Buniayu, Tambak, Banyumas
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Buniayu adalah desa di kecamatan Tambak, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia, yang terletak di paling timur dari Kabupaten Banyumas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kebumen. Mayoritas penduduk Desa Buniayu adalah petani, sementara sebagian kecil adalah PNS dan wirausahawan.
Desa Buniayu terbagi dari empat grumbul (dukuh) yaitu Bengkek, Binayu, Gandu dan Guntur. Bengkek merupakan dukuh atau bagian desa yang paling padat dan maju, jalan di desa Buniayu sebagian sudah beraspal dan listrik juga saluran telepon sudah tersedia.
Desa Buniayu bertanah subur dan berbukit-bukit dan juga terletak di jalur utama selatan Jawa yang padat dan dilewati oleh lintasan kereta api jalur selatan. Desa Buniayu hanya sekitar 40 km dari obyek Wisata Pantai Ayah/Logending Kebumen dan juga ke Goa Jatijajar dan Goa Petruk Kebumen.
Dengan luas persawahan yang menyebar di sekeliling desa, rata-rata panen padi di Desa Buniayu adalah 2 kali per tahun dan diikuti dengan penanaman palawija.
Desa Buniayu di apit oleh 2 sungai kecil, Sungai Ijo dan Sungai Manggis. Terowongan Ijo yang pernah di pakai sebagai lokasi syuting film Kereta Api Terakhir hanya berjarak sekitar 50 meter dari tepi timur Desa Buniayu.
Ada 3 SDN (Sekolah Dasar Negeri 1 sampai 3) dan 1 TK serta 1 SMP Swasta di Desa Buniayu dan juga ada Pondok Pesantren dan 5 Masjid Jami'e di Desa Buniayu. Prestasi anak-anak Sekolah dari Desa Buniayu cukup membanggakan di tingkat Kecamatan Tambak hingga Tingkat Kabupaten Banyumas dan salah satu SDN favoritnya dengan prestasi yang cukup menonjol adalah SDN Buniayu 1. SDN Buniayu 3 juga lumayan bagus, sering memberikan andil dalam prestasi anak-anak didiknya.itu terbukti dari lulusan anak didik SDN Buniayu 3 masih bisa bersaing di sekolahan yang lebih tinggi di SMP/SMA. Desa Buniayu merupakan desa yang berpotensi dilihat dari segi pertaniannya. Sebagian besar pemuda Desa Buniayu adalah perantau yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya di Sumatra, Kalimantan dan Bali juga di luar negeri.
Desa Buniayu mempunyai segudang cerita rakyat yang turun temurun sampai anak cucu,sebagai contoh legenda Panembahan Perawan Sunti yang konon ceritanya, di Desa Buniayu akan selalu ada pemuda ataupun pemudi yang tidak menikah dalam satu masa. Desa Buniayu lebih masuk dalam kategori desa agraris , yang sebagian penduduknya berpencaharian sebagai petani karena sebagian besar masyarakatnya sebagai petani maka tidak jarang desa buniayu termasuk salah satu desa pemasok kebutuhan pokok dalam negri ini yang salah satunya adalah beras. kalau kita ngomong masalah kata buniayu mungkin orang kurang familiar dengan kata kata tersebut tapi inilah desa kita , desa yang asri ,sejuk dan segar.
LEGENDA DESA BUNIAYU Legenda dari Buniayu cukup unik, Kata Buniayu berasal dari kata "Ibune + Ayu" = Ibunya Cantik, Kecantikannya begitu mempesona. Buniayu, sebutan ini awalnya adalah dari para pengagum sang pemimpin desa ini dimasa awal, seorang Ibu pemimpin yang rela untuk tidak menikah demi memimpin sebuah desa. Ibu inilah yang kemudian disebut "Perawan Sunti" atau Perawan Suci. Seorang gadis yang bertahan hidup tanpa menikah hingga akhir hayatnya, dan tetap mempertahankan kesuciannya.
Konon Ibu Sunti ini adalah anak dari "Mbah Buyut Lekor". Mbah Buyut Lekor merupakan orang yang pertama kali babat desa Buniayu. Kepemimpinan Ibu Sunti tidak perlu diragukan lagi. Seorang Pemimpin Desa yang begitu bijaksana namun tegas dalam bersikap, rela mengorbankan kehidupannya demi warga desanya. Ibu Sunti begitu mempesona, keliling desa naik kuda menyambangi warganya.
Makam dari Ibu Sunti berada di Grumbul Sigandu, makamnya sebelah barat jalan. Sedangkan Orang Tuanya, "Mbah Buyut Lekor" ada disisi timur dipinggir kali Ijo. Makam inilah yang saat ini disebut sebagai Panembahan. Makam Ibu Sunti disebut "Panembahan Perawan Sunti" dan dan Makam Mbah Buyut Lekor disebut "Panembahan Buyut Lekor".
Panembahan Perawan Sunti banyak didatangi para Gadis yang nyekar, bertawasul dan berdo'a disana untuk dimudahkan mendapatkan Jodohnya. Ada himbauan dari Mbah Juru Kunci bahwa bila ada gadis yang disakiti oleh lelaki karena cinta, sangatlah "DILARANG DATANG" ke Panembahan Perawan Sunti, karena kalo bila ia bertawasul dan berdo'a di Makam ini dan menyebut nama Lekaki yang menyakitinya maka lelaki itu akan tergila-gila, obatnya adalah hanya dengan menikahinya.
Ibu Sunti tidak ingin anak cucunya tidak menikah karena sakit hati, Ibu Sunti tidak menikah karena perjuangannya dan lebih mementingkan warga desanya daripada dia menikah dan meninggalkan warga yang dicintainya. "Ibu Sunti tidak menikah bukan karena patah hati atau kecewa dengan Lelaki" Makanya Ibu Sunti tidak rela kalo anak cucunya ada yang tidak nikah. Mitos bahwa akan ada yang meneruskan perjuangan dalam bidang sosial itu mungkin benar adanya. Mengorbankan diri sendiri untuk tidak menikah dan menjadi perawan sunti adalah suatu pilihan. Kita harus menghormatinya, asal bukan karena alasan sakit hati lalu tidak menikah. Ibu Sunti sangat membencinya, dan itu tidak bisa dijadikan alasan. Pesannya : "Biarlah Ibu sendiri yang menjadi perawan suci hingga akhir hayat".
Cerita tentang legenda desa ini cukup banyak seperti :
1. Cerita perseteruan antara Mbah Buyut Lekor dengan Ki Tambak Waringin, 2. Perjanjian tapal batas "Jati Teken" antara Mbah Buyut Lekor dan Ki Tambak Waringin. 3. Kisah Sebrang Kulon dan Sebrang Wetan dan Mitos Larangannya. 4. Sejarah Kendil Wesi. 5. Ritual Limolasan di Talang, setiap bulan purnama di bulan Sya'ban, menjelang Ramadhan.
Bila anda tertarik dengan kisah ini, datanglah ke Desa Buniayu. Lokasinya ada di Lintas Selatan Pulau Jawa, sekitar 27 Km dari Kota Banyumas menuju Magelang via Buntu, atau 10 KM sebelum kota Gombong. Bila anda dari arah Jakarta maka desa ini ada disisi kanan. Jalan utama desa ini ada ditengah-tengah lintasan Pereng, antara Kali Manggis dan Kali Ijo.
Di Desa Buniayu, terdapat pondok pesantren dengan nama Miftahul Falah dan para santrinya berasal dari desa-desa sekitar dan ada juga dari luar jawa seperti Palembang dan Lampung. Pendidikan yang diberikan tidak semata-mata pelajaran diniyah tapi juga pendidikan formal setingkat SLTP.
No | nama dukuh | Jumlah Penduduk |
---|---|---|
1. | Sigandu | Paling Banyak |
2. | Bengkek | Banyak |
3. | Guntur | Cukup Banyak |
4. | Binayu | Cukup Banyak |