Israel

negara di Asia Barat
Revisi sejak 8 Agustus 2006 15.15 oleh Iwansams (bicara | kontrib)

Israel (bahasa Ibrani: מדינת ישראל Medinat Yisra‘il) adalah sebuah negara di Timur Tengah, dikelilingi Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai. Selain itu dikelilingi pula dua daerah otoritas Palestina: Jalur Gaza dan Tepi Barat.

מדינת ישראל
(Medīnat Yisra'el)
دولة إسرائيل
(Dawlat Isrā'īl)
Semboyan
Lokasi Israel
Ibu kotaYerusalem 1
Kota terbesarYerusalem
Bahasa resmiIbrani, Arab
PemerintahanSistem parlementer
Kemerdekaan
 - Perairan (%)
~2%
Penduduk
 - Perkiraan 2005
6.955.000 (97)
 - Sensus Penduduk 2003
6.780.000
PDB (KKB)2005
 - Total
US$145,15 miliar (51)
US$22.077 (32)
Mata uangShekel Israel baru
(ILS)
Zona waktu
(UTC+2)
 - Musim panas (DST)
UTC+3
Kode telepon972
Kode ISO 3166IL
Ranah Internet.il
1. Status sebagai ibu kota dipertentangkan.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Dalam pengertian Alkitab, Israel adalah nama kerajaan utara; kerajaan selatan adalah Yehuda.

Beberapa fakta

Peta Israel
Peta Israel

Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk membagi daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya dan banyak negeri-negeri Muslim. Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen akan dijadikan kota internasional.

Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian langsung diserbu oleh tentara dari Libanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Perang ini menyebabkan banyak kaum pengungsi Palestina yang mengungsi dari daerah Israel. Tetapi di sisi lain tidak kurang pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab.

Sampai sekarang Indonesia belum mengakui kedaulatan Israel, meskipun beberapa negara Arab sudah mengakui. Tetapi kedaulatan Palestina diakui meskipun daerahnya belum pasti. Mantan presiden RI Abdurrahman Wahid (1999-2001) sempat berencana akan mengakui kedaulatan Israel dan membuka hubungan diplomatik. Berbeda dengan Presiden RI (2004-2009), Susilo Bambang Yudhoyono, yang menyatakan tidak akan membuka hubungan dengan Israel sebelum masalah Palestina dipecahkan.

Perang Israel

Di bawah adalah daftar perang di mana Israel terlibat:

Hubungan Khusus Israel - Amerika Serikat

AS Bantu Israel US$ 3 Miliar per tahun

’’Hubungan khusus dan istimewa antara Amerika Serikat dengan Israel diperoleh berkat kekuatan dan pengaruh aktivitas pelobi Israel di Washington.”

BILA Amerika Serikat selalu membela semua kebijakan Israel, itulah bagian dari hubungan khusus dan istimewa antara kedua negara tersebut. Dalam kasus konflik Libanon yang sudah tiga pekan ini berjalan tidak ada perbedaan pendapat antara politisi di Tel Aviv dengan para politisi di Washington DC. Apa perkataan Ehud Olmert, Perdana Menteri Israel, begitu pula yang disuarakan Presiden AS, George W. Bush.

Hubungan Israel-Amerika memang istimewa. Betapa tidak. Sudah terbukti Israel melanggar kedaulatan negara lain dengan menyerang Libanon – sebelumnya Palestina - masih belum terlihat juga reaksi penolakan negeri Paman Sam ini. Beda saat Irak menyerang Kuwait tahun 1991 lalu. Bagai kebakaran jenggot, tanpa pikir panjang Paman Sam langsung menyiapkan pasukan dan menerbangkannya ke Kuwait.

Tidak hanya itu yang dilakukannya. Pada 2003 yang lalu, hanya karena gemas dengan tingkah polah Saddam Husein, Presiden Irak. AS yang sama sekali tidak mendapatkan mandat atau persetujuan dari PBB langsung membentuk coalition of willing dan tanpa segan-segan menyerang Irak. Akibatnya, Saddam sekarang duduk di kursi pesakitan sebagai penjahat perang. Namun kenapa untuk Israel beda?

John J Mearsheimer dan Stephen M Walt dalam artikelnya yang dimuat Foreign Policy edisi Juli/Agustus 2006 menulis informasi menarik. Setiap tahun Washington memberikan Israel dukungan melampaui apa yang diberikan AS kepada negara lain di bagian dunia manapun. Bantuan tersebut bukan hanya pemihakan sikap politik AS kepada Israel, tetapi juga bantuan dana, senjata, dan juga tenaga ahli.

Meskipun Israel sekarang adalah negara industri dengan pendapatan perkapita sama dengan Spanyol maupun Korea Selatan, namun Israel masih menerima bantuan cuma-cuma bersifat hibah sekitar US$ 3 Miliar dari AS setiap tahun. ”Jadi secara kasar setiap warga Israel menerima US$ 500 pertahun dari AS,” tulis mereka dalam artikelnya yang berjudul The War over Israel's Influence.

Tidak itu saja. Israel juga mendapatkan berbagai macam kesepakatan khusus dan dukungan diplomatik yang konsisten dari AS. Duta Besar AS di PBB John Bolton adalah pembela Israel yang gigih. Pendek kata, ada secuil kata yang dianggap merugikan kepentingan Israel, Bolton langsung memveto-nya. Terkadang tanpa konsultasi lebih jauh dengan Washington. Seolah-olah Bolton adalah Duta Besar Israel itu sendiri !

Baik Mearsheimer maupun Walt percaya bahwa kebaikan AS ini tidak masuk akal dan juga tidak dapat dijelaskan dengan baik hanya dengan alasan klasik bahwa Israel adalah sekutu AS. ”Israel mungkin mempunyai nilai strategis sepanjang perang dingin, namun kini Israel juga menjadi beban yang strategis dalam perang melawan terorisme dan usaha AS untuk menindak negara-negara nakal,” tulis mereka dalam artikel tersebut.

Inilah kuncinya. Hubungan khusus AS dengan Israel didapatkan dari meningkatnya aktivitas pelobi Israel yang terdiri dari koalisi lepas individu dan dan organisasi yang secara terbuka mendorong kebijakan AS ke arah Pro-Israel. Perlu diketahui, sejauh yang diketahui publik, para pelobi Israel ini tidak memiliki kepemimpinan pusat dan bukan merupakan komplotan rahasia maupun konspirasi.

”Organisasi-organisasi ini hanya organisasi yang tergabung dalam politik kelompok kepentingan, dan ini merupakan sebuah aktivitas yang legal dalam sistem politik Amerika Serikat,” tulis Mearsheimer dan Walt sambil menyatakan bahwa mereka tidak percaya bahwa yang dilakukan para pelobi itu dalam jangka panjang akan membawa keuntungan yang bermanfaat bagi Amerika Serikat maupun Israel.

Mearsheimer dan Walt mendeskripsikan bagaimana pelobi Israel mempercepat dukungan dalam Kongres AS dan Kantor Kepresidenan. Salah satunya dengan membentuk wacana publik sehingga tindakan Israel dipersepsikan secara simpatik oleh publik Amerika melalui media massa. Kelompok ini juga melobi saat kampanye untuk meyakinkan politisi agar mengadopsi posisi Pro Israel. ”Mereka menulis artikel, surat dan juga opini untuk mempertahankan aksi Israel,” tulisnya.

American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC) adalah organisasi lobby paling kuat di Amerika Serikat. Mereka bahkan menggembor-gemborkan pengaruhnya dalam kebijakan Timur Tengah AS. Politisi terkemuka dari dua partai baik utama AS baik Demokrat maupun Republik mengakui kekuatan dan efektivitas AIPAC. Dalam tulisan Mearsheimer dan Walt disebutkan kelompok ini punya pengaruh yang kuat saat AS memutuskan untuk menginvasi Irak Meret 2003.

Setelah Saddam Hussein di lengserkan dari kekuasaan, pelobi Israel sekarang mencoba fokus ke Iran dimana pemerintahnya kelihatanya memutuskan untuk mendapatkan senjata nulklir. Mereka menyebarkan opini bahwa tidak satupun sanksi diplomatik maupun ekonomi dapat mengekang ambisi nuklir Teheran. AIPAC dan beberapa dari kelompok neokonservatif yang dulu menganjurkan untuk menyerang Iraq, sekarang mencoba mengajukan penggunaan kekuatan militer untuk melawan Iran. Uji cobanya adalah menggempur Hizbullah di Libanon !

Laporan untuk Jurnal Nasional disusun oleh : Riza Hanafi dengan rujukan utama : Foreign Policy Report edisi Juli 2006.

Israel di Mata Warga Yahudi Dunia

Persepsi Kaum Yahudi di Dunia : Israel Bukan Negara Yang Menarik

ISRAEL, negara yang sedang melakukan agresi terhadap Libanon tahun ini berusia 58 tahun. Lebih dari separuh usia negara itu dihabiskannya hanya untuk berperang dengan para tetangga Arabnya, mulai dari Mesir, Suriah, Palestina hingga Libanon. Negara yang didirikan pada 25 Mei 1948 itu oleh sang proklamator David Ben Gurion sebenarnya berada di atas 78 % tanah bangsa Arab Palestina.

Satu hal yang jarang terungkap dalam laporan media, David Ben Gurion sempat bertanya-tanya dan risau akan masa depan negara baru itu. Terutama tentang kemampuan dan potensi pemerintah Israel di masa depan depan dalam mengungsikan warga Yahudi yang berada di 95 negara di dunia ke Negara Israel. Karena itu kampanye simbol-simbol keagamaan dikibarkan untuk menarik mayoritas Yahudi dunia ke Israel.

Sejumlah pusat studi dan pusat data statistik Israel menyebutkan bahwa bahwa total kaum Yahudi di Palestina saat Negara Israel didirikan mencapai 650.000 jiwa. Antara periode 1948 hingga 1960 adalah masa keemasan bagi peningkatan jumlah eksodus kaum yahudi yang bermigrasi ke ”tanah yang dijanjikan” tersebut dan telah menyumbangkan 65% bagi jumlah penduduk Israel.

Jumlah tersebut lantas menurun drastis pada 1970 an karena adanya faktor-faktor tertentu, terutama perang dan rasa tidak aman bagi para pemukim Yahudi. Namun, bersamaan dengan kejatuhan Uni Soviet awal tahun 1990 an, Israel berhasil menarik jutaan Yahudi Rusia ke wilayah Palestina jajahan Israel. Sehingga antara 1991 – 2001 jumlah warga Yahudi dari Rusia meningkat hingga 69% yang merupakan jumlah terbesar kaum Yahudi di Israel.

Namun belakangan, angka eksodus Yahudi Rusia mengalami penurunan drastis selama beberapa tahun belakangan ini. Karena itu, Pemerintah Israel berusaha menciptakan kondisi untuk menarik Yahudi Argentina, Perancis, dan sebagian Yahudi di Negara-negara Asia lainnya seperti Iran untuk pindah ke Israel.

Hanya saja, banyak penghalang mendasar untuk mewujudkan impian ini. Kaum Yahudi di seperti di Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris banyak yang enggan datang ke negara tersebut untuk menetap. Alasannya karena mereka sudah menemukan kemapanan sosial yang jauh lebih baik di negeri asalnya.

Disamping itu tidak ada faktor pemikat yang mampu menarik warga Yahudi datang ke Israel karena adanya ketidakstabilan keamanan di sana terutama selama tahun-tahun Intifadah. Setelah 58 tahun Israel berdiri (1948-2006), pemerintah Israel yang silih berganti kepemimpinannya tidak mampu menarik warga Yahudi di luar Israel selain hanya 5,6 juta dari 13 juta Yahudi di seluruh dunia.

Hal ini jelas merupakan perimbangan demografi yang membuat pemerintah Israel sendiri risau. Israel sendiri mencatat para eksodus migran secara resmi setelah mereka tinggal di Israel selama empat tahun. Para eksodus Yahudi ketika tiba di Israel langsung mendapat bantuan ribuan dollar agar tujuan menyeimbangkan demografi dengan Palestina dan menjamin sumber daya manusia Yahudi di Negara Israel.

Yang menarik, penurunan impian demografi Israel dan ketidakmampun menarik kaum Yahudi dunia justru karena adanya pembangunan tembok rasial Israel di Tepi Barat. Padahal slogan Israel sejak tahun 1948 mengenai Israel raya adalah bahwa wilayah Israel terbentang dari sungai Efrat hingga sungai Nil. Slogan ini tidak pernah dihapuskan dari benak benak kaum ekstrimis Yahudi di negeri tersebut. (Ditulis untuk Jurnal Nasional dari berbagai sumber media : BBC/AFP/Reuters dan AP).

Lihat pula

Pranala luar