Jurgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya (Horkheimer, Adorno, dan Marcuse). Teori Kritis yang dipaparkan oleh para pendahulunya berakhir dengan kepesimisan atau kebuntuan. Akan tetapi, Teori Kritis tidak berhenti begitu saja, Habermas telah membangkitkan kembali teori itu dengan paradigma baru.

Jürgen Habermas
Lahir18 Juni 1929 (umur 95)
Jerman Dusseldorf
EraBada ke-20
KawasanFilsafat Barat
AliranFilsafat kontinental
Minat utama
Teori Sosial · Epistemologi
Teori politik · Pragmatis
Gagasan penting
Rasionalitas Komunikatif
Wacana Etika
Demokrasi deliberatif
Prakmatik Universal
Tindakan komunikatif
Public Sphere
Dipengaruhi

Riwayat Hidup

Jurgen Habermas dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf, Jerman. Dia dibesarkan di kota Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Ketika ia memasuki masa remaja diakhir Perang Dunia II, ia baru menyadari bersama bangsanya akan kejahatan rezim nasional-sosialis dibawah kepemimpinan Aldof Hitler. Mungkin hal ini yang mendorong pemikiran Habermas tentng pentingnya demokrasi di negaranya. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Gottigen, ia mempelajari kesusasteraan, sejarah, dan filsafat (Nicolai N. Hartmann) serta mengikuti kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu, ia meneruskan studi filsafat di Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 ia meraih gelar “doktor filsafat” dengan sebuah disertasi berjudul Das Absolute und die Geshichte (Yang Absolut dan Sejarah) merupakan studi tentang pemikiran Schelling. Berbarengan dengan itu juga, ia mulai lebih dalam aktif dalam diskusi-diskusi politik. Hal ini juga yang mendorong Habermas untuk masuk ke partai National Socialist Germany. Pada tahun 1956, Habermas berkenalan dengan Institut Penelitian Sosial di Frankfurt dan menjadi asisten dari Adorno. Habermas belajar tentang sosiologi dari Adorno. Kemudian, ia mengambil bagian dalam suatu proyek penelitian mengenai sikap politik mahasiswa di Universitas Frankfurt. Pada tahun 1964, hasil penelitiannya dipublikasikan dalam sebuah buku Student und Politik (Mahasiswa dan Politik). Ketika Habermas bekerja di Institut Penelitian Sosial tersebut, Habermas makin berkenalan dengan pemikiran Marxisme. Sekitar waktu yang sama Habermas mempersiapkan Habilitations schift-nya. Karangan in diberi judul Strukturwandel der Oeffentlichkeit (Tranformasi struktural dari lingkup umum), suatu studi yang mempelajari sejauh mana demokrasi masih mungkin dalam masyarakat modern.fokus utama dari tulisan itu adalah tentang berfungsi tidaknya pendapat umum dalam masyarakat modern. Pada kurun waktu yang sama, Habermas diundang menjadi profesor filsafat Universitas Hiedelberg (1961-1964). Pada tahun 1964, ia kembali ke Universitas Frankfurt, karena diangkat menjadi profesor sosiologi dan filsafat mengantikan Horkheimer. Pemikiran Marx yang Habermas sudah kenal sejak di Sekolah Frankfurt cukup mempengaruhi pemikiran dia secara utuh. Peranan ia sebagai seorang Marxis tampak ketika ia turut berperan serta dalam gerakan mahasiswa Frankfurt. sekitar tahun 1960-1970an merupakan periode demonstrasi “gerakan mahsiswa kiri baru yang radikal” yang sedang marak. Sebagai seorang pemikiri Marxis, ia cukup dikenal oleh gerakan mahsiswa tersebut, bahkan sempat menjadi ideolognya, walaupun keterlibatannya hanya sejauh sebagai pemikir Marxis. Habermas sangat populer dikalangan kelompok yang bernama Sozialistischer Deutsche Studentenbund (Kelompok Mahasiswa Sosialis Jerman). Akan tetapai, kedekatan Habermas dengan kelompok mahasiswa yang beraliran kiri radikal tidak terlalu lama. Hal itu dikarenakan, aksi-aksi mahasiswa yang mulai melewati ambang batas, yaitu dengan menggunakan tindak anarkis atau tindak kekerasan. Akibatnya, Habermas mengkritik tindakan mahasiswa yang melampaui batas tersebut. Akan tetapi, akibat dari kritikan tersebut, Habermas harus bernasib sama dengan Horkheimer dan Adorno, yang terlibat konflik dengan mahasiswa. Di dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1969 yang berjudul Protestbewegung und Hochschulreform (Gerakan opsisi dan pembahasan perguruan tinggi). Habermas mengkritik secara pedas aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa kiri. Bagi Habermas, aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa kiri tersebut dikecam sebagai ‘revolusi palsu’, bentuk-bentuk pemerasan yang diulang kembali, dan counterproductive. Akhirnya, Habermas dan mahasiswa beraliran kiri tersebut makin bertentangan. Hal ini mendorong Habermas untuk keluar dari Universitas Frankfurt. Habermas menerima tawaran untuk bekerja di Max Planck Institut di kota Stanberg sebagai peneliti. Habermas bekerja di sana selama 10 tahun sampai lembaga penelitian ini dibubarkan. Selama di Max Planck Institut Habermas telah mencapai kematangan pemikiran filosofisnya. Banyak karya-karya tulis yang dibuatnya selama di sana, antara lain: Legitimationsprobleme im Spatkapitalismus (Masalah legitimasi dalam kapitalisme kemudian hari, 1973), Kultur und Kritik (Kebudayaan dan Kritik, 1973); Zur Rekonstruktion des Historischen Materialismus (Demi rekonstruksi materialisme historis, 1976). Selain itu, masih ada satu karya tulis Habermas yang dapat dikatakan sebagai opus magnumnya dan puncak seluruh usaha ilmiahnya adalah Theorie des kommunikativen Handelns (Teori tentang praksis komunikatif, dua jilid, 1981). Pada akhirnya, Jurgen Habermas kembali ke Universitas Frankfurt sebagai profesor filsafat. Ia mengajar di Universitas Frankfurt sampai memasuki masa pensiunnya pada tahun 1994. Pada waktu itu, Habermas sudah memiliki reputasi internasional yang besar dan banyak diminta untuk berbicara di berbagai pertemuan atau diskusi ilmiah.

Teori Kritis

Menurut Habermas, teori kritis bukanlah teori ilmiah, yang biasa dikenal dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Habermas menggambarkan Teori kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori Kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta objektif, yang umumnya dianut oleh aliran positivistik. Teori krtis berusaha menembus realitas sosial sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi yang bersifat trasendental yang melampaui data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis merupakan kritik ideologi. Teori kitis ini dilahirkan oleh Mazhab Frankfurt memiliki maksud membuka seluruh selubung ideologis dan irasionalisme yang telah melenyapkan kebebasan dan kejernihan berpikir manusia modern. Akan tetapi, semua itu konsep Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulu Habermas (Horkheimer, Adorno, dan Marcuse) mengalami sebuah kemacetan atau berakhir dengan kepesimisan. Akan tetapi, teori ini tidak berakhir begitu saja, Habermas sebagai penerus Mazhab Frankfurt akan membangkitkan kembali teori tersebut dengan sebuah paradigma baru.

Teori Kritis Dengan Pardigma Baru

Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam Teori Kritis tersebut. Menurut Habermas, komunikasi dapat menyelesaikan kemacetan Teori kritis yang ditawarkan oleh pendahulunya. Habermas membedakan antara pekerjaan dan komunikasi (interaksi). Pekerjaan merupakan tindakan instrumental, jadi sebuah tindakan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan komunikasi adalah saling pengertian. Dalam tradisi Mazhab Frankfurt, teori dan praksis tidak dapat dipisahkan. Praksis dilandasi kesadaran rasional, rasio tidak hanya tampak dalam kegiatan-kegiatan yang berkerja melulu, melainkan interaksi dengan orang lain menggunakan bahasa sehari-hari. Selain itu juga, para pendahulunya memandang rasionalitas sebagai penaklukan, kekuasaan.

Kedua hal itulah yang membuat kemacetan dalam Teori Kritis menurut Habermas. Pandangan ini telah membuat sudut pandang masyarakat tentang krtik dengan penaklukan itu sama dan praksis dengan penaklukan itu sama. Habermas berpendirian kritik hanya dapat maju dengan rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikatif atau tindakan komunikatif. Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekersan, tetapi melalui argumentasi. Kemudian Habermas membedakan dua macam argumentasi, yaitu: perbincangan atau diskursus dan kritik.

Pranala luar