Tengkawang tungkul

Revisi sejak 30 Oktober 2011 02.54 oleh Ssulakbar (bicara | kontrib)
Tengkawang tungkul
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. macrophylla
Nama binomial
Shorea macrophylla
(de Vr.) Ashton

Tengkawang tungkul atau biasa disebut meranti merah' merupakan flora khas provinsi Kalimantan Barat.[1] Tumbuhan ini sudah lama akrab dengan masyarakat Kalimantan Barat karena sejarah pemanfaatannya panjang.[2] Pemanfaatamya sudah berjalan turun temurun serta pembudidayaannya sudah dilakukan sejak lama, kira-kira tahun 1881.[2] Tengkawang jenis ini banyak tumbuh di tanah aluvial di hutan hujan tropis dan wilayah dataran rendah sekitar 600 meter diatas permukaan laut.[3]

Morfologi dan manfaat

Tinggi pohon Tengkawang tungkul dapat mencapai 30 m dengan garis tengah sekitar 60 cm, batangnya tegak, lurus, tidak berbanir, permukaan batangnya berwarna abu-abu serta berbercak-bercak.[4] Daun tengkawang tungkul tunggal, tebal, kaku, besar, bulat panjang.%[5] Buahnya bundar telur, berbulu tebal, bersayap.[4] Tinggi meranti merah bisa mencapai 30 meter dan menghasilkan kayu ringan,biasanya kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi ringan, yaitu kayu lapis, perabot rumah tangga, dinding rumah, dan bahan kertas.[6] Selain kayu, bijinya juga dapat dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati. Bahkan buah keringnya diekspor ke Singapura dan Jepang untuk diproses dan diambil minyaknya, minyak tersebut digunakan untuk pengolahan makanan (cokelat), kosmetik, dan lilin.[2].Buahnya, berbentuk bundar telur,berbulu tebal, bersayap 5 (3 sayap besar, 2 sayap kecil).[7][1].bijiinya dapat dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati karena dibandingkan dengan biji dari meranti lainnya, biji Tengkawang tungkul mempunyai kadar minyak nabati paling tinggi.[2]

Referensi