Tarekat Shiddiqiyyah
Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah satu dari 44 tarekat dalam agama Islam yang saat ini ada dan berkembang di dunia.[1] Tarekat Shiddiqiyyah merupakan aliran tarekat yang mengajarkan metode atau sistem untuk menanamkan kalimat Laa ilaaha ilallah ke dalam jiwa, hati, roh yang menyehatkan serta membersihkannya dari bemacam-macam penyakit dan kotoran. Tarekat ini dari Muhammad diturunkan melalui sahabat Abu Bakar as-Shiddiq.
Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah saat ini adalah Syaikh Muhammad Muhtar bin Abdul Mu'thi – Muchtarullah al-Mujtaba, yang mulai mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah sejak tahun 1954, setelah memperoleh izin dan perintah dari Mursyidnya, Syaikh Ahmad Syuaib Jamali al-Banteni
Kata Shiddiqiyyah berasal dari gelar dari Abu Bakar ketika Nabi Muhammad menceritakan tentang pengalamannya didalam Isra Mi'raj kepada umatnya saat itu. Abu Bakar adalah salah satu orang pertama percaya akan kebenaran peristiwa Isra Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad. Abu Bakar mendapatkan gelar Shiddiq dari Nabi Muhammad, yang artinya membenarkan, percaya atas kebenaran.
Tarekat Shiddiqiyyah sekarang ini di luar Indonesia sudah punah, dan satu-satunya di dunia hanya terdapat di Indonesia yang berpusat di Jombang, Jawa Timur.
Asal-usul Tarekat Shiddiqiyyah
Tarekat Shiddiqiyyah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad, meskipun namanya belum bernama Tarekat Shiddiqiyyah, karena nama Shiddiqiyyah asalnya dari gelar yang diberikan Nabi Muhammad kepada Abu Bakar ash-Shiddiq.
Rasulullah bersabda, Semasa aku di isra’kan, saya hendak keluar untuk menyampaikan kepada kaum Quraisy, kemudian aku ceritakan kepadanya maka mereka mendustkannya. Dan yang membenarkan itu adalah Abu Bakar. Maka pada hari itu ia saya beri gelar "Ash-Shiddiq"."[2]
Keterangan:
- Sahabat Abu Bakar pada zaman Jahiliyah namanya “Abdul Ka'bah”. Kemudian Rasulullah memberikan nama “ Abdullah”, ayahnya bernama “Abi Qukhafah”. Ia lahir di Makkah setelah peristiwa al-Fil (Gajah) berselang dua tahun 14 hari.[3]
- Oleh karena Beliaulah satu-satunya sahabat Nabi yang paling awal menerima kebenaran-nya peristiwa Isra' Mi'raj, maka Rasulullah memberikan gelar kepadanya "Ash Shiddiq".
- Menurut kata Ali, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan nama Abu Bakar dari langit "Ash-Shiddiq" karena dia menerima kebenaran kabar Isra’."[4].
Perubahan nama-nama silsilah Tarekat
Menurut Asy-Syaikh Muhammad Amin Kurdi al-Irbili dalam kitab Tanwirul Qulub, Beliau menyusun kitab yang namanya "Mu'jamul Burdan" artinya Kumpulan Nama-Nama Negara, diterangkan bahwa ada sebuah negeri yang namanya "Irbil". Irbil itu ada dua macam:
- Negeri Irbil termasuk wilayah Irak yang jaraknya dengan kota Baghdad jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 7 hari.
- Negeri Irbil yang kedua terletak di pesisir termasuk wilayah Syam.
Negeri Irbil termasuk wilayah Irak dekat kota Mosul, di Mosul ada makam Nabi Yunus. Di Mosul lahir seorang ulama Tasawuf yang besar namanya yaitu Asy Syaikh Muhammad Amin Kurdi al-Irbili yang wafat pada bulan Rabi'ul Awal, hari malam Ahad, tanggal 12 tahun 1332 H karya Beliau adalah kitab Tanwirul Qulub I Fi Mu' Amalati 'Allamiil Ghuyub. Pada halaman 539 disebutkan bahwa julukan silsilah itu berbeda-beda, di sebabkan perbedaanya kurun waktu. Silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq sampai kepada Syaikh Thaifur bin Isa Abi Yazid al-Busthami dinamakan Shiddiqiyyah.
Dari sini disimpulkan Shiddiqiyyah itu bukan nama ajarannya akan tetapi nama silsilahnya. Ajaran yang silsilahnya dari Sahabat Abu Bakar as-Shiddiq sampai kepada Syaikh Thaifur bin Isa Abi Yazied al-Busthami dinamakan Shiddiqiyyah. Ilmu Batin dari Rasulullah yang khusus mengenai rahasia Allah itu dilimpahkan oleh Rasulullah. Kepada ruhani Abu Bakar dan rahasia Laa Ilaha Illallah dilimpahkan kepada ruhani Ali. Kemudian Ali mengambil rahasia Allah dari sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq dan sahabat Salman al-Farisi mengambil rahasia Allah juga dari sahabat Abu Bakar as-Shiddiq.
Adapun sahabat Abu bakar dan sahabat-sahabat lainnya mengambil rahasianya Laa Ilaha Illallah dari sahabat Ali. Dengan Demikian maka silsilah Shiddiqiyyah itu ke bawah ada yang melalui sahabat Ali dan ada yang melalui sahabat Salman al-Farisi.
Silsilah Shiddiqiyyah Melalui Salman al-Farisi
- Allah
- Jibril
- Muhammad
- Abu Bakar
- Salman al-Farisi
- Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shiddiq
- Imam Ja'far Shaddiq Siwa Sayyidina Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shiddiq (SILSILAH INI DINAMAKAN TAREKAT SHIDDIQIYYAH )
- Syaikh Abi Yazid Thaifur bin Isa bin Adam bin Saruyan al-Bustami
- Syaikh Abil Hasan Ali bin Abi Ja'far al-Khorqoni
- Syaikh Abi Ali al-Fadal bin Muhammad at-Thusi al-Farmadi
- Syaikh Abi Ya'qub Yusuf al-Hamdani (SILSILAH INI DISEBUT TAREKAT THAIFURIYYAH. )
- Syaikh Abdul KhAliq al-Ghajduwani bin Imam Abdul Jalil
- Syaikh 'Arif ar-Riwikari
- Syaikh Mahmud al-Anjiri Faghnawi
- Syaikh Ali ar-Rumaitani al-Masyhur bin al-Azizani
- Syaikh Muhammad Ba'abas Samasi
- Syaikh Amir Kullaali bin Sayyid Hamzah (SILSILAH INI DINAMAKAN TAREKAT AL-KHUWAJIKANIYYAH)
- Syaikh Muhammad Baha'uddin an-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad Syarif al-Husain al-Ausi al-Bukhari
- Syaikh Muhammad bin 'Alaiddun al-Athari
- Syaikh Ya'qub al-Jarkhi (SILSILAH INI DINAMAKAN TAREKAT NAQSYABANDIYYAH )
- Syaikh Nashiruddin Ubaidillah al-Ahrar as-Samarqandi bin Mahmud bin Syihabuddin
- Syaikh Muhammad az-Zahid
- Syaikh Darwis Muhammad as-Samarqandi
- Syaikh Muhammad al-Khawajaki al-Amkani as-Samarqandi
- Asy-syaikh Muhammad Albaaqi Billah (DINAMAKAN ATH-THORIQOHUL AHRORIYYAH )
- Asy-syaikh Ahmad Alfaruqi Assirhindi
- Asy-syaikh Muhammad Ma'shum
- Asy-syaikh Muhammad Saifuddien
- Asy-syaikh Muhammad Nurul Badwani
- Asy-syaikh Habibulloh Jaanijaani Mubthohir
- Asy-syaikh Abdillah Addahlawi (DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL MUJADDADIYYAH)
- Asy-syaikh Kholid Dliyaa'uddien
- Asy-syaikh Utsman Sirojul Millah
- Asy-syaikh Umar Alqothbul Irsyad
- Asy-syaikh Muhammad Amin Alkurdi Al Irbili (DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL KHOLIDIYYAH )
Silsilah Shiddiqiyyah diatas melalui sahabat Salman Alfarisi, berdasar kitab Tanwirul Qulub halaman 501-502.
Sejarah perkembangan di Indonesia
Masuknya Thoriqoh Shiddiqiyyah ke Nusantara dibawa oleh sembilan ulama Shiddiqiyyah dari negeri Irbil (Irak sekarang) yang berlabuh pertama kali di Cirebon, Jawa Barat, kemudian menyebar ke seluruh pulau Jawa.
Satu diantara 9 orang ulama tersebut adalah seorang wanita, Syarifah Baghdadi, makamnya ada di Cirebon. Sebagian besar dari sembilan ulama itu wafat dan dimakamkan di kabupaten Pandeglang, Banten, antara lain
- Maulana Aliyuddin,
- Maulana Malik Isroil,
- Maulana Isamuddin dan
- Maulana Ali Akbar.
- Ulama lainnya, Maulana Jumadil Kubro, wafat di Jawa Timur dan dimakamkan di Troloyo, Mojokerjo.
Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah Sampai Kepada Syaih Muctarulloh Al Mujtaba'
- Robbul Arbab Alloh SWT.
- Sayyidina Jibril AS.
- Sayyidina Muhammad SAW.( 571-634M)
- Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq r.a.( 572-637M).
- Sayyidina Ali krw.
- Sayyidina Hasan r.a. bin Ali bin Abu Tholib.
- Syaih Imam Zainal Abidin r.a.
- Syaih Muhammad bin Ali bin Husain Al Baqir r.a.
- Syaih Imam Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain As-Shoddiq r.a.
- Syaih Musa bin Ja’far Al Kadzim r.a.
- Syaih Abil Hasan Ali r.a.
- Syaih Ma'ruf Al-Karohi r.a.( Wafat 201H/816M)
- Syaih Sirru Suqti r.a.( Wafat 253H/867M)
- Syaih Junaidi Al Baghdadi r.a.(Wafat 297H/910M)
- Syaih Abu Bakar Asibli r.a.(wafat 334H/946M)
- Syaih Abdul Wahid Attammimi r.a.
- Syaih Farabi At Turtusi r.a.
- Syaih Abil Hasan Ali Al Syaukari r.a.
- Syaih Abi Said Mahzumi r.a.
- Syaih Abu Muhammad Muhyidin r.a.
- Syaih Abdul Aziz r.a.
- Syaih Muhammad Al-Huttaqi r.a.
- Syaih Syamsudin r.a.
- Syaih Syarifudin r.a.
- Syaih Nurrudin r.a.
- Syaih Waliyuddin r.a.
- Syaih Hisyamudin r.a.
- Syaih Yahya r.a.
- Syaih Abu Bakri r.a.
- Syaih Abdul Karim r.a.( Lahir 1366M~Wafat1408M)
- Syaih Utsman r.a.
- Syaih Abdul Fatah r.a.
- Syaih Murodi r.a.
- Syaih Syamsudin r.a.
- Syaih Ahmad Hothi Al Makiyyi r.a.
- Syaih Ahmad Syuaib Jamali Al banteni r.a.
- Syaih Muhammad Muhtar bin Abdul Mu'thi – Muchtarulloh Al Mujtaba r.a. (Lahir Fajar hari Ahad Kliwon,28 Robiul Akhir 1347H- 14 Oktober 1928M), mulai mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah sejak tahun 1954 sebagai Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah
Keterangan:
- Muhammad bin Abdulloh, Nabi dan Rosululloh SAW lahir tahun 571M/53SH~Wafat 634M/10H.
- Shohabat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. lahir 573M/55SH~Wafat 637M/13H.
- Shohabat Ali bin Abi Tholib krw. Lahir 595M/29SH~Wafat
- Syaikh Sirris Suqthi, wafat 253H/867M adalah paman dari As Syaikh Junaidi Baghdadi, Murid dari As Syaikh Ma'ruf Al Karkhy Rohimakumulloh, jauh sebelum Imam Ghozali lahir.
Dasar Thoriqoh Shiddiqiyyah
Dasar Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah Dan jika manusia tetap pada suatu Thoriqoh, pasti mereka akan mendapatkan air yang menyegarkan (Qs: Al-Jin: 16).
Berdasarkan Qs: Al-Jin: 16, ajaran Thoriqoh adalah ajaran agama Islam, bukan ajaran Ulama’ Salaf, yaitu Ulama pertengahan setelah para sahabat, sebagaimana anggapan sebagian kecil ummat Islam. Ajaran Thoriqoh dititikberatkan kepada ajaran Dzikrulloh. Masalah Dzikrulloh telah dicontohkan atau diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Disebut di dalam al-Qur’an Sungguh ada bagi kamu di dalam diri Rosul itu contoh yang bagus, bagi siapa saja yang ingin bertemu Alloh dan hari akhir, maka Dzikirlah kepada Alloh yang sebanyak-banyaknya(Qs: Al-Ahzab: 21).
Ajaran Thoriqoh / Dzikrulloh ini adalah ajaran yang bersifat khusus, artinya tidak akan diberikan / diajarkan kepada siapa saja, selama orang itu tidak memintanya. Oleh sebab itu untuk menerima ajaran Thoriqoh/Dzikrulloh ini harus melalui Bai’at, seperti keterangan dalam al-Qur’an Sesungguhnya orang-orang yang Baiat kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka Baiat kepada Alloh (Qs: Al Fath: 10).
Baiat adalah Bentuk Proses Ijab Kobul Pelajaran Untuk memperoleh pelajaran Shiddiqiyyah harus melalui proses pengajaran dan pengesahan ijab kobul antara seorang guru ( Mursyid atau wakil yang ditunjuk ) dengan murid, disebut Baiat. Baiat bukan sumpah setia kepada guru atau lembaga thoriqoh / organisasinya.Pelajaran Thoriqoh tanpa melalui proses Baiat, maka Barokah Ilmu Khusus dari Rosululloh SAW melalui guru-guru yang secara berantai, tentulah tidak dapat mengalir.
Arti Thoriqoh Shiddiqiyyah
Dari segi bahasa, Thoriq berasal dari kata Thoriq artinya Jalan, Shiddiqiyyah berasal dari kata Shiddiq artinya Benar. Jadi Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya Jalan yang Benar, bukan jalan yang salah. Dan dikatakan Thoriqoh Shiddiqiyyah sebab:
- Silsilahnya melalui Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a.
- Ajarannya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Besar Muhammad SAW.
Tujuan Thoriqoh Shiddiqiyyah
- Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Alloh yang sebenar-benarnya dekat melalui praktek Dzikir Jahar Nafi Itsbat.
- Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Alloh yang sebenar-benarnya kenal melalui praktek Dzikir Sirri Ismu Dzat Untuk tercapainya dekat dan kenal kepada Alloh, praktek Dzikir Jahar dan Sirri harus selalu ditingkatkan secara istiqomah.
- Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia Taqwalloh, taqwa yang sebenar-benarnya Taqwa.
Untuk mencapainya ada 3 jalan pokok yang harus dilaluinya (dikerjakan), yaitu:
- melalui Jalan IbadahSholat,Wahai seluruh manusia beribadahlah (Sholat) kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa (Qs: Al-Baqoroh: 21).
- melalui Jalan Puasa, Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi Taqwa (Qs: Al-Baqoroh: 183).
- melalui Jalan Dzikir, Dan tetapkanlah (hubungkanlah) jiwamu dengan kalimah Taqwa (Qs:Al fath: 26).
Faham Thoriqoh Shiddiqiyyah
Thoriqoh Shiddiqiyyah berfaham Tasawuf. Yang dimaksud faham tasawuf adalah faham kebersihan jiwa. Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang Tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya. Jiwa harus dijaga dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan sifat-sifat suci, bersih, terpuji, sebagaimana perintah Rosululloh di dalam Hadits yang berbunyi Takholaku bi akhlakillah artinya: Berakhlaklah kamu dengan akhlaknya Alloh
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, di masyarakat. Tanpa memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh, meskipun Dzikrulloh kita kerjakan sebanyak-banyaknya, tersebut di dalam al Qur’an Maka diilhamkan kepadanya sifat Fujur dan sifat Taqwa, sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya (QS: Asy-syamsi: 8).
Pelajaran-pelajaran dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
Pelajaran-pelajaran di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah, secara garis besar dibagi dua:
- Pelajaran Habluminalloh, yaitu pelajaran pokok yang cara mengajarkannya disebut Baiat. Yaitu: Baiat Dzikir Jahar-Nafi Isbat, Baiat Dzikir Sirri-Ismu Dzat, Baiat Thobib dan Baiat Fatihah
- Pelajaran Habluminannas, yaitu pelajaran tambahan yang cara mengajarkannya disebut ijazah atau bimbingan. Contohnya amalan Salamun, amalan Surat Iqro 1-5, amalan wa alafa dan lain-lainya.
Delapan Kesanggupan Thoriqoh Shiddiqiyyah
Didalam thoriqoh shiddiqiyyah para murid-murid dengan segenap hati melaksanakan kesanggupan yang dikenal dengan delapan kesanggupan.
- Sanggup Taat Kepada Alloh Ta'ala, Bakti Kepada Allah Ta'ala.
- Sanggup Taat Kepada Rosululloh, Bakti Kepada Rosululloh.
- Sanggup Taat Bakti Kepada Orang Tua ( Ibu – Bapak ).
- Sanggup Bakti Kepada Sesama Manusia.
- Sanggup Bakti Kepada Negara Republik Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
- Sanggup Cinta Tanah Air Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
- Sanggup Mengamalkan Thoriqoh Shiddqiyyah.
- Sanggup Menghargai Waktu.