Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan keraton Pakuan. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Jakarta dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.[1]

Penelitian

Untuk pertama kalinya naskah ini diteliti oleh K.F. Holle, kemudian diteruskan oleh C.M. Pleyte. KEmudian naskah ini dialihbahasakan oleh Purbacaraka, sebagai tambahan terhadap laporan mengenai Batu Tulis di Bogor. Upaya ini diteruskan oleh H. ten Dam (tahun 1957) dan J. Noorduyn (laporan penelitiannya dalam tahun 1962 dan 1965). Selanjutnya naskah ini juga diteliti oleh beberapa sarjana Sunda, di antaranya Ma'mun Atmamiharja, Amir Sutaarga, Aca, Ayatrohaédi, serta Édi S. Ékajati dan Undang A. Darsa.

Isi

Naskah Carita Parahiyangan menceritakan sejarah Sunda, dari awal kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai runtuhnya Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda akibat serangan Kesultanan Banten, Cirebon dan Demak.

Sempakwaja & Mandiminyak

Sempakwaja adalah seorang raja Pajajaran yang pertama kali memperkenalkan penggunaan baja (waja/Sd) dalam kehidupan sehari hari. Seperti diketahui sebelumnya peradaban dimulai dengan zaman batu, kemudian zaman perunggu, zaman besi (walaupun tidak ada istilahnya) kemudian dikenal baja yang jauh lebih keras. Maka tidak aneh jika berdiri pabrik baja pertama Krakatau Steel di Cilegon, diperkirakan tempat ini adalah tempat kelahiran dari Raden Sempakwaja.

Setelah berhasil menemukan baja maka peradaban Pajajaran mengalami kemajuan pesat dengan ditemukannya berbagai perkakas untuk kehidupan sehari hari di antaranya alat bor. Jika sebelumnya alat untuk melubangi hanyalah berupa pahat atau tatah, maka alat bor yang ditemukan oleh Raden Mandiminyak ini merupakan suatu temuan yang sangat revolusioner walaupun masih banyak kekurangannya. Di antara kekurangannya adalah kedalam pengeboran yang masih sulit dikontrol. Dalam suatu percobaan Raden Mandiminyak mengebor papan tebal yang diletakan diatas tanah, saking kerasnya papan Raden Mandiminyak menekan alat bornya sekeras kerasnya, setelah tembus alat bor / jarumnya terus melesak kedalam tanah dan menyemburlah minyak sedemikian kerasnya sehingga Raden Mandiminyak basah kuyup oleh minyak.

Sebagai catatan : sebelumnya Raden Mandiminyak ini bernama Raden Mandiangin karena ada darah Makassar dari fihak ibu.

Rahiyang Sanjaya

Perang Bubat

Dalam menceritakan Prabu Maharaja, anaknya Aki Kolot, disebutkan sebagai berikut:

Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kabawa ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten, ngaran Tohaan. Mundut agung dipipanumbasna. Urang réya sangkan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda. Pan prangrang di Majapahit.

yang artinya sebagai berikut:

Karena anak, Prabu Maharaja yang menjadi raja selama tujuh tahun, kena bencana, terbawa celaka oleh anaknya, karena Putri meminta terlalu banyak. Awalnya mereka pergi ke Jawa, sebab raja jawa tidak mau merayakan perkawinan di Sunda. Maka terjadilah perang di Majapahit.

Prabu Surawisesa

Prabu Surawisesa, putranya Ratu Jayadewata, mewarisi kekuasaan Kerajaan Sunda dalam masa yang tidak menguntungkan sebab ada pemberontakan di bebberapa wilayah (Banten, Sunda Kalapa dan Cirebon). Dalam masa kekuasaannya, yang selama 14 tahun, Prabu Surawisesa memimpin seribu prajurit dalam 15 kali perang.

Disilihan inya ku Prebu Surawisésa, inya nu surup ka Padarén, kasuran, kadiran, kuwamén. Prangrang limawelas kali hanteu éléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aria Burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka Ancol kiyi. Prangrang ka Wahanten girang. Prangrang ka Simpang. Prangrang ka Gunungbatu. Prangrang ka Saungagung. Prangrang ka Rumbut. Prangrang ka Gunung. Prangrang ka Gunung Banjar. Prangrang ka Padang. Prangrang ka Panggoakan. Prangrang ka Muntur. Prangrang ka Hanum. Prangrang ka Pagerwesi. Prangrang ka Medangkahiyangan. Ti inya nu pulang ka Pakwan deui. hanteu nu nahunan deui, panteg hanca di bwana. Lawasniya ratu opatwelas tahun.

Dalam tradisi lisan, Prabu Surawisesa terkenal dengan nama Mundinglaya Dikusumah.

Nama Tempat yang disebut dalam naskah

Naskah Carita Parahiyangan benyak menyebut nama tempat / wilayah yang termasuk dalam kekuasaan Sunda dan juga tempat-tempat lain di pulau Jawa dan pulau Sumatra. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih ada sampai sekarang. Nama-nama tempat tersebut di antaranya adalah:

  • Ancol: Ancol, Jakarta Utara
  • Arile, di Kuningan
  • Balamoha
  • Balaraja
  • Balitar
  • Barus
  • Batur
  • Berawan
  • Cilotiran
  • Cimara-upatah
  • Cina
  • Ciranjang
  • Cirebon: Cirebon
  • Datar
  • Demak: Demak
  • Demba, nusa
  • Denuh: wewengkon pakidulan
  • Galuh: Kerajaan Galuh, salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sunda
  • Galunggung; gunung Galunggung
  • Gegelang
  • Gegeromas
  • Gunung
  • Gunung Banjar
  • Gunungbatu
  • Gunung Merapi
  • Hanum
  • Hujung Cariang
  • Huluwesi, Sanghiyang
  • Jampang
  • Jawa: wilayah orang Jawa (bagian barat pulau Jawa)
  • Jawakapala
  • Jayagiri
  • Kahuripan
  • Kajaron
  • Kalapa: pelabuhan utama Sunda, disebut juga Sunda Kalapa
  • Keling
  • Kemir
  • Kendan: kerajaan yang berada di sekitar gunung Kendan di wilayah Nagreg, tempat ditemukannya banyak batu obsidian yang disebut batu kendan.
  • Kiding
  • Kikis
  • Kreta
  • Kuningan: pusat kabupaten Kuningan
  • Lembuhuyu
  • Majapahit: kerajaan Majapahit
  • Majaya
  • Malayu: kerajaan Malayu di Sumatra
  • Mananggul
  • Mandiri
  • Medang
  • Medangjati
  • Medang Kahiangan
  • Menir
  • Muntur
  • Nusalarang
  • Padang
  • Padarén
  • Pagajahan
  • Pagerwesi
  • Pagoakan
  • Pajajaran: Pakuan Pajajaran, pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, yang berlokasi di kota Bogor sekarang
  • Pakuan: Pakuan Pajajaran
  • Pangpelengan
  • Paraga
  • Parahiyangan
  • Patégé
  • Puntang: gunung Puntang
  • Rajagaluh: Rajagaluh, Majalengka
  • Rancamaya, Sanghiyang: wilayah sebelah barat Ciawi, Bogor, sekarang dijadikan permahan mewah
  • Rumbut
  • Salajo
  • Saung Agung
  • Saunggalah
  • Simpang
  • Sumedeng
  • Sunda: kerajaan Sunda yang pusatnya di Pakuan Pajajaran, Bogor, dan pernah juga berpusat di Galuh, Ciamis.
  • Taman
  • Tanjung
  • Tarum: Citarum
  • Tasik
  • Tiga, gunung
  • Wahanten-girang: Banten Girang
  • Wanakusuma, gunung
  • Winduraja
  • Wiru

Rujukan

  • Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
  • Ayatrohaédi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.

Rujukan

  1. ^ Noorduyn, J. (2006). Three Old Sundanese poems. KITLV Press. 

Lihat pula

Templat:Link FA