Kopi luwak
Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Sejarah
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera.[1] Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.[2] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy. [3]
Daerah penghasil
- Gayo, Aceh[4]
- Sidikalang[5]
- Desa Janji Maria, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, 40 kilometer dari Laguboti.[6]
- Kota Pagaralam
- Semende, Kabupaten Muara Enim
- Kotabumi, Lampung[7][8]
- Jawa Barat[9]
Rujukan
- ^ White Koffie
- ^ National Geographic Travellers Indonesia, November 2010, page 44
- ^ Sean Nichholls, Jessica Mahar.So you'll pass on the coffee?. Brisbane Times. 12 Maret 2010.
- ^ Kopi Luwak Gayo-Aceh. WinssCoffee. Diakses pada 22 Mei 2011.
- ^ Kopi Luwak Sidikalang. WinssCoffee. Diakses pada 22 Mei 2011.
- ^ JetStar Magazine:Golden Brew diakses 22 Mei 2011
- ^ Kopi Luwak Lampung. WinssCoffee. Diakses pada 22 Mei 2011.
- ^ Kopi Luwak Lampung. Kompas. 28 November 2010. Diakses pada 22 Mei 2011.
- ^ Kopi Luwak Jawa Barat. WinssCoffee. Diakses pada 22 Mei 2011.
Pranala luar
- (Indonesia) Kopi Luwak Liar Aceh
- (Indonesia) Secangkir Kopi Luwak Merupakan Akhir Dari Perjalanan Panjang Yang Unik
- (Indonesia) Kompas.com: Kopi Luwak Indonesia Favorit di Jerman, 8 Okt 2009
- (Indonesia) Kompas.com: Lampung akan Produksi Kopi Luwak Berskala Besar, 11 Sept 2009
- (Indonesia) Kompas.com: Petani Kekurangan Stok Kopi Luwak, 8 Okt 2009
- (Indonesia) Indonesian Coffee Community - Forum Komunitas Pecinta Kopi Indonesia
- (Inggris) University of Guelph article on the effects of the digestive system on coffee beans
- (Inggris) Report on Guelph research
- (Inggris) The Straight Dope on Kopi Luwak