MNCTV

Jaringan televisi di Indonesia
Revisi sejak 8 Oktober 2010 08.30 oleh Luthfi94 (bicara | kontrib)

TPI (dulu merupakan singkatan dari Televisi Publiksiaran Indonesia nama sebelumnya Televisi Pendidikan Indonesia) adalah stasiun televisi swasta nasional kedua di Indonesia setelah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. TPI didirikan oleh Mbak Tutut dan dulu sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Cipta Lamtoro Gung Persada (CLGP).

MNCTV
Berkas:TPI Logo.svg

Antara tahun 2009 hingga 2010, TPI tidak menyiarkan acara olahraga. Tetapi mulai tahun 2010 TPI menyiarkan acara eksklusif Liga Utama Inggris.

Sejarah

Awal didirikan

TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari jam 19.00-21.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di Studio 12 TVRI dari kecematan Senayan basis kota di Jakarta Pusat. Pada awal pendiriannya tahun 1991 TPI hanya ingin menyiarkan siaran Pendidikan saja. Saat itu TPI hanya mengudara 4 jam. Salah satunya dengan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyiarkan materi pelajaran pendidikan menengah. Sejak itu TPI mengudara 4 jam, lalu sejak 1 Juni 1991 menjadi 6,5 jam. Lalu menjelang akhir 1991 sudah 8 jam.

Pada tahap awal pendiriannya, TPI berbagi saluran dengan televisi milik pemerintah oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Perlahan-lahan mereka mengurangi misi Pendidikan dengan juga menyiarkan acara-acara lain, termasuk kuis-kuis dan sinetron sebagai selingan.

Pada tanggal 1 Juli 1991, TPI memiliki kanal sendiri khusus untuk kota Jakarta yaitu channel 37 UHF. Itu semua karena TPI saat itu sedang belajar untuk mandiri untuk daerah lain TPI tetap berbagi saluran dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) karena TPI belum memiliki modal cukup untuk bersiaran nasional dengan kanal sendiri.

Televisi Nasional

TPI Mulai 1990-an

Pada tanggal 1 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 111/1993, TPI mengudara secara nasional. Secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1997 TPI memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Studio 12 TVRI dari kecematan Senayan basis kota di Jakarta Pusat ke Jakarta melalui 47 stasiun transmisi, TPI mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa bertempat mulai membangun membangun stasiun relai siaran media televisi di Jakarta dan Bandung; sekitar area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). TPI mendapat stasiun televisi siaran nasional membasis kota di Jakarta (merupakan ibu kota nasional negara di Indonesia) dengan stasiun televisi siaran nasional swasta pertama di Indonesia melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 111/1993. tiga tahun setelah izin tersebut keluar TPI mengudara secara nasional dari studio korporat pemarkas kantor gedungan redaksi berita dan informasi stasiun studio televisi TPI yang berada membasis kota di Jakarta.

Pada tanggal 1 Januari 1993, TPI mendapatkan izin bersiaran nasional dan pada saat itu, TPO memindahkan pusat operasionalnya dari Studio 12 TVRI dari kecematan Senayan basis kota di Jakarta Pusat ke Studio MNC dari kecamatan Kebon Sirih basis kota di Jakarta Barat tahun itu pula didirikan Cipta Lamtoro Gung Persada (CLGP) sebuah induk usaha bentukan Formatara Prima Sejati.

TPI saluran asli siaran dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) di pertengahan 1990-an. Kini, program edukasi tersebut sudah tergusur dan TPI fokus di program acara musik dangdut, seolah acara lain yang disebut "Makin Indonesia dalam motto barunya seakan tenggelam oleh hingar bingar acara dangdut di TPI. Bahkan TPI sebagai kependekan dari Televisi Pendidikan Indonesia sudah tidak berlaku lagi.

Dalam website resmi TPI disebutkan TPI adalah Televisi Publiksiaran Indonesia sesuai dengan misi baru pertama kali mengudara diluncurkan pembukaan siaran televisi dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto yaitu mulai sejak pada tanggal hari Jumat, 1 Januari 1993 menjadi 19 jam yakni menyiarkan acara-acara khas Indonesia seperti tayangan Sinetron lokal, Berita dan musik Dangdut. TPI pernah mendapat penghargaan karena telah bertahun-tahun menayangkan acara kuis dangdut pertama di Indonesia yaitu Kuis Dangdut yang dibawakan oleh Haji Jaja Miharja. Pada Festival Sinetron Indonesia 1997, serial "Mat Angin" (Deddy Mizwar) yang ditayangkan TPI menyabet 11 penghargaan, ditambah dengan 5 penghargaan lagi tahun berikutnya dari serial yang sama. Tak lupa juga acara terfavorit di Indonesia yaitu Santapan Nusantara yang dibawakan oleh Enita Sriyana sang pakar kuliner .

Program Kontes Dangdut Indonesia yang merupakan versi dangdut dari kontes "American Idol" dan "Indonesian Idol" adalah merupakan program unggulan TPI sampai saat ini.

Pada tanggal 1 Januari 1993 secara perlahan TPI mulai mencampur unsur Berita dan unsur Hiburan dengan memasukkan Musik Dangdut sebagai Musik Hiburan bahwa TPI merupakan stasiun televisi swasta pertama yang fokus terhadap musik dangdut musik yang saat itu sebagai musiknya kelas bawah.

Pada tanggal 31 Desember 1997 TPI berpisah saluran dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) karena mulai tahun 1997 TVRI akan bersiaran pagi hari seperti TPI saat masih bergabung dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan sejak itu pula TPI berusaha untuk bisa bersiaran secara mandiri ke seluruh Indonesia.

Pada tanggal 31 Desember 1997 TPI betul-betul meninggalkan unsur Dokumenter karena menjelang abad Millenium masyarakat mulai merasa jenuh dengan tayangan-tayangan Berita yang terkesan monoton dan menggurui. TPI mengubah logonya yang sebelumnya berbentuk segitiga berwarna merah-putih menjadi berbentuk lingkaran bertulis "Televisi Keluarga Indonesia" meskipun jika disingkat tetap TPI dan TPI memindahkan logonya ke sebelah kiri karena sudah mengalami musim Reformasi musim dimana Departemen Penerangan tidak ikut campur atas kehidupan media massa. TPI pun menjadi stasiun televisi swasta pertama yang memindahkan logonya ke sebelah kiri pada tahun 1997 TPI untuk menayangkan acara-acara Hiburan agar bisa bersaing dengan stasiun televisi swasta lainnya.

Sejak 2003, 75% saham TPI dimiliki oleh Media Nusantara Citra (MNC) kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan Global TV. Direktur utama TPI saat ini adalah Mayjen. TNI. (purn.) Sang Nyoman Suwisma dan Komisaris Utama TPI saat ini adalah Dandy Nugroho Rukmana yang merupakan putra sulung dari Mbak Tutut

Program TPI saat ini

Program-Program TPI Lama

Daftar Direktur Utama

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan
1 Siti Hardijanti Rukmana 1991 1998
2 Tito Sulistio 1998 2002
3 Dandy Nugroho Rukmana 2002 2004
4 Hidajat Tjandradjaja 2004 2005
5 Sang Nyoman Suwisma 2005 sekarang

Direksi

Struktur dewan direksi TPI saat ini adalah sebagai berikut:

No Nama Jabatan
1 Sang Nyoman Suwisma Direktur Utama
2 Nana Putra Direktur Pengelolaan
3 Ruby Panjaitan Direktur Keuangan dan Teknologi
4 M. Yarman Direktur Umum
5 Erwin Richard Andersen Direktur Penjualan dan Pemasaran

Kontroversi

Pada tanggal 20 Oktober 2009, terjadi sidang gugatan pailit pada stasiun ini. Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) Ade Armando menilai putusan hakim yang memailitkan TPI penuh keganjilan.

Dia mengatakan, seharusnya putusan Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat yang mengabulkan permohonan pailit PT Crown Capital Global Limited (CCGL) atas PT TPI ditinjau ulang.[1] penanganan kasus yang melibatkan media massa tidak bisa disamakan dengan penanganan perusahaan jasa atau lainnya. Sebab, tidak semua kalangan mampu dan sanggup menggunakannya, sehingga penanganannya pun harus dikecualikan. "Ini kan nampak sangat ceroboh, tidak bisa disamakan," kata dia. Dalam putusan pailit ini, menurut Ade, kerugian tidak hanya dialami perusahaan tersebut tapi masyarakat luas juga turut dirugikan.[1]

Mengantisipasi hal serupa, harus ada upaya bersama dari beberapa pihak, seperti dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Asosiasi Televisi Swasta, dan stake holder lainnya. Terutama untuk melawan putusan sepihak dan janggal yang dikeluarkan lembaga hukum.[2]

Putusan pailit juga pernah didukung dari DPR dalam proses hukum yang sedang berjalan di tingkat kasasi Mahkamah Agung (MA). Dukungan itu diungkapkan Marzuki Alie saat menerima kunjungan sejumlah Direksi TPI di ruang kerja DPR, Senayan, Jakarta, pada tanggal 25 November 2009.[3]

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

Bacaan lanjut

Pranala luar