Banturejo, Ngantang, Malang

desa di Kabupaten Malang, Jawa Timur


Banturejo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini berada di sekitar gerbang resmi memasuki kawasan taman wisata Selorejo. Mayoritas warga di desa ini masih mempunyai trah Mataram. Bahkan beberapa warga diantaranya merupakan keturunan langsung dari Sultan Agung (Mataram). Hal ini dibuktikan dengan silsilah keturunan yang dimiliki oleh warga tersebut.

Banturejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMalang
KecamatanNgantang
Kode pos
65392
Kode Kemendagri35.07.27.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°53′4″S 112°21′53″E / 7.88444°S 112.36472°E / -7.88444; 112.36472

Desa ini didirikan oleh Raden Kyiai Poncoreno, salah seorang ahli waris kerajaan Mataram, yang juga penasihat spiritual Pangeran Diponegoro yang melarikan diri dari kejaran prajurit Belanda. Pada awalnya, Banturejo yang merupakan wilayah lereng gunung Kelud, dianggap Raden Poncoreno sebagai daerah yang strategis untuk bersembunyi. Di sela-sela persembunyian beliau, banyak warga masyarakat di wilayah Ngantang yang mendatangi beliau untuk Ngangsu Kaweruh atau sekedar minta nasihat. Akhirnya, dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya warga masyarakat di Ngantang yang datang dan nyantri kepada beliau, Raden Kyiai Poncoreno semakin terkenal di wilayah Malang Barat.

Inilah yang oleh beberapa ahli sejarah dianggap sebagai asal-usul dusun Banu, desa Banturejo. Wilayah dimana Raden Kyiai Poncoreno, datang, melihat, dan membangun tatanan masyarakat yang majemuk dan madani. Mbah No, kata sapaan untuk beliau yang merupakan representasi sebuah penghormatan untuk kedalaman ilmu, kearifan jiwa dan kebijaksanaan hati ini, akhirnya menjadi nama daerah dimana beliau tinggal dan membangun padepokan.

Walaupun beliau seringkali menjadi tokoh dan ahli spirituil yang mumpuni, baik dalam hal kehidupan bermasyarakat, maupun dalam kehidupan beragama, khususnya Islam, namun beliau tetap rendah hati. Walaupun beliau merupakan salah satu penyebar Islam di wilayah Ngantang Selatan (Kidul Konto), namun beliau tetap menghargai perbedaan keyakinan setiap masyarakat dan penduduk sekitar. Semangat toleransi inilah yang diturunkan dan diajarkan Mbah No, yang mana hingga saat ini tetap dipegang teguh masyarakat Banturejo, dan Banu pada umumnya. Hal ini dibuktikan dengan keberagaman aliran dan agama di wilayah Banu yang secara geografis tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan dusun-dusun yang lain. Di dusun Banu, berdiri 4 masjid. Masjid tertua dan terbesar ini merupakan masjid jami'/masjid Agung di wilayah Banu adalah Masjid Baitus Salam. Masjid yang dibangun di era akhir abad 19 ini, dahulu merupakan basis penyebaran agama islam di wilayah Banturejo dan sekitarnya. Karena pendirian Masjid jami' ini juga untuk padepokan pengajaran agama Islam, masjid jami' ini dibangun di wilayah yang tenang dan tidak terganggu hiruk pikuk jalan raya. Masjid ini berdiri di tengah-tengah kampung Banu, tepatnya di sekitar depan Balai desa Banturejo.

Selain masjid agung Baitus Salam, pada akhir tahun 1978, bersamaan dibangunnya bendungan Selorejo, dibangun pula masjid A'maliyah yang secara administratif dibangun di atas wilayah taman wisata Selorejo. Masjid ini diresmikan oleh Ny. Hj. Nelly Adam Malik, istri wakil presiden RI, Adam Malik. Masjid A'maliyah ini dibangun dengan gabungan antara arsitektur modern, jawa kuno, dan sedikit nuansa mandarin. Hal ini dibuktikan dengan bentuk desain atap yang menyerupai bangunan China, dengan bahan atap sirap khas Jawa.

Selain itu, ada juga masjid Lailatul Qodar dan masjid Baitus Syukur. Dua masjid terakhir ini adalah masjid yang baru saja selesai dibangun. Ada pula 2 gereja di wilayah Banu, dan tempat peribadatan untuk Aliran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta Perguruan Ilmu Sejati.

Raden Kyiai Poncoreno sendiri dimakamkan di pemakaman umum desa Banturejo, di belakang balai desa Banturejo. Disamping makam Raden Poncoreno, ada makam istri beliau, makam Raden Setyowiryo, dan beberapa pejuang Mataram lainnya. Makam Raden Poncoreno ini seringkali dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah di Malang, bahkan dari Jawa Tengah khususnya keluarga kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat.

Namun beberapa waktu yang lalu, sempat muncul kontroversi saat upacara pemindahan makam Raden Poncoreno. Sebagian tokoh dan ahli spiritual berpendapat, jika makam yang dikeramatkan tersebut bukanlah makan Raden Kyiai Poncoreno, namun makam orang lain. Mereka berpendapat jika makam Raden Poncoreno saat ini berada di kompleks taman wisata Bendungan Selorejo, tepatnya di area padang Golf Selorejo.

Di bagian pinggir desa ini tepatnya di lereng bukit yang membendung waduk Selorejo terdapat juga sebuah makam yang dikenal sebagai Makam Putri Kleting Kuning, yang konon merupakan istri dari Trunojoyo. Namun ada juga yang beranggapan jika makam yang membujur ke arah timur (adat pemakaman membujur ke utara, red) tersebut adalah makam Trunojoyo sendiri. Selain itu, di desa Banturejo juga terdapat Radio Komunitas yang menjadi pioner radio komunitas di wilayah Malang Barat, yang meliputi Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon. Radio dengan gelombang 92,1 MhZ tersebut bernama SURYA FM. Radio FM Stereo ini juga merupakan mitra resmi instansi pemerintahan dan aparatur keamanan (Polsek atau Koramil) di wilayah Ngantang. Selain itu, radio ini juga merupakan official media patner dari Kappala, Jangkar Kelud, dan beberapa instansi swasta di kecamatan Ngantang, seperti Taman Wisata Bendungan Selorejo, Balai Pengobatan KUSUMA HUSADA, KUD Sumber Makmur Ngantang, Biogas Rumah "Kusuma Biru" CPO Ngantang, Padepokan Cahaya Illahi, PJTKI dan beberapa instansi lainnya.

Desa Banturejo membawahi 3 Dusun, dusun Sromo, dusun Banu, dan dusun Ngramban. Dusun Sromo dipimpin oleh Muhammad Kholid, dusun Banu oleh Subeni, sedangkan Ngramban dipimpin oleh Edi Sunarto. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani, pegawai, peternak sapi perah, buruh pabrik, dan pedagang. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Bendungan Selorejo dan wilayah desa Mulyorejo, sebelah selatan dengan desa Ngantru dan gunung Kelud, serta sebelah barat dengan desa Pandansari.

  • Kepala Desa Banturejo:
    1. Suharto (1984-1992)
    2. Guguk Dwi Praminto (1992-2007)
    3. Kusnanto (2007-sekarang)
  • Kepala Dusun;
    1. 1. Sromo ; M. Cholid
    2. 2. Banu  ; Subeni
    3. 3. Ngramban ; Edi Sunarto
  • Perangkat Desa Banturejo;
    1. Sekretaris Desa  : Leo Rangga Wijaya
    2. Kaur Kesra  : Djumadi Al-Baihaqy
    3. Kaur Keamanan  : Kasiyanto
    4. Kaur Keuangan  : Yenta Meilila
    5. Kaur Umum  : Sabar Sugiono
    6. Kaur Kapetengan  : Harlin Wibisono
    7. Kaur Pemerintahan: Sulliant