Alain Prost

Mantan pembalap mobil profesional asal Perancis

Alain Marie Pascal Prost (lahir 24 Februari 1955) merupakan mantan pembalap Formula 1 asal Perancis yang sudah empat kali merebut gelar juara dunia F1. Dari 1993 hingga 2001, Prost memegang rekor sebagai pembalap dengan kemenangan terbanyak. Michael Schumacher memecahkan rekor 51 kemenangan Prost pada GP Belgia 2001. Prost juga menerima gelar sebagai salah satu atlet terbaik Abad 20 bersama Pele, Ali, Lewis dan Graf.[1]

Alain Prost
Alain Prost pada Grand Prix F1 Kanada 2008
Lahir24 Februari 1955 (umur 69)
Prancis Lorette, Loire, Perancis
Kebangsaan Perancis

Prost memulai balapan kartingnya pada usia 14 tahun saat ia berlibur bersama keluarganya. Ia lantas berkompetisi dalam berbagai ajang junior, dimana ia kemudian memenangkan kejuaraan Formula Junior Perancis dan Eropa tiga kali berturut-turut, sebelum bergabung dengan tim McLaren pada tahun 1980 di usia 25 tahun. Ia kemudian berkembang cepat di ajang F1 dan meraih kemenangan perdananya di rumah sendiri pada GP Perancis 1981, satu tahun setelah ia masuk ke F1, dimana saat itu ia bergabung dengan tim Perancis, Renault F1.

Selama 1980-an dan sampai awal 1990-an, Prost membentuk persaingan sengit dengan beberapa pembalap, terutama Ayrton Senna, dan juga Nelson Piquet serta Nigel Mansell. Pada tahun 1986, di lomba terakhir musim itu, Prost berhasil menjadi juara dunia setelah Nelson Piquet kandas saat melakukan pitstop dan Nigel Mansell tersingkir dari lomba. Ayrton Senna lantas bergabung dengan Prost di McLaren pada tahun 1988 dan keduanya kemudian memiliki rivalitas yang tinggi yang sering kali berbau kontroversial, termasuk tabrakan di Grand Prix Jepang 1989 yang memberikan Prost gelar juara dunia untuk ketiga kalinya. Setahun kemudian di tempat yang sama pula mereka bertabrakan lagi, tapi kali ini Prost, yang mengemudi untuk Ferrari, kalah. Sebelum akhir musim 1991 Prost secara mendadak dipecat oleh Ferrari karena berkata lantang dengan mengatakan bahwa mobil Ferrarinya mirip truk. Setelah cuti sementara pada tahun 1992, Prost bergabung dengan tim Williams di 1993, dan kemudian kembali menjadi juara dunia setelah juara 1992, Nigel Mansell keluar dari F1 untuk berkompetisi di CART. Sesaat setelah berhasil menjadi juara dunia 1993, Prost lantas memutuskan untuk pensiun, dan menyerahkan kursinya di Williams pada mantan rival beratnya, Ayrton Senna.

Pada tahun 1997, Prost mengambil alih tim F1 Perancis, Ligier, dan menjalankannya dengan nama Prost Grand Prix sampai bangkrut pada tahun 2002. Tim Prost saat ini turun bertarung di ajang Andros Trophy, yang merupakan kejuaraan balap di atas es.

Prost banyak disebut orang sebagai pembalap dengan gaya halus, dan santai di belakang kemudi, ia sendiri menyebut bahwa dirinya terinspirasi oleh idola pribadinya seperti Jackie Stewart dan Jim Clark.[2] Prost sering dijuluki sebagai "Profesor" berkat pendekatan intelektual dalam kompetisi balap F1. Ia dikenal terampil menyiapkan mobilnya untuk kondisi balapan, dan juga handal dalam menghemat rem dan ban di awal lomba, dengan harapan bisa digeber sampai akhir perlombaan.[3] Jurnalis olahraga bermotor Denis Jenkinson menjelaskan Prost sebagai: "orang yang sangat hangat dan simpel yang tidak bergantung pada semangat atau inspirasi. Ia juga tidak memanjakan diri dengan kecakapan memainkan pertunjukan atau beragam omong kosong. Ia memiliki tingkat disiplin mental yang tinggi di luar pemahaman kebanyakan orang."[4]

Kehidupan pribadi

Alain Prost lahir dekat Saint-Chamond, di département Loire di Perancis dari pasangan André Prost dan Marie-Rose Karatchian. Keluarga Prost merupakan warga negara Perancis keturunan Armenia.[5] Prost memiliki satu adik bernama Daniel, yang meninggal karena kanker pada bulan September 1986. Walaupun memiliki postur tubuh yang pendek, Prost termasuk anak yang aktif dalam olahraga atletik saat sekolah, dan juga sangat antusias untuk ambil bagian dalam beragam olahraga sewaktu ia masih anak-anak. Olahraga yang ia tekuni antara lain: gulat, sepak bola, dan roller skating. Sempat mengalami patah hidung beberapa kali akibat bermain sepak bola. Prost lantas terpilih sebagai pelatih tim sepakbola di sekolahnya, dan sempat bermimpin untuk menjadi pemain sepakbola nasional Perancis sebelum ia menemukan ajang balapan pada usia 14 tahun saat liburan keluarga. Olahraga baru ini dengan cepat menjadi pilihan karirnya.

Prost menikah dengan Anne-Marie (lahir 14 Februari 1955). Mereka memiliki dua putra, Nicolas (lahir 18 Oktober 1981) dan Sacha Prost (lahir 30 Mei 1990). Prost juga memiliki seorang putri, Victoria. Pada 2008, Nicolas turun sebagai pembalap di kejuaraan F3000 Euroseries dengan tim Elk Motorsport. Prost sempat tinggal di kota kelahirannya, Saint-Chamond, sampai ia dan timnya Renault turun di F1 di awal 1980-an. Pada bulan April 1983, keluarga Prost pindah ke Sainte-Croix, Swiss dan tak lama kemudian pindah lagi ke Yens, Swiss. Mereka tinggal di sana sampai November 1999, ketika mereka pindah ke Nyon di negara yang sama.

Karir membalap

Ajang junior

Prost menjuarai beberapa ajang karting saat ia masih remaja. Pada tahun 1974 ia meninggalkan sekolah untuk menjadi seorang pembalap penuh, dimana ia juga mendukung dirinya dengan menjadi ahli modifikasi mesin dan menjadi distributor go-kart. Salah satu prestasi terbesarnya adalah memenangkan kejuaraan gokart senior Perancis pada 1975 dan semusim turun di ajang Formula Renault Perancis di tahun yang sama, untuk selanjutnya di tahun 1976 ia menjadi juara di Formula Renault.

Prost kemudian memenangkan kejuaraan Formula Renault Eropa 1977, sebelum pindah ke Formula Tiga (F3) pada tahun 1978. Di tahun 1979 ia memenangkan kejuaraan F3 baik di dalam negeri Perancis dan regional Eropa. Hasil tersebut membawanya masuk sebagai nominasi pilihan bagi beberapa tim F1 saat itu. Setelah mempertimbangkan pilihan dengan hati-hati, ia memilih untuk bergabung dengan McLaren untuk musim F1 1980.

Formula Satu

McLaren (bagian pertama)

Prost memulai karirnya dengan McLaren pada tahun 1980 bersama pembalap Irlandia John Watson. Pada debutnya di Argentina ia finish di tempat keenam yang berarti langsung mencetak poin di balapan perdananya, sesuatu yang dicapai oleh hanya segelintir pembalap. Prost menambahkan empat poin lagi selama musim 1980, dengan mencetak poin di Brasil, Inggris, dan Belanda. Prost finish di posisi 15 dalam klasemen kejuaraan pembalap, dengan poin yang setara dengan mantan juara dunia Emerson Fittipaldi. Meskipun menjalani musim debutnya dengan gemilang, Prost mencatatkan juga beberapa kecelakaan. Salah satunya adalah saat ia patah pergelangan tangannya dan menderita gegar otak ringan. Pada akhir musim, walaupun memiliki dua tahun tersisa di kontraknya, ia meninggalkan McLaren dan hengkang ke Renault. Prost mengatakan bahwa ia pindah ke Renault adalah akibat terlalu sering disalahkan sebagai penyebab kecelakaan.

Renault F1

 
Mobil F1 Alain Prost tahun 1983: Renault RE40, yang nyaris saja mengantarkan dirinya menjadi juara dunia.

Prost kemudian bermitra dengan sesama pembalap Prancis René Arnoux di Renault untuk musim 1981. Wartawan olahraga bermotor Nigel Roebuck menuliskan laporan bahwa ada masalah rivalitas antara Prost dan Arnoux sejak awal musim 1981, Prost mengklaim dirinya akan langsung lebih cepat daripada rekannya yang lebih berpengalaman itu. Sayangnya Prost tidak berhasil menyelesaikan dua balapan pertama musim 1981, karena terlibat tabrakan dengan Andrea de Cesaris di Long Beach dan dengan Siegfried Stohr di Jacarepaguá, tetapi ia lantas berhasil bangkit dengan mencetak podium finish pertamanya di Argentina. Ia kembali gagal pada empat balapan berikutnya sebelum akhirnya menang untuk pertama kalinya di balapan rumahnya di Perancis, dengan finish dua detik di depan pembalap senior yang juga merupakan mantan rekan setimnya, John Watson. Prost lantas memenangkan dua balapan lagi selama musim 1981 yaitu di Jerman dan Las Vegas. Prost lantas berada di posisi lima klasemen pembalap musim 1981, dengan hanya berselisih 7 poin saja dari juara dunia Nelson Piquet.

Prost memenangkan dua balapan pertama musim 1982 di Afrika Selatan dan Brasil. Ia nyaris saja menjadi juara pada empat balapan selanjutnya tetapi gagal karena beberapa kesalahan. Meskipun Prost gagal finish dalam tujuh balapan, Prost berhasil finish di P4 klasemen pembalap, tapi dengan total poin yang lebih sedikit dibandingkan musim sebelumnya. Hubungannya dengan Arnoux memburuk lebih lanjut setelah Grand Prix Prancis. Prost berpendapat bahwa Arnoux, yang memenangkan perlombaan di Perancis, sebenarnya telah membuat perjanjian pra-lomba untuk mendukung Prost selama perlombaan, dan kemudian malah mengingkarinya saat balapan. Hubungannya dengan media Prancis juga memburuk. Prost berkomentar bahwa "Ketika saya pergi ke Renault wartawan menulis hal-hal baik tentang saya, tetapi pada tahun 1982 saya telah dianggap mereka menjadi seperti orang jahat."

René Arnoux kemudian meninggalkan Renault pada tahun 1983, dan pembalap Amerika Serikat Eddie Cheever menggantikannya sebagai mitra baru Alain Prost. Prost meraih empat kemenangan untuk Renault selama musim 1983 dan berhasil menjadi juara kedua dalam klasemen pembalap, dua poin di belakang Nelson Piquet. Piquet dan tim Brabham yang konsisten di 1983 berhasil mengandaskan impian Prost dan Renault dalam beberapa balapan menjelang akhir musim. Prost, yang merasa tim terlalu konservatif dalam mengembangkan mobil, mendapati dirinya semakin bertentangan dengan keinginan manajemen Renault, yang menuduhnya sebagai kambing hitam karena gagal untuk memenangkan kejuaraan. Selain itu, para penggemar F1 Perancis rupanya masih mempersoalkan perjuangan pahit yang menyebabkan favorit mereka, René Arnoux, meninggalkan tim di awal 1983. Sebagai akibatnya, Alain kemudian dipecat hanya dua hari setelah balapan terakhir musim. Ia lantas kembali masuk untuk McLaren untuk musim 1984 dan beberapa hari kemudian ia dan keluarganya pindah rumah ke Swiss.

McLaren (bagian kedua)

 
Alain Prost mengemudikan mobil McLaren MP4/2B di GP Jerman 1985.

Prost lantas pulang ke McLaren dan bergabung dengan juara dunia dua kali Niki Lauda pada tahun 1984. Ia lantas mendorong McLaren MP4/2 yang menggunakan mesin TAG-Porsche untuk bisa bersaing di barisan depan. Prost kehilangan kesempatan untuk menjuarai kejuaraan dunia setelah kalah dari Lauda di balapan terakhir dengan selisih setengah poin, walaupun sebenarnya Prost memenangkan tujuh lomba dan Lauda hanya lima. Balapan terbaik dari Prost adalah saat GP Monaco dimana ia secara kontroversial menang setelah terlibat persaingan sengit dengan Ayrton Senna dan Stefan Bellof, dan kemudian Senna berhasil menyalip Prost namun aksi menyalipnya dibatalkan seiring keluarnya bendera merah tanda penghentian lomba akibat hujan lebat. Berdasarkan peraturan Formula Satu, Prost hanya menerima setengah dari sembilan poin yang biasanya diberikan untuk kemenangan.

Pada tahun 1985 Prost menjadi orang Perancis pertama yang menjadi juara dunia F1. Ia memenangkan lima dari enam belas Grand Prix selama musim 1986 berjalan. Ia juga memenangkan Grand Prix San Marino, tapi didiskualifikasi setelah mobilnya diketahui memiliki berat yang tidak sesuai dengan peraturan. Michele Alboreto kemudian dinyatakan sebagai pemenang di San Marino. Atas prestasinya di 1985, Alain Prost kemudian memperoleh gelar Légion d'honneur di negara kelahirannya, Perancis.

Niki Lauda pensiun pada tahun 1986, dan digantikan oleh juara dunia 1982, Keke Rosberg. Prost berhasil mempertahankan gelarnya, meskipun mobilnya berjuang melawan mobil Williams yang bertenaga mesin Honda, dengan duet pembalap Nelson Piquet dan Nigel Mansell. Keberuntungan datang pada Prost di GP Australia 1986, saat dimana ia bersama Piquet dan Mansell masuk menjadi kandidat juara dunia. Prost memiliki jumlah kemenangan yang sama seperti Piquet, tapi ia juga punya prestasi empat kali menduduki tempat kedua sementara Piquet tiga, dengan demikian Prost berhasil duduk di P2 klasemen sebelum balapan terakhir. Yang terjadi di Australia, Nigel Mansell mencoba bermain aman di P3 di belakang Piquet dan Prost (semua yang diperlukan untuk memenangkan gelar juara), namun kemudian Mansell mengalami kegagalan ban pada kecepatan tinggi, dan jatuh keluar. Tim Williams kemudian memanggil Nelson Piquet untuk mengganti ban sebagai pencegahan keselamatan, dan sekaligus menyerahkan kemenangan balapan --dan juara dunia-- kepada Prost.

Dengan Keke Rosberg yang pensiun dari Formula Satu di awal musim 1987, Stefan Johansson mengisi kursi McLaren untuk menemani Prost dengan bantuan uang dari Marlboro. Meskipun McLaren bersama Prost tidak diunggulkan untuk musim 1987, ia berhasil menjadi penantang Piquet dan Mansell hampir sampai akhir musim, dengan memenangi tiga balapan dan memecahkan rekor Jackie Stewart total 28 kemenangan. Namun karena power mesin TAG kurang kuat dibandingkan Honda yang dimiliki Williams, Prost hanya mampu berada di P4 klasemen akhir dengan selisih 30 poin dari juara dunia Nelson Piquet.

Meskipun Nelson Piquet memenangkan gelar pembalap dan Williams memenangkan gelar konstruktor, Honda memutuskan untuk tidak meneruskan pasokan mesin untuk Williams karena penolakan dari Frank Williams yang menolak pemakaian Satoru Nakajima sebagai pembalap. Honda lantas pindah ke McLaren di 1988, dan Prost mendapatkan rekan setim yang baru, Ayrton Senna. Bersama Senna, Prost lantas terlibat rivalitas sengit, dan turut membantu McLaren mencatatkan poin tertinggi di 1988 dengan raihan 15 kemenangan dari 16 lomba. Prost nyaris saja menjadi juara dunia, tapi peraturan menyatakan bahwa hanya 11 dari 16 lomba yang diambil sebagai penilaian untuk kejuaraan dunia. Prost lantas menjadi kritikus utama aturan ini, yang kemudian akan menjadi sebuah revisi besar untuk F1 di musim 1990.

Rivalitas

Persaingan dengan Ayrton Senna

Persaingan antara Prost dengan Ayrton Senna adalah salah satu persaingan yang terkemuka. Persaingan ini diawali pada musim 1988, ketika Senna bergabung dengan Prost di tim McLaren. Persaingan di antara keduanya paling terkemuka terjadi pada Grand Prix Portugal 1988, di mana Senna mencoba untuk memblok Prost dari mengambil pimpinan balap dengan "memaksa" Prost untuk berjalan berdekatan dengan tembok pit. Prost kemudian berhasil keluar dari pinggir mobil Senna, mengambil pimpinan, dan kemudian masuk pada tikungan pertama, namun dia tetap marah terhadap Senna atas maneuver berbahaya yang ia lakukan.[6]

Persaingan semakin menjadi intensif paska Grand Prix San Marino 1989, di mana kedua pembalap menyutujui di mana keduanya akan mendapatakan jalan masing – masing menuju tikungan pertama. Pada saat balapan dimulai, Senna segera meninggalkan garis awal dan Prost kemudian mengikutinya melewati tikungan pertama, tanpa memasuki jalan Senna. Kecelakaan Gerhard Berger pada putaran keempat menghentikan balapan. Pada saat dimulai kembali, adalah saat bagi Prost menjauh dibandingkan pembalap lainnya, namun Senna memaksa jalan dirinya untuk melewati Prost di tikungan pertama, yang menghancurkan perjanjian di antara keduanya pada awal balapan, membuat Prost sangat geram akan Senna.[7] Prost sendiri kemudian justru dimarahi oleh tim McLaren, yang agaknya mendukung Senna. Hal itu membuat dirinya memilih untuk bergabung dengan Ferrari selama pertengahan musim.

Persaingan ini mencapai puncaknya pada akhir musim 1989, di mana gelar juara dunia ditentukan di antara Senna dan Prost pada Grand Prix Jepang di Suzuka. Kedua pembalap McLaren bertabrakan di sebuah tikungan ketika Prost memblok usaha Senna melewati dirinya. Prost berjalan meninggalkan balapan ketika Senna kembali ke trek dengan secara illegal memotong tikungan. Walau kemudian ia memenangkan balapan, manuver tersebut membuat dirinya terdiskualifikasi. Setelah banding yang diajukan McLaren gagal, Senna diharuskan membayar denda 100.000 Dolar AS dan skors enam bulan. Hal ini membuat Senna menuduh bahwa Presiden FIA Jean-Marie Balestre menguntungkan Prost. Diskualifikasi Senna berarti membuat Senna secara hitungan matematis tidak mungkin menyalip total poin Prost, sehingga juara dunia tahun 1989 diraih oleh Prost. Terdapat banyak perdebatan mengenai apakah Prost sengaja menabrak Senna, atau apakah Senna terlalu berambisi dalam manuver pengambilan posisi, atau apakah kecelakaan ini hanya insiden balapan di antara dua rekan balap yang saling sakit hati.

Musim 1990 kembali memperlihatkan kedua pembalap kembali terlibat dalam kecelakaan. Saat itu, Senna memimpin di depan Prost, yang kini dengan Ferrari, dalam perebutan gelar juara dunia. Prost telah terkualifikasi di posisi kedua untuk balapan kedua dari akhir musim ini di Suzuka, Jepang, dan Senna berada di tempat pertama. Sebelum balapan, Senna telah menyatakan keberatannya bahwa sisi awal balapannya merupakan sisi yang kotor, yang berarti dia akan grip yang lebih sedikit dan karenanya ia akan memulai balapan lebih lambat dibanding dengan Prost, yang menurutnya memulai balapan di sisi yang bersih. Namun, keberatan Senna ini ditolak oleh FIA. [8] Pada awal balapan, Prost memulai balapan lebih baik, namun pada saat pengereman di tikungan pertama, Senna menolak untuk menjauhkan diri, sehingga menabrak Prost pada kecepatan 160 mpj (260 kpj). Hal itu membuat gelar menjadi milik Senna. [9] Prost yang hampir pension dari dunia olahraga, menyatakan, "Apa yang ia lakukan adalah menjijikan. Dia adalah pria tanpa nilai." [10] Setahun kemudian, Senna mengakui pergerakan yang dilakukan dirinya adalah pergerakan yang telah direncanakannya sebelumnya, dalam rencana bals dendam atas Prost yang mengambil keduanya keluar dari balapan di tikungan di tempat yang sama tahun sebelumnya dalam posisi yang hamper sama.[11]

Terdapat sebuah insiden kontroversial pada musim 1991. Prost yang tergabung bersama Ferrari tidak dapat untuk menantang Senna yang tergabung dengan McLaren, secara teratur. Pada Grand Prix Jerman, Prost bertarung dengan Senna untuk posisi keempat. Namun, Prost merasa bahwa Senna bertahan dengan terlalu agresif dan memaksa Prost untuk mengambil tindakan penghindaran melalui jalan yang dapat digunakan untuk keluar. Prost kemudian membuat mesin mobilnya mati, namun dapat kembali dalam balapan. Ironisnya, Senna kehabisan bahan bakar pada putaran terakhir di tempat yang sama.

Prost kemudian mengambil cuti panjang pada musim 1992, sementara Senna bertarung keras karena mobil McLaren-nya tak lagi kompetif untuk bertarung dengan tim Wiliiams. Ketika Prost mengumumkan bahwa dirinya akan bergabung dengan William untuk musim 1993 yang akan dating, Senna ingin bergabung pula dengan Williams, karena mereka merupakan tim terbaik. Namun, Prost memiliki klausul dalam kontraknya, di mana Prost melarang Senna sebagai rekan satu timnya, dan Senna yang sangat geram saat itu, menyebut Prost sebagai seorang pengecut selama sebuah konferensi pers di Sirkuit Estoril, Portugal.

Pada musim 1993, Prost dan Senna kembali melanjutkan persaingan mereka di arena balap. Prost dikawal oleh kepolisian setempat untuk menuju sirkuit Interlagos untuk Grand Prix Brasil, karena "permusuhan" Senna atas Prost.[12] Keduanya melanjutkan pertarungan di trek antara keduanya dalam Grand Prix Britania Raya di Silverstone, di mana Senna secara agresif, mempertahankan posisinya atas Prost. Pada Grand Prix terakhir Prost, yakni Grand Prix Australia, Prost ditarik ke atas oleh Senna menaiki tempat tertinggi podium untuk sebuah rangkulan.[13]

Pada 1 Mei 1994, Ayrton Senna meninggal dunia dalam Grand Prix San Marino. Prost menjadi salah seorang pengusung jenazah Senna.[14] Prost kemudian berbicara empat tahun setelah kematian Senna. Prost memberitahu Nigel Roebuck, seorang jurnalis Inggris, bahwa ia "selalu menolak untuk berbicara mengenai dirinya." Ketika Senna meninggal, Prost menyatakan bahwa "sebuah bagian dari dirinya juga telah mati", karena karir mereka telah begitu terikat dengan Senna.[15] Senna juga merasakan perasaan yang sama ketika Prost pensiun pada akhir musim 1993, ketika dia mengakui seorang sahabat dekatnya, bahwa dia menyadari begitu besar motivasi dirinya, datang dari pertarungan dengan Prost. Hanya beberapa hari sebelum kematiannya, ketika pengambilan film sebuah putaran di Imola untuk televisi Perancis TF1, dia disambut Prost, kemudian kepada seorang cendikiawan di saluran televisi tersebut, ia menyatakan, "Aku ingin menyabut kembali temanku Alain - kami semua merindukanmu...". Prost menyatakan bahwa dia sangat tersentuh oleh hal itu.[16]

Perbandingan dengan rekan setim

Dalam perjalanan karirnya, secara statistik, Alain Prost berhasil mengalahkan hampir semua rekan setimnya, dimana lima diantaranya merupakan juara dunia. Pengecualian hanya untuk musim 1984 saat ia dikalahkan Niki Lauda dengan setengah poin, dan di musim perdana Prost di 1980, dimana ia dikalahkan John Watson. Pada 1988, meskipun Prost secara statistik mencatatkan poin lebih banyak ketimbang Ayton Senna, namun secara regulasi hanya 11 dari 16 ronde balapan yang diambil sebagai penghitungan nilai untuk kejuaraan dunia, yang akhirnya dimenangi oleh Senna.

Musim Poin Prost[17] Poin rekan setimnya[17] Nama rekan setim
1980 5 6 John Watson
1981 43 11 René Arnoux
1982 34 28 René Arnoux
1983 57 22 Eddie Cheever
1984 71.5 72 Niki Lauda
1985 73 (76) 14 Niki Lauda
1986 72 (74) 22 Keke Rosberg
1987 46 30 Stefan Johansson
1988 87 (105) 90 (94) Ayrton Senna
1989 76 (81) 60 Ayrton Senna
1990 71 (73) 37 Nigel Mansell
1991 34 21 Jean Alesi
1993 99 69 Damon Hill

Referensi

  1. ^ The Independent (London), Nov 21, 1999, Retrieved 8 March 2008; Jet, December 13, 1999, Retrieved 8 March 2008; Prostfan.com - Profile. Retrieved 8 March 2008.
  2. ^ Roebuck, Nigel (1986) Grand Prix Greats p. 131 Book Club Associates ISBN 0-85059-792-7
  3. ^ Hall of Fame — Alain Prost, Formula1.com. Paragraph 6. Retrieved 16 August 2006.
  4. ^ 8W — Who? — Alain Prost, Forix.com. Paragraph 24. Retrieved 16 August 2006.
  5. ^ Alain's Biography (1921–54), ProstFan.com. Retrieved 22 November 2006.
  6. ^ Grand Prix Results: Portuguese GP, 1988. Situs Grand Prix.com. Diakses pada 3 Juni 2010.
  7. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia Of Formula One. Hermes House. hlm. 72, baris 13–27. ISBN 1-84309-864-4. 
  8. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia Of Formula One. Hermes House. hlm. 75, baris 8–17. ISBN 1-84309-864-4. 
  9. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia of Formula One. Hermes House. hlm. 75, baris 18–29. ISBN 1-84309-864-4. 
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama HOF
  11. ^ Saward, Joe. Ayrton Senna attacks Jean-Marie Balestre. Situs Grand Prix.com, 1 Oktober 1991. Diakses pada 3 Juni 2006.
  12. ^ Allsop, Derick. Designs on Victory: On the Grand Prix Trail With Benetton. Hutchinson. ISBN 0-09-178311-9. 
  13. ^ Sebuah foto pada situs Farzads F1 Gallery.com. Diakses pada 4 Juni 2010.
  14. ^ Bagbey, Jordan. Ayrton Senna: Fourteen Years Later. Situs Bleacher Report, 30 April 2008. Diakses pada 4 Juni 2010.
  15. ^ Prost, Alain. Ayrton Senna. Situs Penggemar Alain Prost, 1 Oktober 1998. Diakses pada 4 Juni 2010.
  16. ^ Hamilton, Maurice. Frank Williams. Macmillan. hlm. 234. ISBN 0-333-71716-3. 
  17. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama droppedpoints

Pranala luar

Didahului oleh:
Niki Lauda
1984
Juara dunia pembalap Formula Satu
1985-1986
Diteruskan oleh:
Nelson Piquet
1987
Didahului oleh:
Ayrton Senna
1988
Juara dunia pembalap Formula Satu
1989
Diteruskan oleh:
Ayrton Senna
1990
Didahului oleh:
Nigel Mansell
1992
Juara dunia pembalap Formula Satu
1993
Diteruskan oleh:
Michael Schumacher
1994-1995

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA