Indragiri Hilir, seperti di Tembilahan, Enok, Tempuling Gaung anak Serka dan Reteh.
- dan lain-lain
Suku bangsa di Riau lainnya seperti Sunda, Banjar, Flores, suku - suku di pedalaman daerah Riau seperti Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Laut, dan lainnya
Bahasa
Bahasa pengantar masyarakat Provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia tentunya. Disamping itu penggunaan Bahasa Minang juga banyak digunakan oleh penduduk Provinsi Riau serta bahasa daerah lainnya.
Bahasa Melayu Riau
Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.
Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:
- Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara,
- Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
- Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.
Agama
Dilihat dari komposisi penduduk Provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang sosial budaya, bahasa dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau sendiri. Oleh karena itu kemajemukan tersebut harus dianggap bukanlah sebagai jurang pemisah antar penduduk namun sebagai pendorong bagi terciptanya persatuan dan kesatuan Indonesia.
Agama - agama yang dianut penduduk Provinsi Riau sangat beragam. Yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dsb.
Berbagai sarana dan prasarana peribadatan terdapat di seluruh penjuru Provinsi Riau.
Contoh - contoh tempat peribadatan bagi masyarakat Riau yaitu :
- bagi Umat Islam = Mesjid Agung An-nur di Jantung Kota Pekanbaru, Mesjid Raya Pekanbaru, Masjid Raya Rengat, dan lainnya
- bagi Umat Kristen / Katolik = Gereja Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Gereja HKBP Pekanbaru Kota, GBI Dumai, dll
- bagi Umat Buddha / Tridarma = Vihara Dharma Loka dan Vihara Cetia Tri Ratna (Pekanbaru), Vihara Sejahtera Sakti (Selatpanjang), Kelenteng Ing Hok Kiong (Bagansiapiapi), dll
- bagi Umat Hindu = Pura Agung Jagatnatha Pekanbaru dll
- dan sebagainya
Pendidikan
Riau mempunyai beberapa perguruan tinggi, di antaranya Universitas Riau [2], Universitas Islam Riau, Universitas Islam Negri SUSKA (Sultan Syarif Kasim), Universitas Lancang Kuning, Universitas Muhammadiyah Riau . Selain itu juga terdapat Politeknik Caltex Riau [3], dan Lembaga pendidikan dan pelatihan.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Gubernur Riau | |
---|---|
Jawi: ݢوبرنور رياو | |
Pemerintah Provinsi Riau | |
Kediaman | Rumah Dinas Gubernur Riau |
Masa jabatan | 5 tahun, dapat diperpanjang sekali |
Pejabat perdana | Sutan Mohammad Amin Nasution |
Dibentuk | 5 Maret 1958 |
Wakil | Wakil Gubernur Riau |
Situs web | www |
Riau merupakan sebuah provinsi yang dimekarkan dari Sumatra Tengah dan dipimpin oleh seorang kepala daerah yang biasa disebut Gubernur. Secara historis, Gubernur Riau pernah dijabat oleh tokoh dari kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, terutama pada awal berdirinya Riau hingga transisi masa Orde Baru menuju masa Reformasi pada 1998. Dalam membantu tugas kegubernuran dan menyelaraskan kebijakan daerah, maka Gubernur Riau dibantu oleh wakil gubernur yang terpilih bersama dengan gubernur dalam pemilihan umum kepala daerah.
Sejarah
Pada 27 Februari 1958 melalui surat keputusan presiden, Soekarno menunjuk Sutan Mohammad Amin Nasution sebagai Gubernur pertama Riau setelah pemekaran provinsi tersebut dari Sumatra Tengah. Ia dilantik pada tanggal 5 Maret 1958 dan berkedudukan di Tanjung Pinang.[3] Seiring berjalannya waktu, Amin Nasution digantikan oleh Kaharuddin Nasution pada 1960, akan tetapi ia justru mendapat tuntutan dari mahasiswa pasca Peristiwa Gerakan 30 September. Gejolak tersebut berlarut-larut hingga pemerintah pusat memutuskan untuk menggantikannya dengan Arifin Achmad.[4]
Riau terakhir kali memiliki gubernur berdasarkan hasil pemilihan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau yang dilaksanakan pada 22 Oktober 2003 di suatu rapat paripurna dengan hasil menyatakan bahwa Rusli Zainal terpilih sebagai gubernur dan Wan Abubakar sebagai wakil gubernur berhasil mengalahkan gubernur petahana, Saleh Djasit dari Partai Golongan Karya.[5] Melalui sistem demokratis di masa Reformasi menjadikan Rusli Zainal kembali menduduki kursi gubernur pada 2008.[6]
Daftar
<onlyinclude>Berikut merupakan daftar Gubernur Riau secara definitif sejak tahun 1958.
Gubernur Riau | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Sutan Mohammad Amin Nasution (1904–1993) |
Independen | 5 Maret 1958 | 6 Januari 1960 | 1 tahun, 307 hari | I | Lowong | [ket. 1] | ||
2 | Kaharuddin Nasution (1925–1990) |
ABRI–Angkatan Darat | 6 Januari 1960 | 15 November 1966 | 6 tahun, 313 hari | II | Wan Abdul Rachman 1962–1965 |
|||
3 | Arifin Achmad (1924–1994) |
ABRI–Angkatan Darat | 4 Maret 1967 | 4 Maret 1972 | 5 tahun, 0 hari | III | Lowong | [ket. 2] | ||
5 Desember 1972 | 5 Desember 1977 | 5 tahun, 0 hari | IV | [ket. 3] | ||||||
4 | Subrantas Siswanto (1923–1980) |
ABRI–Angkatan Darat | 14 Juni 1978 | 14 Mei 1980 | 1 tahun, 335 hari | V (1978) |
[7][ket. 4] | |||
5 | Imam Munandar (1927–1988) |
ABRI–Angkatan Darat | 2 Oktober 1980 | Juni 1983 | 2–3 tahun | |||||
Juni 1983 | 21 Juni 1988 | 4–5 tahun | VI (1983) |
Baharuddin Yusuf 1986–1988 |
[ket. 5][ket. 6] | |||||
6 | Soeripto (1934–2010) |
ABRI–Angkatan Darat | 28 Desember 1988 | 28 Desember 1993 | 5 tahun, 0 hari | VII (1988) |
|
|||
28 Desember 1993 | 28 Desember 1998 | 5 tahun, 0 hari | VIII (1993) |
|||||||
7 | Saleh Djasit (lahir 1943) |
Golkar | 28 Desember 1998 | 21 November 2003 | 4 tahun, 328 hari | IX (1998) |
Raja Abdul Aziz | |||
8 | Rusli Zainal (lahir 1957) |
Golkar | 21 November 2003 | 31 Juli 2008 | 4 tahun, 253 hari | X (2003) |
Wan Abubakar | [11] | ||
9 | Wan Abubakar (lahir 1950) |
PPP | 31 Juli 2008 | 21 November 2008 | 113 hari | Lowong | [12] | |||
(8) | Rusli Zainal (lahir 1957) |
Golkar | 21 November 2008 | 12 November 2013 | 4 tahun, 356 hari | XI (2008) |
Mambang Mit | |||
10 | Annas Maamun (lahir 1940) |
Golkar | 19 Februari 2014 | 29 April 2016[a] | 2 tahun, 70 hari | XII (2013) |
Arsyadjuliandi Rachman | |||
11 | Arsyadjuliandi Rachman (lahir 1960) |
Golkar | 25 Mei 2016 | 20 September 2018 | 2 tahun, 118 hari | Wan Thamrin Hasyim | [ket. 7] | |||
12 | Wan Thamrin Hasyim (lahir 1944) |
Golkar | 10 Desember 2018 | 19 Februari 2019 | 71 hari | Lowong | ||||
13 | Syamsuar (lahir 1954) |
Golkar | 20 Februari 2019 | 3 November 2023 | 4 tahun, 256 hari | XIII (2018) |
Edy Nasution | [ket. 8] | ||
14 | Edy Nasution (lahir 1961) |
NasDem | 27 November 2023 | 20 Februari 2024 | 89 hari | Lowong | [14] |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Riau.
Pejabat | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Gubernur definitif | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Arifin Achmad (Caretaker) |
ABRI–Angkatan Darat | 16 Oktober 1966[b] | 4 Maret 1967 | 139 hari | — | Transisi (1966–1967) | |||
Prapto Prayitno (Penjabat) |
ABRI–Angkatan Darat | 9 Juni 1980 | 2 Oktober 1980 | 115 hari | — | Transisi (1980) | |||
Baharuddin Yusuf (Pelaksana Tugas) |
Golkar | November 1987 | 6 Agustus 1988 | 0–1 tahun | VI (1983) |
Imam Munandar | [15] | ||
Atar Sibero (Caretaker) |
Nonpartisipan | 6 Agustus 1988 | 28 Desember 1988 | 144 hari | — | Transisi (1988) | |||
Mambang Mit (Pelaksana Tugas) |
Demokrat | 12 November 2013 | 21 November 2013 | 9 hari | XI (2008) |
Rusli Zainal | [16] | ||
Djohermansyah Djohan (Pejabat Sementara) |
Nonpartisipan | 21 November 2013 | 19 Februari 2014 | 90 hari | — | Transisi (2013–2014) | [17][18] | ||
Arsyadjuliandi Rachman (Pelaksana Tugas) |
Golkar | 25 September 2014 | 25 Mei 2016 | 1 tahun, 243 hari | XII (2013) |
Annas Maamun | |||
Wan Thamrin Hasyim (Pelaksana Tugas) |
Golkar | 20 September 2018 | 10 Desember 2018 | 81 hari | Arsyadjuliandi Rachman | ||||
Ahmad Hijazi (Pelaksana Harian) |
Nonpartisipan | 19 Februari 2019 | 20 Februari 2019 | 1 hari | — | Transisi (2019) | |||
Edy Nasution (Pelaksana Tugas) |
NasDem | 3 November 2023 | 27 November 2023 | 24 hari | XIII (2018) |
Syamsuar | |||
S. F. Hariyanto (Penjabat) |
Nonpartisipan | 20 Februari 2024 | 29 Februari 2024 | 9 hari | — | Transisi (2024–sekarang) | |||
29 Februari 2024 | 15 Agustus 2024 | 168 hari | |||||||
Rahman Hadi (Penjabat) |
Nonpartisipan | 15 Agustus 2024 | Petahana | 123 hari |
- Catatan
- ^ Dinonaktifkan pada 25 September 2014 hingga 29 April 2016 karena terjaring kasus korupsi, posisi diisi oleh Arsyadjuliandi Rachman sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Riau. Resmi diberhentikan pada 29 April 2016 melalui Keppres RI No. 49 tahun 2016[13]
- ^ Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. UP/443-1506 dan dilakukan pengangkatan sumpah jabatan pada 15 November 1966.
- Keterangan
- ^ Dilantik pada 5 Maret 1958 di Tanjung Pinang oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Mr. Sumarman. Pelantikannya sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No. 258/M/1958 tertanggal 27 Februari 1958.
- ^ Dilantik pada 4 Maret 1967 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No U.P.6/1/36-260 tanggal 24 Februari 1969 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 146/M/1969 tanggal 17 November 1969.
- ^ Dilantik pada 5 Desember 1972 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 171/M/1972 tanggal 29 November 1972.
- ^ Meninggal pada saat menjabat[8]
- ^ Pada 2 September 1985, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau melakukan rapat paripurna untuk memilih gubernur dan wakil gubernur Riau masa jabatan 1985–1990. Ismail Suko, kandidat gubernur yang memperoleh suara terbanyak tidak disenangi oleh pemerintah Orde Baru. Sebab, usut punya usut Imam Munandar didukung oleh pemerintah pusat yang membuat Ismail Suko mengundurkan diri secara terpaksa dan memberi ruang kepada Imam Munandar untuk melanjutkan kekuasaan di periode kedua.
- ^ Meninggal pada saat menjabat[9][10]
- ^ Mengundurkan diri karena menjadi Kandidat Anggota DPR RI periode 2019–2024
- ^ Mengundurkan diri karena menjadi Kandidat Anggota DPR RI periode 2024–2029
Lihat pula
Referensi
- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09.
- ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Riau". riau.bps.go.id. Diakses tanggal 2023-03-16.
- ^ "Pahlawan Nasional - MR. SM. Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara". Info Publik. 10 November 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ Rodzi, Fakhrur (21 Desember 2016). "Inilah Cerita Komandan Kopassus Saat Dikudeta Mahasiswa Dari Gubernur Riau". Info Publik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-13. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ "Rusli Zainal Terpilih Jadi Gubernur Riau". tokoh.id. 23 Oktober 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-07. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ "Mendagri Lantik Rusli Zainal Sebagai Gubernur Riau". detikcom. 21 November 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-07. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ "Kolonel R. Subrantas Siswanto". Mimbar Depdagri.
- ^ Administrator (24 Mei 1980). "Meninggal Dunia". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ Asril (St.), Zaili (2002). Tragedi Riau menegakkan demokrasi: peristiwa 2 September 1985. Panitia Peringatan 17 tahun "Peristiwa 2 September 1985". hlm. 13.
- ^ "Catatan Sejarah 21 Juni: Wafatnya Imam Munandar, Gubernur Riau 1980-1988". bertuahpos.com. 21 Juni 2020. Diakses tanggal 7 Juli 2024.
- ^ "Mendagri Melantik Gubernur Riau Terpilih". Liputan6.com. 22 November 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-18. Diakses tanggal 28 April 2022.
- ^ "Wan Abubakar Jadi Gubernur Riau". antaranews.com. Diakses tanggal 22 Juni 2024.
- ^ "Annas Maamun Akhirnya Terima Kepres Pemberhentian Dirinya Lapang Dada". Media Center Provinsi Riau. Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Riau. 29 April 2016. Diakses tanggal 28 Juni 2024.
- ^ "Jokowi Lantik Edy Natar Nasution Jadi Gubernur Riau". detik.com. 27 November 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-27. Diakses tanggal 27 November 2023.
- ^ Administrator (23 Juli 1988). "Nama-nama Sesudah Imam". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-28. Diakses tanggal 27 April 2022.
- ^ YUD; EGP (13 November 2013). "Mambang Mit diangkat sebagai Plt Gubri". Riau Pos. Riau. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-01. Diakses tanggal 13 November 2013.
- ^ Bertuah, Datuk (21 November 2013). "Mambang Mit Pamit dari Kantor Gubernur Riau". Pekanbaru.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-03. Diakses tanggal 21 November 2013.
- ^ Sinaga, Eri Komar (21 November 2013). Sawabi, Gusti, ed. "Djohermansyah Djohan dilantik jadi pejabat Gubernur Riau". Tribunnews.com. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-24. Diakses tanggal 21 November 2013.
Perekonomian
Pertanian & perkebunan
Perkebunan yang berkembang adalah perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit, baik itu yang dikelola oleh negara ataupun oleh rakyat. Selain itu juga terdapat perkebunan jeruk dan kelapa.Untuk perkebunan sawit saat ini propinsi Riau memiliki perkebunan sawit seluas 1,34 juta hektar.Selain itu terdapat pula 116 pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang beroperasi dengan produksi coconut palm oil''(CPO) 3.386.800 ton per tahun.
Hutan & ikan
Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mengcakup semua upaya memanfaatkan dan memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi lindung dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.
Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan hutan yang tidak mengindahkan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah semakin menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan tidak saja Provinsi Riau pada khususnya tapi Indonesia pada umumnya adalah masalah ilegal logging. Masalah ini merupakan akar dari masah lalu yang sulit sekali untuk diberantas karena ada oknum-oknum tertentu yang ikut bermain didalamnya. Ilegal logging telah menyebabkan hutan Riau habis tanpa ada proses hukum bagi mereka yang melakukannya.
Industri
Hasil daerah provinsi Riau antara lain:
Pertambangan
Hasil pertambangan Provinsi Riau adalah Minyak bumi, Gas, dan Batu Bara.
Transportasi
Provinsi Riau merupakan satu-satunya propinsi yang mempunyai BUMD di bidang transportasi udara yakni PT. Riau Airlines,yang bertujuan untuk melayani daerah-daerah yang sulit dijangkau melalui jalan darat maupun laut. Riau Airlines mengoperasikan Fokker-50 buatan Belanda(5 armada),untuk tahun 2008 menambah 2 armada lagi dengan jenis Avro-RJ 100
Keuangan & Perbankan
Untuk perbankkan di Propinsi sangat berkembang pesat, ini ditandai banyaknya bank swasta,serta adanya BUMD Bank Riau dan BPR Sarimadu.
Seni dan Budaya
Musik
- Musik Gambus Melayu
- Kompang Bengkalis
- Kompang Siak
- Musik Zapin Melayu Siak
- Calempong Kampar
- Calempong Kuantan
- Calempong Rarak Gondang Rokan
- Gong Tanah Sibunguik Kampar
- Berdah Rengat Indragiri
- Gendang Senapelan
Tarian
- Tarian Gamelan
- Serampang Dua Belas
- Joged Lambak
- Zapin
- Zapin Laksmana Raja di Laut
- Zapin Laksmana Hang Tuah
- Tari Zapin Lancang Kuning
- Tari Pembubung
- Tari Makan Sirih
- Tari Zapin Kampung Melayu Pekanbaru
- Tari Agung Tuah Negeri Payung Sekaki
- Tari Rentak Bulian
- Tari Makan Sirih Riau (Persembahan)
- Tari Joged Lambak
- Tari Serampang Dua Belas
- Tari Lenggang Melayu Riau
- Tari Zapin Sekampung Riau
- Tari Zapin Siak
- Tari Puan Sri Agung
- Tari Sri Julang Songket
- Tari Riuh Tambourine Riau
- Tari Pedang Kuantan
- Tari Tingkah Calempong Kampar
- Tari Zapin Negeri Junjungan Bengkalis
- Tari Junjung Bumi Indragiri
- Tari Panen Padi
- Tari Laskar Encik Puan
- Tari Gambus Melayu
- Tari Menjala Ikan
- Tari Zapin Hempas Pelalawan
- Tari Senapelan pekan berjaya
- Tari Melangkah Maju
- Tari Rotan
- Tari Rumbio
- Tari Selendang Nakal
- Tari Sarung Serondok
- Tari Bujang Dara
- Tari Riak Siak
- Tari Zapin Solop
- Tari Zapin Cemerlang Bumi Sri Gemilang
- Tari Bumi Negeri Seribu Suluk Rokan
- Tari Gegap Gempita
- Tari Zapin Kipas dayang-dayang
- Tari Muda Mudi Soleram
- Tari Gegap Gempita
- Tari Sekapur Sirih Riau
- Tari Dayung Sampan
- Tari Menjunjung Duli Riau
- Tari Marhaban
- Tari Jemput Petang Megang
- Tari Agung Songket Siak
- Tari Joget Mak Ncik
- Tari Zikir Sufi
- Tari Ikan Terubuk
Pariwisata
Wisata Alam
Provinsi Riau sebenarnya memiliki bermacam-macam pariwisata alam. Namun potensi tersebut kurang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Riau maupun pemerintah daerah setempat. Beberapa contoh pariwisata alam yang ada di Provinsi Riau yaitu :
terletak lebih kurang 45 mil dari ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Bagansiapiapi, dan 45 mil dari negara tetangga yakni Malaysia, sedangkan Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi yang terdekat dari Pulau Jemur. Pulau Jemur sebenarnya merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari beberapa buah pulau antara lain, Pulau Tekong Emas, Pulau Tekong Simbang, Pulau Labuhan Bilik serta pulau-pulau kecil lainnya. Pulau-pulau yang terdapat di Pulau Jemur ini berbentuk lingkaran sehingga bagian tengahnya merupakan laut yang tenang. Pada musim angin barat laut tiba, gelombang di Selat Malaka sangat besar sehingga biasanya nelayan-nelayan yang sedang menangkap ikan disekitar perairan Pulau Jemur ini berlindung di bagian tengah Pulau Jemur yang terdapat air laut yang tenang. Setelah gelombang laut mengecil atau badai berkurang barulah para nelayan keluar untuk memulai aktivitas menangkap ikan kembali. Pulau Jemur memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah, selain itu Pulau Jemur ini amat kaya dengan hasil lautnya, disamping penyu-penyu tersebut naik ke pantai dan bertelur, penyu tersebut menyimpang telurnya di bawah lapisan pasir-pasir pantai, satwa langka ini dapat bertelur 100 sampai 150 butir setiap ekornya. Selain itu Pulau Jemur juga terdapat beberapa potensi wisata lain diantaranya adalah Goa Jepang, Mercusuar, bekas tapak kaki manusia, perigi tulang, sisa-sisa pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, Taman Laut dan pantai berpasir kuning emas.
memiliki luas 144.223 Ha, dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Bukit Tiga Puluh merupakan hamparan perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan terletak di perbatasan Propinsi Jambi dan Riau, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sehingga membentuk sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari sungai-sungai besar di daerah sekitarnya. Beberapa jenis fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh antara lain : Harimau Sumatera, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong, Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya. Sedangkan jenis flora langka yang diduga endemik di kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (Rafflesia haseltii). Selain merupakan habitat dari berbagai jenis flora dan fauna langka dan dilindungi, kawasan TNBT juga merupakan tempat hidup dan bermukim beberapa komunitas suku terasing seperti Talang Mamak, Anak Rimba dan Melayu Tua, yang menjadikan kawasan ini menarik untuk dijelajahi.
Pantai Rupat Utara Tanjung Medang
Berlokasi di Kecamatan Rupat, Pulau Rupat. Kawasan Pantai Pasir Panjang terdiri atas Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak di Kecamatan Rupat dan berhadapan langsung dengan Kota Dumai, dengan mudah dapat dicapai karena dari Dumai tersedia transportasi laut untuk penumpang umum. Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih yang memungkinkan pengunjung untuk mandi, berjemur, berolahraga air, rekreasi keluarga dan bersantai menikmati kejernihan air lautnya dengan ombak yang sedang.
Air Terjun Aek Martua
Terletak di kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu merupakan air terjun bertingkat-tingkat, sehingga sering pula disebut air terjun tangga seribu, dapat ditempuh melalui jalan darat, kira-kira 2/3 dari bawah terdapat kuburan pertapa Cipogas dengan air terjun yang bertingkat-tingkat dan sungguh mengagumkan untuk dinikmati.
Objek Wisata Bono
Terletak di Desa Teluk Meranti, sepanjang Sungai Kampar. Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan lainnya.
Wisata Bahari di Kabupaten Siak
yaitu Danau Pulau Besar terletak di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura, dengan luas sekitar 28.000 Ha, dan Danau Naga di Sungai Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud, Kecamatan Siak, memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektar, dimana masih terdapat berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata tirta di Riau Daratan.
Wisata Budaya
Provinsi Riau memiliki berbagai wisata budaya maupun keagamaan. Beberapa contoh wisata budaya yang terkenal dari daerah ini yaitu :
Upacara Bakar Tongkang
Upacara Bakar Tongkang adalah wisata budaya unggulan Provinsi Riau dari Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Upacara Bakar Tongkang telah menjadi wisata nasional bahkan internasional. Upacara Bakar Tongkang adalah upacara tradisional masyarakat Tionghoa di Ibu Kota kabupaten Rokan Hilir yakni Bagansiapiapi.
Ritual Bakar Tongkang merupakan kisah pelayaran masyarakat keturunan Tionghoa yang melarikan diri dari si penguasa Siam di daratan Indo China pada abad ke-19. Didalam kapal yang di pimpin Ang Mie Kui, terdapat patung Dewa Kie Ong Ya dan lima dewa, dimana panglimanya disebut Taisun Ong Ya. Patung -patung dewa ini mereka bawa dari tanah Tiongkok, dan menurut keyakinan mereka bahwa dewa tersebut akan memberikan keselamatan dalam pelayaran, hingga akhirnya mereka menetap di Bagansiapiapi.
Untuk menghormati dan mensyukuri kemakmuran dan keselamatan yang mereka peroleh dari hasil laut sebagai mata pencaharian utama masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi, maka mereka membakar wangkang (tongkang) yang dilakukan setiap tahun. Sedangkan prosesi sembahyang dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 bulan 5 tahun Imlek / penanggalan China.
Mesjid Raya Pekanbaru
Mesjid Raya dan Makan Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan. Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad 18 dan sebagai bukti Kerajaan Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Mesjid terdapat sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid kita dapat mengunjungi makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah tahun 1766 – 1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan beliau mangkat tahun 1780.
Istana Siak Sri Indrapura
Istana Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau, mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
Terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter, diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan candi Tua, candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.Selain dari candi Tua, candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya. Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat budhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Budha berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. Tapi jelas kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.
Benteng Tujuh Lapis
Terletak di daerah Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. Benteng tanah yang dibuat masyarakat dalu-dalu pada zaman penjajahan Belanda atas petuah Tuanku Tambusai di atas bumbun tanah ditanam bambu atau aur berduri. Bekas benteng tersebut ditinggalkan Tuanku Tambusai pada tanggal 28 Desember 1839. Disekitar daerah dalu-dalu ini juga terdapat beberapa benteng-benteng yang disebut Kubu.
Referensi
- (Indonesia) Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara, Bappenas (format PDF)
Lihat pula
Pranala luar
- Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Profil Demografi Riau
- (Indonesia) Profil Ekonomi Riau
- (Indonesia) Profil Wisata Riau
- (Indonesia) Ekonomi Regional Riau
- (Indonesia) Statistik Regional Riau
- Pekanbaru