Kota Blitar
Kota Blitar, adalah kota yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah selatan Kota Surabaya. Kota Blitar terkenal sebagai tempat kelahiran dan dimakamkannya presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Kota Blitar | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Kridha Hangudi Jaya | |
Koordinat: 8°06′S 112°10′E / 8.1°S 112.17°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Dasar hukum | Stbld. 150/1906 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M.S. |
Luas | |
• Total | 32,578 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 132,106 (2.007) |
• Kepadatan | 3,875/km2 (10,040/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0342 |
Kode Kemendagri | 35.72 |
DAU | Rp 170 milyar (2007) |
Situs web | www.blitar.go.id |
Kota Blitar juga disebut Kota Peta (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepimpinanan Supriyadi, Laskar Peta melakukan perlawanan terhadap Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang menginspirasi timbulnya perlawanan di daerah lain. Ikan koi yang populer di Jepang dapat dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi.[1]
Wilayah administratif
Kota Blitar terdiri atas 3 kecamatan, yaitu:
Sejarah
Berdasarkan legenda, dahulu Bangsa Tartar dari asia timur sempat menguasai tanah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur Bangsa Tartar.
Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar.
Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya, rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat diredam oleh Belanda dengan membuat peraturan baru.
Belanda menetapkan Blitar sebagai Gemeente Blitar pada 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandche Indie 150/1906. Momen inilah yang sampai sekarang diakui sebagai hari jadi kota ini. Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Indonesia, antara lain Batavia, Buitenzorg, Bandung, Cheribon, Magelang, Semarang, Salatiga, Madiun, Malang, Surabaya, dan Pasuruan.
Sementara, berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran Tim Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Blitar yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Blitar Nomor 262 tahun 1988 tertanggal 31 Desember 1988, maka berdasarkan dokumen dan testamen yang ada, dapatlah diketahui bahwa penetapan hari jadi Kota Blitar adalah sebagai berikut.
- Gemeente Blitar dibentuk berdasarkan Staatsblad van Nederlandsche Indie Nomor 150 tahun 1906 tertanggal 1 April 1906.
- Jadi, tanggal 1 April 1906, merupakan penetapan berdirinya Gemeente Blitar yang dapat dipastikan kebenarannya, bahwa:
- Wilayah ibukota (Kabupaten) Blitar, lewat Undang-Undang diputuskan menjadi Gemeente (Kotapraja) Blitar.
- Gemeente (Kotapraja) Blitar, oleh pemerintah pusat setiap tahun diberikan subsidi sebesar 11.850 gulden.
- Gemeente (Kotapraja) Blitar, dibebani kewajiban-kewajiban dan diberikan wewenang secara terperinci.
- Bagi Gemeente (Kotapraja) Blitar, diadakan suatu dewan yang dinamakan “Dewan Kotapraja Blitar” dengan jumlah anggota 13 orang.
- Undang-Undang pembentukan Kotapraja Blitar mulai berlaku tanggal 1 April 1906.
Jika memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan, maka selama perjalanan pemerintahan hingga saat ini Blitar telah mengalami perubahan status pemerintahan sebagai berikut.
- Kota Blitar pertama dibentuk berdasarkan staatsblad tahun 1906 nomor 150 jo, staatsblad 497 tahun 1928 dengan nama Gemeente Blitar dengan luas wilayah 6,5 km² dan jumlah penduduk 35.000 jiwa;
- Pada tahun 1928 Kota Blitar pernah menjadi kota karesidenan dengan nama Karesidenan Blitar, tetapi berdasarkan staatsblad nomor 497 tahun 1928 status Blitar dikembalikan lagi menjadi gemeente.
- Pada zaman Jepang tahun 1942 berdasarkan Osamu Seirei dengan nama Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 45.000 jiwa.
- Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1945 dengan nama Kota Blitar luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 45.000 jiwa.
- Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 1950 dengan nama Blitar dibentuk sebagai daerah kota kecil.
- Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1957 dengan nama Kotapraja Blitar, luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 60.000 jiwa .
- Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 ditetapkan dengan nama Kotamadya Blitar dengan luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 73.142 jiwa.
- Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1982, luas wilayah Kotamadya Blitar dimekarkan menjadi 3 kecamatan dengan 21 kelurahan. Perubahan ini mengakibatkan perluasan daerah dari 1 kecamatan (16,1 km²) menjadi 3 kecamatan (32,369 km²) dan pertambahan penduduk dari 106.500 jiwa (1982) menjadi 124.767 jiwa (2003).
- Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 nama Kotamadya Blitar disesuaikan dan diganti dengan nama Kota Blitar.
(Sumber: Profil Kota Blitar, Bappeda Kota Blitar)
Walikota
Nama-nama kepala daerah yang pernah memimpin Kota Blitar.
1. Zaman Pemerintahan Hindia Belanda
- Asisten Residen Kediri di Blitar yang merangkap de burgemeester di Blitar
- Th. J. Cathero (hingga 1942)
2. Zaman Pemerintah Jepang
- Shi-chō Blitar
3. Zaman Kemerdekaan sampai sekarang
- Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Blitar
Pariwisata
Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho Supriyadi, dan lain sebagainya, merupakan inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini.
Dalam upaya membangun iklim yang kondusif sebagai kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilih sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengemnbangkan ekonomi daerah. Beberapa tempat tujuan wisata yang ada di Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi dan diperkaya guna meningkatkan potensi wisata di Kota Blitar.
Tempat tujuan wisata di Kota Blitar antara lain:
- Makam Bung Karno. Makam Proklamator Bung Karno adalah makam seorang tokoh besar yaitu presidan pertama sekaligus proklamator kemerdekaan RI. Makam ini terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, sekitar 2 km ke utara dari pusat kota.
- Perpustakaan dan Museum Bung Karno. Perpustakaan ini selain berisi segala bentuk memorabilia Bung Karno, juga kelak akan dikembangkan sebagai pusat studi terpadu. Beberapa koleksi yang ada saat ini adalah lukisan hidup Bung Karno yang dapat berdetak tepat pada bagian jantungnya, uang Bung Karno yang dapat menggulung sendiri, dan koleksi sumbangan dari Yayasan Idayu.
- Istana Gebang. Istana Gebang atau lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Gebang, merupakan rumah tempat tinggal orang tua Bung Karno. Istana ini bertempat di Jl. Sultan Agung 69, Blitar. Di rumah ini pada setiap bulan Juni ramai didatangi pengunjung, baik dalam rangka Haul Bung Karno maupun karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkot Blitar, seperti Grebeg Pancasila.
- Petilasan Arya Blitar. Petilasan ini berupa makam, yaitu makam Adipati Arya Blitar yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo. Makam ini ramai dikunjungi pada bulan Sura (Muharram) dan juga setiap malam Jumat legi.
- Monumen Supriyadi. Pada tahun 1945, Kota Blitar menjadi pusat pemberontakan tentara PETA yang dipimpin oleh Sodancho Supriyadi, melawan tentara Jepang. Untuk mengenang jasa beliau, dibangunlah sebuah monumen yang terletak di depan bekas markas PETA (depan TMP Raden Wijaya). Selain di sana, juga dibangun sebuah patung setengah dada Supriyadi yang terletak di depan Pendapa Kabupaten Blitar.
- Kebon Rojo yaitu taman hiburan dan rekreasi keluarga yang berada di belakang kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum maupun wisatawan secara cuma-cuma. Di taman tersebut terdapat beberapa jenis hewan peliharaan, fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung apresiasi seniman, air mancur, dan juga berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
- Taman Air Sumberudel yang diresmikan kembali oleh Walikota Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 setelah direnovasi selama kurang lebih satu setengah tahun adalah taman air paling megah se-eks Karesidenan Kediri. Taman air ini mempunyai fasilitas yang cukup lengkap bila dibandingkan dengan taman-taman air lain di Jawa Timur. Sayang, pengelolaan parkirnya tidak lebih bagus daripada sebelum direnovasi.
- Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) yaitu pusat layanan informasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan, selain sebagai pusat layanan informasi tentang pariwisata. Pembangunan pusat informasi ini adalah bentuk realisasi kebijakan pembangunan sarana-prasarana ekonomi pada umumnya, serta sarana-prasarana perdagangan dan pariwisata pada khususnya. Ini adalah penjabaran dari pembangunan sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sebagaimana yang tersurat dalam rumusan visi Kota Blitar.
PIPP Kota Blitar menjadi media integrasi informasi dan publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama-sama antara daerah Kota Blitar beserta daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, serta daerah-daerah lainnya di wilayah administrasi Badan Koordinasi Wilayah I Madiun. Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan Kota Blitar diresmikan pada tanggal 3 Juli 2004 oleh Presiden RI (yang menjabat saat itu) Megawati Soekarnoputri. Bersamaan dengan peresmian PIPP, terdapat beberapa obyek lainnya yang juga ikut serta diresmikan, antara lain Stadion Patria, Pasar Legi, dan Perpustakaan Persada Bung Karno.
Fasilitas
Fasilitas Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan Kota Blitar. Secara umum PIPP memiliki dua bangunan sebagai komponen operasional untuk aktivitas dan fasilitas antara lain:
- Bangunan utama berbentuk bangunan anjungan promosi, kolam ikan hias, serta panggung terbuka untuk berbagai keperluan termasuk pentas kesenian dan ruang pengunjung.
- Bangunan penunjang, antara lain:
- Pendapa atau paseban untuk penerimaan dan istirahat pengunjung, kios pedagang, serta lapangan parkir kendaraan bermotor yang diperuntukkan bagi pengunjung komplek makam serta Perpustakaan Persada Bung Karno.
- Anjungan promosi produk unggulan menempati areal sekitar 1.400 m².
Terdiri atas empat bangunan, masing-masing untuk promosi produk dari Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten Tulungagung, dan Trenggalek, untuk Kabupaten dan Kota Blitar sendiri, serta satu bangunan untuk pameran umum.
- Kios yang melayani berbagai kebutuhan termasuk makanan dan minuman serta suvenir, kebutuhan yang lazim bagi pengunjung PIPP atau wisatawan pada umumnya. Kios ini berjumlah 40 unit. Untuk mengantisipasi pengunjung dari luar kota berupa rombongan besar, dengan kendaraan besar seperti bus, termasuk pengunjung komplek makam serta Perpustakaan Persada Bung Karno, disediakan lapangan parkir yang cukup luas, sekitar 6.500 m².
- Areal untuk kegiatan (pameran) dan parkir yang cukup luas dan representatif.
Fasilitas pendukung
- Patria Plaza Hotel terletak di Jl. Kartini. Hotel ini berdiri sejak tanggal 1 Januari 2005 dan diresmikan oleh Walikota Blitar.
- Hotel Puri Perdana terletak di Jl. Anjasmoro. Hotel ini adalah hotel pertama di Kota Blitar yang memberikan fasilitas gratis internet.
- Hotel Tugu Sri Lestari terletak di Jl. Merdeka. Hotel ini lebih dikenal dengan sebutan Sri Lestari saja. Hotel bergaya kolonial ini merupakan hotel tertua yang berdiri di pusat Kota Blitar dan merupakan saksi sejarah dari peristiwa pemberontakan PETA yang terjadi pada tanggal 14 Februari 1945.
- Stadion Gelora Supriyadi. Stadion ini merupakan markas dari klub sepak bola PSBI Blitar.
Aneka rupa
- Dahulu, Kota Blitar hanya mempunyai satu kecamatan, namun akhirnya dipecah menjadi tiga kecamatan sejak tahun 1982.
- Kota Blitar, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Kediri merupakan daerah utama yang dilewati oleh lahar Gunung Kelud apabila meletus.
- Mantan Menteri Keuangan RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu dan calon wakil presiden dari capres Incumbent Susilo Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2009, Boediono, lahir dan dibesarkan di kota ini.
- Puteri Indonesia 2007, Putri Raemawasti, lahir dan dibesarkan di kota ini.
- Produsen pesawat berkebangsaan Belanda-Amerika Serikat, Anthony Fokker, lahir di Blitar.