Distrik Baucau

provinsi di Timor Leste
Revisi sejak 13 September 2010 15.31 oleh Medelam (bicara | kontrib)

Baucau (Tetum: Baukau), adalah sebuah distrik Timor Leste, di pantai utara di bagian timur negara ini. Ibu kotanya juga bernama Baucau (dulu bernama Vila Salazar). Jumlah penduduk distrik ini 104.571 (sensus 2004) dan luas wilayahnya 1.494 km². Sub-distrik di wilayah ini adalah Baguia, Baucau, Laga, Quelicai, Vemasse, dan Venilale (sebelumnya bernama Vila Viçosa). Distrik ini sama wilayahnya seperti di masa kolonial. Di ujung utaranya terletak Selat Wetar; batas-batasnya yang lain adalah distrik Lautém di sebelah timur, Viqueque di selatan, dan Manatuto di sebelah barat.

Baucau
Populasi
 (2004)
104,571
Distrik Baucau di Timor Leste

Selain bahasa nasional yang resmi yaitu Tetum dan Portugis, kebanyakan penduduknya berbahasa Makasae, dari kelompok bahasa Papua. Kebanyakan penduduknya beragama Katolik Roma, namun ada pula sedikit orang Islam di situ.

Baucau mempunyai pertanian yang paling maju di seluruh Timor Leste. Selain makanan utama, yaitu beras dan jagung, Baucau menghasilkan kacang-kacangan, kacang tanah], ubi jalar, kopra, kemiri dan ubi kayu. Daerah ini juga menghasilkan kerbau dan kambing. Kurangnya jaringan transportasi dan persediaan energi yang tidak dapat diramalkan menghalangi industri yang sedang berkembang.

Di sub-distrik Venilala terdapat terowongan-terowongan yang dibangun Jepang pada masa pendudukannya selama Perang Dunia II. Di sub-distrik ini juga terdapat sebuah proyek untuk membangun kembali dan merenovasi Escola do Reino de Venilale (Sekolah Kerajaan Venilale). [1]

Baucau juga mempunyai garis pantai yang luas dengan pantai-pantai berpasir, yang ideal untuk berenang dan berbagai olah raga air lainnya.

Baucau mempunyai landasan pacu bandara yang terpanjang di negara itu, di Bandara Cakung, karena saat ini, Bandara Internasional Nicolau Lobato di Dili hanya dapat melayani pesawat-pesawat yang lebih kecil seperti Boeing 737. Bandara ini terletak enam km dari kota Baukau. Bandara ini berfungsi sebagai bandara utama negara ini sebelum Indonesia melakukan aneksasi pada 1975, ketika bandara itu diambil alih oleh militer Indonesia.