Relativisme
Relativisme berasal dari kata Latin, relativus, yang berarti nisbi atau relatif.[1][2] Sejalan dengan arti katanya, secara umum relativisme berpendapat bahwa perbedaan manusia, budaya, etika, moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat, melainkan perbedaan karena faktor-faktor di luarnya.[2] Sebagai paham dan pandangan etis, relativisme berpendapat bahwa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya.[2][1] Ajaran seperti ini dianut oleh Protagras, Pyrrho, dan pengikut-pengikutnya, maupun oleh kaum Skeptik.[1] Relativisme etis yang berpendapat bahwa penilaian baik-buruk dan benar-salah tergantung pada masing-masing orang disebut relativisme etis subjektif atau analitis.[2] Adapun relativisme etis yang berpendapat bahwa penilaian etis tidak sama, karena tidak ada kesamaan masyarakat dan budaya disebut relativisme etis kultural.[2]
Richard McKay Rorty | |
---|---|
Lahir | New York City | 4 Oktober 1931
Meninggal | 8 Juni 2007 Palo Alto, California | (umur 75)
Era | 20th-century philosophy |
Kawasan | Western Philosophy |
Aliran | Pragmatism, Postanalytic |
Minat utama | Epistemology, Philosophy of language, Philosophy of mind, Ethics, Metaphilosophy, Liberalism, Meta-epistemology |
Gagasan penting | Postphilosophy, Ironism, Final vocabulary, Epistemological behaviorism |
Relativisme Etis
Menurut relativisme etis subjektif, dalam masalah etis, emosi dan perasaan berperan penting.[2] Karena itu, pengaruh emosi dan perasaan dalam keputusan moral harus diperhitungkan.[2] Yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tidak dapat dilepaskan dari orang yang tersangkut dan menilainya.[2] Relativisme etis berpendapat bahwa tidak terdapat kriteria absolut bagi putusan-putusan moral.[1] Westermarck memeluk relativisme etis yang menghubungkan kriteria putusan dengan kebudayaan individual, yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan individual.[1] Etika situasi dari Joseph Fletcher menganggap moralitas suatu tindakan relatif terhadap kebaikan tujuan tindakan itu.[1][3]
Kekuatan relativisme etis subjektif adalah kesadarannya bahwa manusia itu unik dan berbeda satu sama lain.[2] Karena itu, orang hidup menanggapi lika-liku hidup dan menjatuhkan penilaian etis atas hidup secara berbeda.[2] Dengan cara itulah manusia dapat hidup sesuai dengan tuntutan situasinya.[2]
==
Referensi
- ^ a b c d e f Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 949.
- ^ a b c d e f g h i j k A. Mangunhardjana. 1997. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. Jogjakarta: Kanisius. Hal.203-206.
- ^ Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 824-825.
Pranala Luar
- Professor Ronald Jones on relativism
- BBC Radio 4 series "In Our Time", on Relativism - the battle against transcendent knowledge, 19 January 2006
- Christopher Noriss's Against Relativism
- Stanford Encyclopedia of Philosophy on Relativism
- Internet Encyclopedia of Philosophy on Cognitive Relativism
- The Friesian School on Relativism
- The Catholic Encyclopedia