Paus Yohanes Paulus II

Paus Gereja Katolik Roma Ke-264
Revisi sejak 30 April 2011 14.15 oleh Sanko (bicara | kontrib) (→‎Menjadi uskup: sampai kardinal)

Paus Yohanes Paulus II (Latin: Ioannes Paulus PP. II, Italia: Giovanni Paolo II, Polski: Jan Paweł II) yang nama aslinya: Karol Józef Wojtyła, 18 Mei 1920 – 2 April 2005 adalah Paus, Uskup Roma, dan kepala Gereja Katolik Roma sejak 16 Oktober 1978 hingga kematiannya. Dia juga pemimpin dari Negara Kota Vatikan, negara berdaulat dengan luas terkecil di dunia.

Yohanes Paulus II
Awal masa jabatan
16 Oktober 1978
Masa jabatan berakhir
2 April 2005
PendahuluYohanes Paulus I
PenerusBenediktus XVI
Informasi pribadi
Nama lahirKarol Wojtyla
Lahir18 Mei 1920
Wadowitz, Polandia
Wafat2 April 2005
Istana Apostolik, Vatikan
Tanda tanganTanda tangan Yohanes Paulus II
Paus lainnya yang bernama Yohanes Paulus

Paus Yohanes Paulus II diangkat pada usia 58 tahun pada tahun 1978. Dia adalah Paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI, yang menjabat untuk sesaat antara tahun 1522-1523. Dia memerangi komunisme, kapitalisme yang tak terkendali dan penindasan politik. Dia dengan tegas melawan aborsi dan membela pendekatan Gereja Katolik Roma yang lebih tradisional terhadap seksualitas manusia.

Dia telah melakukan lawatan 129 negara selama menjadi Paus dan menjadi pemimpin dunia yang paling banyak melawat dalam sejarah.[1] Dia berbicara dalam bahasa-bahasa Italia, Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugis, Ukraina, Rusia, Kroasia, Esperanto, Yunani Kuno dan Latin selain bahasa ibunya bahasa Polski.[2] Sebagai bagian dari wewenang panggilan sucinya yang universal, beliau telah melakukan beatifikasi terhadap 1.340 orang dan melakukan kanonisasi 483 santo/santa,[3][4][5] lebih banyak dari gabungan beatifikasi dan kanonisasi yang dilakukan pendahulunya selama lima abad terakhir.[5][6][7][8][9][10]

Selain itu, masa tugasnya sebagai Paus adalah yang ketiga terlama dalam sejarah, setelah Paus Pius IX dan Santo Petrus. Pada tahun 1989, beliau mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY) dan Dili (Timor Timur). Setelah berkunjung ke Indonesia, komentarnya ialah: "Tidak ada negara yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi." [sic]

Pada 19 Desember 2009, Yohanes Paulus II telah mendapat gelar venerabilis dari penerusnya Paus Benediktus XVI[11][12][13][14] dan menjelang beatifikasi pada 1 Mei 2011.[15]

Biografi

Kelahiran dan masa muda

 
Foto pernikahan Emilia dan Karol Wojtyla Sr.
 
Rumah keluarga Wojtyłas di Wadowice
 
Halaman dalam rumah keluarga

Karol Józef Wojtyła (dilafazkan sebagai: voi-TI-wa; IPA: /ˈkarɔl ˈjuzef vɔjˈtɨwa/) lahir pada 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia selatan,[16][17][18] sebagai seorang anak ketiga dari opsir pada Tentara Kekaisaran Habsburg Austria, yang juga bernama Karol Wojtyła[19] dan Emilia Kaczorowska, yang seorang keturunan Lithuania.[18][19] Ibunya meninggal pada 13 April 1929,[20] ketika ia berusia delapan tahun.[21] Kakak perempuan Karol, Olga meninggal di waktu bayi sebelum kelahiran Karol; dengan demikian dia tumbuh dan dekat dengan kakaknya Edmund yang lebih tua 14 tahun, dan punya panggilan Mundek. Namun, pekerjaan Edmund sebagai dokter mengakibatkan kematiannya karena skarlatina (scarlet fever). Hal ini sangat mempengaruhi Karol.[19][21]

Sebagai remaja, Wojtyła adalah seorang atlit dan sering bermain sepak bola sebagai penjaga gawang[22][23] Masa kecilnya terpengaruh kontak intensif dengan komunitas Yahudi. Pertandingan sepak bola sering diadakan antara tim Yahudi dan Katolik, dan Wojtyła biasanya secara sukarela akan menawarkan diri menjadi penjaga gawang cadangan di tim Yahudi jika kekurangan pemain.[19][22]

Pada pertengahan 1938, Karol Wojtyła dan ayahnya meninggalkan Wadowice dan pindah ke Kraków, dimana dia masuk ke Universitas Jagiellonian. Sambil belajar filologi dan berbagai bahasa di universitas, dia menjadi pustakawan sukarela dan juga harus ikut serta dalam wajib militer di Legiun Akademik Resimen Infanteri ke 36 Polandia, namun dia penganut pasifisme dan menolak menembakkan senjata. Dia juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis naskah drama.[24] Selama masa itu, kemampuan berbahasanya berkembang dan dia belajar 12 bahasa asing, sembilan diantaranya kemudian dipakai terus ketika menjadi Paus (Bahasa Polandia, Slovakia, Rusia, Italia, Perancis, Spanyol, Portugis, Jerman, dan Inggris, ditambah dengan pengetahuan akan Bahasa Latin Gerejawi).[17]

Pada tahun 1939 terjadi pendudukan pendudukan Nazi dan menutup universitas tempatnya belajar setelah invasi terhadap Polandia.[17] Semua warga yang sehat diwajibkan bekerja, dari tahun 1940 sampai 1944, Wojtyła bekerja berbagai macam mulai dari pencatat menu di restoran, pekerja kasar tambang batu kapur, dan di pabrik kimia Solvay untuk menghindari dideportasi ke Jerman.[18][24] Ayahnya, seorang bintara di Angkatan Darat Polandia, meninggal karena serangan jantung pada 1941, meninggalkan Karol seorang diri dari sisa keluarga.[19][20][25] "Saya tidak ada pada saat kematian ibu saya, saya tidak ada pada saat kematian kakak saya, saya tidak ada pada saat kematian ayah saya" katanya, menceritakan masa-masa kehidupannya ketika itu, hampir empat puluh tahun kemudian, "Pada usia 20, saya sudah kehilangan semua orang yang saya cintai"[25]

Dia kemudian mulai berpikir serius untuk menjadi pastor setelah kematian ayahnya, kemudian panggilan imamatnya perlahan menjadi ‘sesuatu yang mutlak dan tak terbantahkan.’[26] Pada Oktober 1942, dengan meningkatnya keinginan untuk menjadi pastor, dia mengetuk pintu Wisma Uskup Agung di Kraków, dan menyatakan bahwa dia ingin belajar menjadi pastor.[26] Tidak lama kemudian, dia mulai belajar di seminari rahasia yang dijalankan oleh uskup agung Kraków Kardinal Adam Stefan Sapieha.

Pada 29 Februari 1944, Wojtyła tertabrak oleh truk Nazi Jerman. Tak diduga, perwira Wehrmacht Jerman kasihan padanya dan mengirimkannya ke rumah sakit. Dia menghabiskan waktu dua minggu untuk pulih dari gegar otak dan luka bahu. Kecelakaan ini dan penyelamatannya membuatnya makin yakin dengan panggilan imamatnya.

Pada 6 Agustus 1994, ‘Minggu Hitam’,[27] Gestapo mengumpulkan para pria muda di Kraków untuk menghindari demonstrasi yang serupa dengan demonstrasi di Warsawa.[27][28][29] Wojtyła selamat dengan bersembunyi di ruang bawah tanah rumah pamannya di 10 Tyniecka Street, ketika tentara Jerman mencari di lantai atas.[26][28][29] Lebih dari 8000 pria dan pemuda ditangkap hari itu, namun dia kemudian bersembunyi di Wisma Uskup Agung,[26][27][28] dimana dia tetap bersembunyi sampai Jerman pergi.[19][26][30]

Pada 17 Januari 1945 malam, Jerman meninggalkan kota, dan para pelajar mengambil kembali reruntuhan seminari. Wojtyła dan seminaris lainnya secara sukarela bertugas membersihkan tumpukan kotoran beku dari jamban.[31] Bulan itu, Wojtyła menolong seorang gadis pengungsi Yahudi berusia 14 tahun bernama Edith Zierer[32] yang melarikan diri dari perkampungan buruh di Częstochowa.[32] Setelah terjatuh dari peron stasiun kereta, Wojtyła membawanya ke kereta dan menemaninya hingga selamat sampai Kraków. Zierer sangat berterima kasih pada Wojtyła yang menyelamatkan hidupnya hari itu.[33][34][35] B'nai B'rith sebuah organisasi Yahudi dan beberapa otoritas lainnya menyatakan bahwa Wojtyła telah menolong dan melindungi banyak Yahudi Polandia lainnya dari Nazisme.

Menjadi pastor

 
Karol Wojtyła sebagai pastor di Niegowić, Polandia, 1948

Setelah menyelesaikan pendidikan seminari di Kraków, Karol Wojtyła ditahbiskan sebagai pastor di hari para orang kudus pada 1 November 1946,[20] oleh uskup agung Kraków, Kardinal Adam Stefan Sapieha.[18][36][37] Dia kemudian berangkat untuk belajar teologi di Roma, di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Pontifical International Athenaeum Angelicum),[36][37] dimana dia kemudian mendapat Diploma Teologi Suci dan kemudian Doktor Teologi Suci.[17] Gelar Doktorat ini yang pertama dari dua, didasarkan pada disertasi Latin "Doktrin Iman Menurut Santo Yohanes dari Salib Suci"

 
Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas di Roma.

Dia kembali ke Polandia pada musim panas 1948 dengan tugas pertama pastoral di desa Niegowić, limabelas mil dari Kraków. Setibanya di Niegowić pada musim panen, tindakan pertama yang dilakukannya adalah berlutut dan mencium lantai.[38] Tindakan ini diadaptasi dari kebiasaan santo Jean Marie Baptiste Vianney yang berasal dari Perancis,[38] yang kemudian menjadi ciri khasnya ketika menjadi Paus.

Pada Maret 1949, dia dipindah ke paroki Santo Florian di Kraków, dia mengajar ilmu etika di Universitas Jagiellonian kemudian di Universitas Katolik Lublin (John Paul II Catholic University of Lublin). Sambil mengajar, Wojtyła bergabung dengan grup terdiri dari 20 pemuda, yang kemudian mereka juluki Rodzinka, atau "keluarga kecil". Mereka berkumpul untuk berdoa, diskusi filosofi, serta menolong orang buta dan sakit. Grup ini kemudian berkembang sampai sekitar 200 anggota, dan kegiatannya bertambah dengan bermain ski tahunan dan kayak.[3]

Tahun 1954 dia memperoleh doktorat kedua, dalam bidang filosofi,[39] mengevaluasi kelayakan etika Katolik berdasarkan sistem etis dari fenomenologi Max Scheler. Namun, otoritas Komunis menghalanginya memperoleh gelar sampai 1957.[37]

Selama periode ini, Wojtyła menulis seri artikel di koran Katolik Kraków Tygodnik Powszechny (Mingguan Umum) berkaitan dengan masalah kontemporer gereja.[40] Dia juga fokus pada pembuatan literatur asli selama dua belas tahun pertama menjadi pastor. Perang, hidup dalam Komunisme, dan tanggung jawab pastoralnya mempengaruhi puisi dan naskah dramanya. Namun, dia mempublikasikan karya-karyanya dalam dua nama samaran - Andrzej Jawień dan Stanisław Andrzej Gruda[24][40][41] - untuk memisahkan antara literatur dan tulisan religiusnya (yang diterbitkan dengan nama aslinya) dan agar karya literaturnya mendapat penghargaannya sendiri tanpa pengaruh masalah religi kepastorannya.[24][40][41] Pada 1960, Wojtyła menerbitkan buku teologis berpengaruh Cinta dan Tanggungjawab sebuah pembelaan terhadap ajaran-ajaran tradisional Gereja tentang pernikahan dari sudut pandang filosofis baru.[24][42]

Menjadi uskup, uskup agung dan kardinal

 
Kunjungan ke gereja Santa Perawan Maria di Kraków. Carmelite on the Sand - awal Juni 1967, beberapa waktu sebelum dilantik menjadi kardinal

Pada 4 Juli 1958,[37] ketika Wojtyła sedang berlibur bermain kayak di sebuah danau di utara Polandia, Paus Pius XII mengangkatnya menjadi uskup pembantu (auxiliary bishop) di Kraków. Dia dipanggil ke Warsawa, untuk bertemu Primat Polandia Kardinal Stefan Wyszyński, yang memberitahunya mengenai pengangkatannya.[43][44] Dia menyetujui untuk membantu uskup agung Eugeniusz Baziak sebagai uskup pembantu, dia ditahbiskan ke keuskupan menggunakan nama Uskup Ombi pada 28 September 1958.[37] Pada usia 38 tahun, dia menjadi uskup termuda di Polandia. Baziak wafat pada Juni 1962 dan pada 16 Juli 1962, Karol Wojtyła terpilih sebagai Vicar Capitular, atau administrator sementara keuskupan agung sampai uskup agung baru terpilih.[17][18]

Mulai Oktober 1962, Uskup Wojtyła mengambil bagian pada Konsili Vatikan II (1962–1965),[16][17][18][37] dan memberikan kontribusi pada dokumen-dokumen penting yang kelak menjadi Pernyataan tentang Kebebasan Beragama (Dignitatis Humanae) dan Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern (Gaudium et Spes), dua hasil utama Konsili, ditilik dari sudut pandang historis dan pengaruhnya.[37]

Uskup Wojtyła juga terlibat pada semua majelis sinode para uskup.[17][18] Kemudian pada 13 Januari 1963, Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Uskup agung Kraków.[45] Pada 26 Juni 1967, Paus Paulus VI mengumumkan promosi Uskup agung Wojtyła kepada Dewan Kardinal.[16][37][45] Dia dinamakan Imam Kardinal titulus San Caesareo de Appia.[46]

Pada tahun 1967, dia berperan penting dalam perumusan ensiklik Humanae Vitae, yang berkaitan dengan masalah pelarangan aborsi dan pengaturan kelahiran dalam KB.[16][47][37][48] Menurut seorang saksi baru, Kardinal Wojtyla pada tahun 1970 melarang distribusi di keuskupan Kraków surat pastoral tentang keuskupan Polandia sedang mempersiapkan upacara ulang tahun ke-50 Perang Polandia-Soviet.[49]

Menjadi kardinal dan Paus

Pada 1967 Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Kardinal. Pada Agustus 1978, pada wafatnya Paus Paulus VI, Karol menghadiri konklaf Paus yang memilih Albino Luciani, Kardinal Venesia, sebagai Paus Yohanes Paulus I. Pada usia 65, Luciani bisa dikatakan masih muda sebagai Paus. Wojtyła pada usia 58 masih bisa mengharapkan untuk menghadiri sebuah konklaf Paus lainnya sebelum mencapai usia 80 tahun (usia maksimal dalam mengikuti konklaf). Namun tidak dikira bahwa ternyata konklaf selanjutnya datang begitu cepat pada 28 September 1978, hanya 33 hari setelah menjabat, Paus Yohanes Paulus I wafat. Pada Oktober 1978 Wojtyła kembali ke Vatikan untuk menghadiri konklaf kedua dalam waktu kurang dari dua bulan.

Pada konklaf ada dua kubu yang sama-sama memiliki calon kuat: Kardinal Giuseppe Siri, Uskup Agung Genoa, dan Kardinal Giovanni Benelli, Uskup Agung Firenze (Florence) dan seorang teman dekat Paus Yohanes Paulus I. Pada putaran-putaran pemungutan suara pertama, Benelli memenangkan sembilan pengambilan suara. Namun akhirnya Wojtyła yang menang sebagai calon kompromi, antara lain berkat dukungan Kardinal Franz König dan yang lain-lain yang sebelumnya mendukung Siri.

Berkas:Jp2koran.jpg
Paus Yohanes Paulus memegang dan mencium kitab suci Islam; Al-Qur'an.

Pada 16 Oktober 1978, pada usia 58, Wojtyła meneruskan Paus Yohanes Paulus I. Pada pengumuman terpilihnya seorang Paus non-Italia dalam kurun waktu 455 tahun, banyak yang menyebutnya sebagai "sang pria dari negara yang jauh." Melihat usia, kewarganegaraan, dan kondisi kesehatan mantan olahragawan dan penulis skenario sandiwara ini, Karol memecahkan semua rekor Paus. Kelak Karol menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma yang paling dominan dalam abad ke-20, melebihi Paus Paulus VI dalam perjalannya dan menurut beberapa orang bahkan melampaui kemampuan intelektual Paus Pius XII dan kharisma Paus Yohanes XXIII.

Seperti pendahulunya, Yohanes Paulus II secara sengaja menyederhanakan jabatannya dan menjadikannya sebuah pranata yang tidak terlalu bersifat kerajaan. Ia memilih untuk tidak memakai bentuk jamak Pluralis Majestatis, menyebut dirinya dengan kata "kami" tetapi memilih untuk memakai kata "saya." Kemudian upacara pentahbisan yang sederhana juga dipilihnya, dan bukanlah sebuah Koronasi Paus besar-besaran. Kemudian Tiara Paus juga tidak pernah dipakai selama menjabat. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi gelar Servus Servorum Dei (Pelayan para Pelayan Ilahi).

Salah satu lawatan resmi Paus Yohanes Paulus II yang pertama, adalah ke Polandia pada Juni 1979. Di sana sebuah misa diadakannya di Lapangan Kemenangan di Warsawa, sebuah peristiwa yang memiliki efek dalam mempersatukan gerakan persatuan Buruh Polandia Solidaritas. [1]

Percobaan-percobaan pembunuhan

Pada 13 Mei 1981, Yohanes Paulus II hampir tewas ketika ditembak oleh Mehmet Ali Ağca, seorang ekstremis Turki, kala masuk Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat. Ağca akhirnya dihukum penjara seumur hidup.

 
Paus ditembak ketika mengendarai sebuah mobil terbuka.

Apa kenapa, bagaimana dan atas perintah siapa percobaan pembunuhan ini dilakukan, masih tetap berupa misteri sampai akhir Maret 2005. Dikatakan dokumen-dokumen penting dari negara-negara mantan anggota Uni Soviet menunjukkan bahwa KGB bertanggung jawab [2]. Motif pembunuhan masih diperdebatkan. Salah satu kemungkinan ialah bahwa rezim komunis Uni Soviet takut akan pengaruh Paus Polandia ini akan stabilitas negara-negara satelit Soviet di Eropa Timur, terutama di Polandia sendiri.

Spekulasi lain menuduh orang-orang dalam Vatikan yang memberi perintah, terutama faksi kaum Freemason yang menentang Karol Wojtyła dan kelompok Opus Dei, yang salah satu pemimpinnya adalah Kardinal Casaroli. Ali Ağca sendiri masih bungkam dalam mengungkapkan kebenaran percobaan pembunuhannya, meski ia sering memberikan petunjuk bahwa ia mendapatkan pertolongan dari orang dalam Vatikan.

Dan akhirnya ada yang mengatakan bahwa Ağca, seorang penembak ulung, sebenarnya bisa membunuh sang Paus, jika mau dan misinya hanyalah menakut-nakutinya. Namun segala kemungkinan hanya merupakan spekulasi saja karena belum ada bukti-bukti definitif yang muncul.

Dua hari setelah Natal, pada 27 Desember 1983, Paus menjenguk pembunuhnya di penjara. Keduanya bercakap-cakap dan berbincang-bincang beberapa lama. Setelah pertemuan ini, Paus kemudian berkata: "Apa yang kita bicarakan harus merupakan rahasia antara dia dan saya. Ketika berbicara dengannya saya anggap ia adalah seorang saudara yang sudah saya ampuni dan saya percayai sepenuhnya."

Naik takhtanya Yohanes Paulus II sebagai Paus sudah diramalkan beberapa dasawarsa sebelumnya oleh Padre Pio. Biarawan yang sama ini, juga meramal bahwa pemerintahan Karol Wojtyła hanya berlangsung singkat dan berakhir dengan darah, sebuah ramalan yang hampir saja terbukti jika pembunuhannya berhasil. Percobaan pembunuhan ini juga diramalkan pada rahasia ketiga Tiga Rahasia Fatima, sebuah analisis dari Vatikan mengungkapkannya.

Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada 12 Mei 1982, di Fatima, Portugal ketika seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Si pembunuh, adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, seorang warganegara Spanyol, bernama Juan María Fernández y Krohn. Dilaporkan ia menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil Paus seorang "agen dari Moskwa." Ia kemudian divonis hukuman penjara enam tahun dan lalu diekstradisi dari Portugal.

Ada pula sebuah percobaan pembunuhan Paus pada lawatannya di Manila bulan Januari 1995, yang merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme masal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstremis Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammed.

Seorang bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade Paus dan meledakkan diri. Namun sebelum tanggal 15 Januari 1995 hari para pria ini akan melaksanakan rencana teror mereka, sebuah kebakaran dalam sebuah apartemen membawa para penyidik yang dipimpin oleh Aida Fariscal ke komputer laptop Yousef yang berisikan rencana-rencana teror mereka.

Yousef dicekal di Pakistan kurang lebih sebulan kemudian, tetapi Khalid Sheik Mohammed baru dicekal pada 2003.

Pemakaman

 
Pemakaman Paus Yohanes Paulus II menjadi pelayatan terbesar dalam sejarah masa Kristen sejak Perang Salib, menarik kunjungan lebih dari 4 juta pengunjung ke Vatikan ditambah dengan lebih dari 3,7 juta penduduk yang menetap di Roma. Hanya 2 juta orang yang diizinkan untuk melihat jenazah Yohanes Paulus II.

Kematian Paus Yohanes Paulus II diiringi ritual berusia berabad-abad lamanya dan tradisi yang berawal sejak masa pertengahan. Upacara Pengunjungan berlangsung dari 4 April hingga pagi hari tanggal 8 April di Basilika Santo Petrus. Pada 8 April, pukul 8.00 pagi UTC, Misa Requiem diberikan Kardinal Joseph Ratzinger sebagai Pejabat Tinggi Dewan Kardinal. Paus Yohanes Paulus dikebumikan di gua-gua di bawah basilika, Makam Para Paus. Dia diletakkan di bekas makam Paus Yohanes XXIII, yang dipindahkan Yohanes Paulus II untuk diberkati.

Penerus

Pada 19 April 2005 Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman terpilih sebagai pemimpin baru Vatikan setelah konklaf selama dua hari. Ratzinger memilih nama regnal Paus Benediktus XVI.

Bacaan lebih lanjut

Artikel terkait

Ensiklik Paus Yohanes Paulus II

Referensi

Sumber

Bibliografi

Catatan

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Chronicle2
  2. ^ "Pope John Paul II". The Robinson Library. 20 October 2008. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  3. ^ a b "Pope John Paul II: A Light for the World". United States Council of Catholic Bishops. 2003. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  4. ^ Daniel J. Wakin (12 April 2005). "Cardinals Lobby for Swift Sainthood of John Paul II". The New York Times. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  5. ^ a b Moore, Malcolm (22 May 2008). "Pope John Paul II on course to become Saint in record time". Daily Telegraph. London. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  6. ^ Hollingshead, Iain (1 April 2006). "Whatever happened to ... canonising John Paul II?". The Guardian. London. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  7. ^ Gertz, Steven (10 January 2003). "Christian History Corner: John Paul II's Canonisation Cannon". Christianity Today. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  8. ^ Walsh, Sister Mary Ann. "Beatifications During Pope John Paul II's Pontificate, 1988". From: ‘John Paul II: A Light for the World’, Popebook.com. United States Conference of Catholic Bishops, Inc. Diakses tanggal 2009-01-01.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  9. ^ "Table of the Canonisations during the Pontificate of His Holiness John Paul II". The Holy See. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  10. ^ Whether John Paul II canonised more saints than all previous popes put together is difficult to prove, as the records of many early canonisations are incomplete, missing, or inaccurate.
  11. ^ "Catholic Culture : Latest Headlines : SPECIAL: Popes Pius XII, John Paul II declared 'venerable'". catholicculture.org. Diakses tanggal 2010-02-25. 
  12. ^ "A Catholic Life: Pope Pius XII, John Paul II Declared Venerable". acatholiclife.blogspot.com. Diakses tanggal 2010-02-25. 
  13. ^ "Venerable John Paul II". 19 December 2009work=piercedhearts.org. Diakses tanggal 2010-02-25. 
  14. ^ "John Paul II declared [[Venerable]], moves one step closer to sainthood :: Catholic News Agency (CNA)". catholicnewsagency.com. Diakses tanggal 2010-02-25.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  15. ^ "Pope paves way to beatification of John Paul II". bbc.news.co.uk. Diakses tanggal 2011-01-14. 
  16. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama About
  17. ^ a b c d e f g Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama A&E
  18. ^ a b c d e f g "His Holiness John Paul II : Short Biography". Vatican Press Office. 30 June 2005. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  19. ^ a b c d e f "Pope John Paul II 1920-2005". CNN. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  20. ^ a b c "Karol Wojtyła (Pope John Paul II) Timeline". Christian Broadcasting Network. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  21. ^ a b Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 11. ISBN 0340908165. 
  22. ^ a b Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 25. ISBN 0340908165. 
  23. ^ "Pope John Paul the most revered human being on earth popejohnpaul.com". popejohnpaul.com. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  24. ^ a b c d e Kuhiwczak, Piotr (Dr.) (1 January 2007). "A literary Pope". Polish Radio. Diakses tanggal 2009-01-01. [pranala nonaktif]
  25. ^ a b Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 60. ISBN 0340908165. 
  26. ^ a b c d e Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 63. ISBN 0340908165. 
  27. ^ a b c George Weigel, "Witness to Hope" - HarperCollins Publishers 2001, page 71
  28. ^ a b c Davies, Norman (2004). Rising '44: The Battle for Warsaw. 80 Strand, London WC2R 0RL: Viking Penguin. hlm. 253–254. ISBN 0-670-03284-0. 
  29. ^ a b George Weigel, "Witness to Hope" - HarperCollins Publishers 2001, pages 71-21
  30. ^ Norman Davies, Rising '44: The Battle for Warsaw - Viking Penguin 2004, pages 253-254
  31. ^ Witness to Hope, George Weigel, HarperCollins (1999, 2001) ISBN 0-06-018793-X.
  32. ^ a b "Profile of Edith Zierier (1946)". Voices of the Holocaust. 2000 Paul V. Galvin Library, Illinois Institute of Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 19, 2008. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  33. ^ "CNN Live event transcript". CNN.com. 8 April 2005. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  34. ^ Roberts, Genevieve., "The death of Pope John Paul II: `He saved my life - with tea, bread'", The Independent, 3 April 2005, Retrieved on 2007-06-17.
  35. ^ Cohen, Roger., " The Polish Seminary Student and the Jewish Girl He Saved", International Herald Tribune, 6 April 2005, Retrieved on 2007-06-17.
  36. ^ a b Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 71. ISBN 0340908165. 
  37. ^ a b c d e f g h i "His Holiness John Paul II, Biography, Pre-Pontificate". Holy See. Diakses tanggal 1 January 2008. 
  38. ^ a b Maxwell-Stuart, P.G. (2006). Chronicle of the Popes. London: Thames & Hudson. hlm. 233. ISBN 978-0-500-28608-6 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  39. ^ Edward Stourton, "John Paul II: Man of History" - Hodder & Stoughton 2006, page 97
  40. ^ a b c "John Paul II to Publish First Poetic Work as Pope". ZENIT Innovative Media, Inc. 7 January 2003. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  41. ^ a b Landry, Fr. Roger J. (22 April 2005). "God, the Pope and Michelangelo". CatholiCity.com. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  42. ^ Wojtyła, Karol. Love and Responsibility: 1981
  43. ^ John Paul II, Pope (2004). Rise, Let Us Be On Our Way. 2004 Warner Books. ISBN 0-446-57781-2. 
  44. ^ Stourton, Edward (2006). John Paul II: Man of History. London: Hodder & Stoughton. hlm. 103. ISBN 0340908165. 
  45. ^ a b "Short biography". www.vatican.va. Diakses tanggal 2009-10-25. 
  46. ^ Cardinal Deaconry S. Cesareo in Palatio Giga Catholic Information
  47. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Memory
  48. ^ "Humanae Vitae". 25 July 1968. Diakses tanggal 2009-01-01. 
  49. ^ Roman Graczyk, Cena przetrwania? SB wobec Tygodnika Powszechnego, Warszawa 2011 p. 204 ISBN 978-83-7700-015-1.

Pranala luar


Didahului oleh:
Yohanes Paulus I
Paus
1978 - 2005
Diteruskan oleh:
Benediktus XVI

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA