Ranggawarsita

Pujangga Termasyhur Indonesia
Revisi sejak 12 Agustus 2006 11.49 oleh Sepa~idwiki (bicara | kontrib) (Bibliografi: added link to English article)

Raden Ngabehi Rangga Warsita (Surakarta, 14 Maret 1802 - idem, 24 Desember 1873) adalah seorang pujangga besar budaya Jawa. Beliau masih berasal dari keluarga penyair keraton Surakarta yang termasyhur, yaitu keluarga Yasadipura.

Raden Ngabehi Rangga Warsita

Beliau menciptakan syair-syair yang masih dikenal sampai saat ini. Salah satu syair yang terkenal adalah sebuah syair yang berupa wejangan:

amenangi jaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.

Syair ini yang merupakan petikan dari Serat Kalatidha dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut: menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapatkan bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada. Maksud dari syair ini adalah; suatu saat akan datang zaman yang penuh dengan kekacauan, kebenaran dan kejahatan sudah tidak jelas bedanya. Pada zaman itu orang yang tidak ikut berbuat jahat tidak akan kebagian rezeki(pendapatan) atau tidak akan bisa kaya. sebaik-baik orang yang berbuat jahat, masih lebih baik orang yang tetap menjalankan dan ingat terhadap aturan/hukum.

Dalam bersyair Rangga Warsita sering dibantu oleh teman karibnya, C.F. Winter sr.. Winter adalah seorang Indo keturunan Belanda yang juga seorang pakar Sastra Jawa.


Bibliografi